seminggu setelah kejadian itu Frieska melihat Naomi duduk dipojokan ruang latihan. wajahnya sayu rambut acak-acakkan. Frieska ingin menghampirinya namun apa daya egonya terlalu besar.
Frieska sedari tadi memperhatikan naomi, naomi yang merasa duperhatikan menoleh kearah frieska. Pandangan mereka bertemu. Frieska merasakan ada sakit dan juga kerinduan dari dalam matanya, tatapan yang sama yang ia berikan untuknya."Hai mi?" sapa veranda smbil bermanja-manja pada naomi membuat frieska mengalihkan pandangan.
Bahkan langkah frieska bergerak menjauh ruang latihab.
"dek, kamu baik-baik aja kan?" tanya Melody pada Frieska.
Tanpa menjawab pertanyaannya, frieska memeluk sang kakak erat. Menangis dalam pelukannya. Melody mengusap punggung sang adik untuk meredakan tangisnya.
"hiks hiks mbak, aku aku kangen hiks hiks, dia tega sama aku mbakk.. hiks hiks"
"sudah, jangan menangis" ucap melody. Memegang pipi frieska da mengjapus air matanya.
Melody melepas pelukannya dan berjalan menghampiri naomi dan veranda
"maaf mengganggu, naomi bisa kita bicara?" tanya melody to the point
"iya bisa teh" naomi menjawab dengan lesu dan mengikuti melody keluar ruang latihan.
Naomi pov
Namun melody terhenti sejenak
"Ahh sekalian sama kamu juga ve." Tambah melody membuat aku dan ve saling menatap satu sama lain.Walaupun pada akhirnya kami mengikuti melody. Tangan Ve selalu bergelayut mesra bertengger ditanganku. Entah mengapa aku merasa sangat keberatan dengan perlakuannya. Berkali-kali aku memintanya bersikap biasa aja tapi justru dia melakukan hal yang jauh lebih berani.
Aghh aku dapat menebak arah pembicraan melody nanti. Pasti dia akan menanyakan tentang adiknya. Pasti. Dia adalah yang paling menolak hubungan kami. Dan mungkin dia yang paling senang dengan berakhirnya hubungan ini smtebtubya stelah Veranda.
Melody membawa kami ke sebuah raungan. Aku terkejut mendapati frieska duduk disana. Dan diapun terkejut melihat keberadaanku terutama keberadaan Veranda yang setia didampingku. Segera dia membuang muka. Aku menyakitinya lagi.
"Kalian duduk." Perintah tegas dari melody.
Aku duduk di tengah diantara dua perempuan yang kucintai. Frieska sedari tadi hanya menunduk sedangkan ve tersenyum penuh kemenangan.
"Aku ingin bertanya padamu naomi. Sejak kapan kamu berhubungan dengan ve? Ahh tidak, maksudku menjalin hubungan lebih." Tanya melody.
Aku diam tak menjawab. Bagaimana mungkin aku menjawab pertanyaan yang mungkin bisa menyakiti frieska.
"Sudah hampir tiga bulan. Dari pertengan bulan november. Kami saling menyatakan perasaan kami saat itu." Jawab ve.
"Naomi apa kamu mencintai veranda?" Tanya melody.
"Jelas dia mencintaiku. Teteh tak mungkin lupa kan bagaimana dulu dia bersikeras untuk mendapatkanku?" Jawab ve kembali.
"Aku tidak bertanya padamu jessica veranda." Melody terlihat kesal pada ve. "Aku bertanya padamu shinta naomi."
Aku diam. Bingung. Aku melirik ke arah frieska. Dia menunduk.
"A..aku ke toilet dulu mbak." Frieska beranjak dari duduknya. Refleksku menahannya.
Mataku menatapnya. Seakan berkata jangan tinggalkan aku. Sedangkan tangan ve semakin erat mencengkramku.
"Jika teteh bertanya apa aku mencintai adik teteh. Aku akan menjawabnya." Tanpa melepas peganganku pada frieska, aku menatap matanya lekat. "Aku mencintainya. Aku jatuh cinta pada Frieska Anatasia. Walaupun bukan cinta pertama, tapi kesempatan mencintai ini takkan ku sia-siakan."