"Saya Shani Indira dari generasi tiga dan kapten JKT48 mengumumkan untuk lulus dari JKT48."
Suara itu menggema di istora tenis senayan pada Minggu malam ini.
Akibat pengumuman itu, gemuruh tangis, air mata, teriakan, tentunya perasaan kecewa mewarnai. Bukan sekedar dari member, staf, bahkan fans. Hingga langit sekalipun menjadi saksi kesedihan. Hujan mewarnai, gemuruh langit menemani, seakan mengetahui kesedihan yang sedang dirasakan.
Usai summer festival tentunya usai evaluasi acara para member kembali ke penginapan untuk beristirahat. Namun nyatanya tidak untuk shani, kamar hotel tempatnya istirahat bersama Gracia tak henti berbunyi, akibat para member silih datang berganti hanya untuk meyakinkan diri atau mengungkapkan kesedihan atas kelulusan shani.
Tok tok tok. Pintu kembali terketuk. Untuk kesekian kalinya Gracia kembali membuka pintu.
"Gita?" Ucap Gracia terkejut melihat siapa yang berada di balik pintuk.
"Ci gre, ci shani ada?" Tanyanya yang membuat ditanya mengangguk namun masih heran dengan tingkahnya yang entah mengapa member dingin ini berada di sini. Karena gracia cukup mengenal karakter si kulkas satu ini.
"Masuk Git." Ajak Gracia.
"Aku nunggu disini aja ci." Jawab gita tentunya yang berbeda dengan member lain pastinya sudah berhambur masuk dan langsung menghampiri Shani.
"Bentar yaa aku panggilin dulu ci shaninya." Ucap gre
"Ci, ada Gita!" Ucap gracia sedikit berteriak. "Ci aku ke kamar sisca feni aja ya, kayanya tamu cici belom kelar kelar." Pamit gre seraya keluar dari kamar.
"Git, masuk aja." suara shani terdengar. Namun yang dipanggil tak kunjung merespon, baik secara suara apalagi tindakkan. Otomatis membuat shani bergerak menuju pintu.
"Git, Gita?" Suara shani terlihat heran sekaligus bertanya dengan apa yang di lakukan Gita. Bagaimana tidak merasa heran, saat keluar bukan melihat wajah gita, namun wajah tersebut tertutupi oleh kantong keresek berlogo minimarket biru, ajaib bukan?
Tangan shani bergerak hendak membukanya, "jangan di buka ci!" Seruan gita otomatis membuat shani kaget dan terhenti dari kegiatannya.
"Kenapa di tutupin segala?" Tanya shani heran. Namun dapat terlihat kembang kempis dari kantong plastik itu.
Namun tak ada jawaban. Hanya terdengar isakkkan dengan sura yang tertahan
"Kamu nangis?" Tanya shani sedikit bingung. "Kok bisa?" Tanya shani bingung. "Eh.. e maksudku kenapa? Kamu kenapa?" Shani melarat pertanyaan sebelumnya.
"Ya karena cici lah, emangnya perlu alasan lain." Tembal gita sedikit nyolot.
"Aku?" Tanya shani heran, apa yang di maksud gita tentang pengumuman kelulusannya? Tapi bukankah tadi di stage gita terlihat biasa saja? Terlihat tegar? Bahkan dibelakang stage pun dia terlihat biasa saja? Bagaimana mungkin sekarang dia bertingkah menggemaskan seperti ini?
Shani menarik gita masuk dan menutup pintunya. Seakan shani membutuhkan penjelasannya lebih.
"Ko bisa karena aku?" Shani mencoba meyakinkan diri.
"Yaaa emang mau karena siapa lagi. Semua orang di buat sedih karena cici." Jawabnya.
Ya benar sih! Tapi hampir semua member menghampiri kamar istirahatnya untuk meluapkan kesedihan mereka. Tapi kan yang tingkahnya menggemaskan bukankah hanya Gita? Bahkan shani tak pernah berpikir seorang gita yang terkenal dingin bertindak menggemaskan. Apa benar ini gita?
"Ya udah, maaf yaa udah buat kalian sedih. Keputusanku mengejutkan kalian semua, tapi sejujurnya itu sudah rencana ku dari jauh jauh hari, dari tahun 2020an." Terangku.
"Ko kalian sih?" Ucap gita kesal. "Disini kan cuman ada aku sama cici aja."
Shani menggerutkan pelipisnya bingung. Bingung harus bertindak dan berkata apa, pasalnya ini pertama kali dia melihat gita bertingkah berbeda dari biasanya.
"Oke maaf ya kalo pengumuman kelulusanku mengejutkanmu." Shani melata ucapnnya yang sebelumnya menggunakan kalian namun kini menggunakan kata kamu.
"Cic tau ga sih?" Nada bicara gita penuh penekanan. "Tau ga sih ci, keberadaan cici di sini membuatku lebih bersemangat. Aku tak peduli jikalau harus terus mencintai cici dalam diam terus menerus, asal dapat melihat senyum cici. Tapi kalau cici keluar bagaimana aku bisa biasa aja. Bagaimana caranya agar aku bisa menahan cici lebih lama lagi? Aku ingin cici tetap dalam pandanganku walapun itu dalam jauh." Ucap gita panjang membuat shani melohok tak bisa berkomentar.
Gitapun melangkah menuju pintu keluar. Walaupun wajahnya tertutup oleh kantong plastik, namun kresek berwarna putih itu tak menghalangi penglihatannya.
TBC??