3 cinta 1 hati (2)

756 100 24
                                    

Untung saja aku sudah kebal dengan segala perlakuannya. Sikap galaknya. Tatapannya. Ahh yang tak ku bisa kutahan adalah melihat wajah cantiknya. Rasanya selalu ada magnet yang menarikku untuk menikmati kecantikannya.

Aku menarik bangku di sampingnya. Duduk sangat berdekatan di sebelahnya. Menaruh tas di meja duduk. Menopang dagu memperhatikannya.

Aku tersenyum memperhatikannya.

Dia menutup bukunya kasar. Menatapku tajam. Aku tetap menyunggingkan senyumanku.

"Gila!" Komentarnya.

"Iya aku gila karena wajahmu mengalihkan kewarasanku." Jawabku tetap dengan senyuman.

Dia kembali mengambil buku dan kembali menyembunyikan wajahnya di balik buku..

"Dasar sinting."

"Iya aku bisa sinting sebelum mendapatkanmu."

"Jangan harap." Aku tersenyum mendengar gumamannya yang menanggapi ucapanku sebelumnya.

"Tapi aku selalu berharap kau bisa kumiliki."

"Mimpi!" Jawabnya lagi semakin ketus.

"Aku senang jika kita memiliki mimpi yang sama. Walaupun itu akan membuatku enggan terbangun merusak mimpi indah tentang kita."

Dia mendengus kesal. Meninggalkanku sendirian di dalam kelas. Mataku mengekor dirinya yang perlahan menghilang dibalik pintu kelas.

****

From: Ayana
Kakak sayang, aku udah pulang. Kakak jadi jemput?

To: Ayana
Jadi. Kamu tunggu di tempat biasa ya. Jangan kemana-mana:*

Balasku cepat. Kebetulan kelas hari ini usai. Dan sepertinya Melody dan Ve masih sibuk dengan urusannya.

Aku menuju tempat parkir. Sedetik setelah aku memasuki mobil, aku mendengar pintu samping kemudi dibuka.

'Lah Melody?'

"Loh sayang, kok udah selesai tapi nggak kasih tau aku?" tanyaku. Mampus deh kan harus jemput Ayana.

"Iya tadinya pas mau chat kamu, aku liat kamu jalan kesini. Yaudah aku langsung kesini aja," jawabnya santai sambil menbenarkan rambutnua yang sedikit berantakan.

'Yah, Ayana gimana nih,' batinku was-was.

"Kamu kenapa sayang?" tanya Melody yang melihat gelagat gelisahku.

"E-eh nggak papa sih. Kamu mau langsung pulang apa gimana?" tanyaku sambil mulai menjalankan mobil.

"Hmm aku mau ajak kamu jalan dulu sih. Beberapa make up di rumah abis," jawabnya.

'Aaaaargghhh' erangku yang tentu saja dalam hati.

"Ngg kalau besok aja gimana?" tawarku padanya.

"Loh kenapa? Kamu mau kemana?" tanya Melody memicingkan matanya menatapku. Mungkin curiga.

"Mami minta dianter jenguk temennya ke rumah sakit. Tadi udah janjian sama mami. Aku anter kamu pulang dulu ya. Besok baru kita jalan."

Awalnya Melody menolak dan memaksa ikut. Namun setelah perdebatan kecil, akhirnya dia mengalah dan kini telah sampai di rumahnya.

Tanpa basa basi, aku segera menuju sekolah Ayana. Ku pacu mobilku secepat yang aku bisa karena jarak rumah Melody ke sekolah Ayana terlampau jauh.

Setelah hampir 30 menit aku menempuh perjalanan, kulihat Ayana belum beranjak dari tempatnya. Mukanya telah kusut dan memerah karena kepanasan.

Tin..tin..

Aku membunyikan klakson mobilku tepat di depannya. Tanpa berkata sepatah katapun, dia segera masuk.

"Kakak lama banget sih," protesnya dan mengelap wajahnya dengan tissue yang ada di mobilku.

"Tadi mendadak ada diskusi kelompok sayang. Maaf ya. Ini aja aku ijin nggak ikutan biar bisa jemput kamu," aku membantunya menghapus peluh.

Dia hanya mengangguk. Percaya padaku.

"Mau langsung pulang atau kita makan dulu?" Ajakku padanya.

"Laper." Ucapnya menggemaskan sembari mengusap perutnya.

"Ya udah kita makan dulu ya." Ajakku padanya.

Kami pun menuju salah satu cafe. Dan memilih duduk dipojokan mengahadap pintu masuk. Ayana sedang sibuk membuka menu. Memilih makanan yang menurutnya menarik dilihat juga menarik dilidah.

"Aku pesan chiken corden blue sama minumnya Thai tee aja." Ucap ayana pada waiters.
"Kakak mau apa?"

"Aku mau.."
"Jess..." aku terhenti

"Jess?" Tanya ayana bingung

Pandanganku masih ke arah pintu masuk kulihat ve memasuki cafe ini segera kututupi wajahku dengan daftar menu.

'Ve? kenapa bisa ada disini?'

'Berpikirlah naomi. Berpikir..'

"Ah iya....." aku menepuk jidatku tanda bahwa aku melakukan suatu kesalahan. Ayana menaikkan satu alisnya bingung.

"Anu, aku lupa kalau harus antar mami arisan," ujarku pada Ayana dengan muka sedih.

"Hih dasar tua pikun," grutunya. "Yaudah kita pulang aja deh kak. Kan kakak udah ada janji sama mami," Ayana mengambil tas ranselnya dan bersiap memakainya.

Aku melirik sedikit-sedikit ke arah Veranda yang sepertinya sama sekali tidak menyadari keberadaanku. Sesegera mungkin aku keluar dari tempat itu. Aku bernapas lega setelah melajukan mobilku di jalan raya menuju rumah Ayana.

Sepanjang jalan, ponselku terus berbunyi menandakan banyak pesan masuk.

"Kak, bunyi mulu tuh," Ayana mengingatkanku yang menurutnya sama sekali tidak tertarik membuka satupun pesan yang masuk.

"Ah ini pasti mami nih nyuruh aku buru-buru. Aku agak ngebut gak papa yah?" tanyaku padanya yang dijawab anggukan.

Setelah Ayana turun dan masuk ke dalam rumah, aku membuka rangkaian chat yang kuyakin dari Veranda.

From: Veranda
Sayang, lagi dimana?

Kamu udah makan?

Sayang?

Kok nggak dibales?

Kamu dimana? Sama siapa?

Aku lagi makan di resto langganan dekat SMA kita dulu

KAMU DIMANA SIH CHAT AKU GAK DIBALES?

KESINI SEKARANG!!!

15 MENIT KAMU HARUS UDAH DISINI. KALAU ENGGAK KAMU BAKAL TAU AKIBATNYA!!!

'Ah mampus mampus mampus'

kubalas sesegera mungkin pesannya.

To: Veranda
Oke otw

Aku melajukan mobilku secepat yang aku bisa. Bahkan lebih cepat dibanding ketika aku menjemput Ayana tadi. Beruntungnya diriku jalanan tidak terlalu macet.




Tbc

ONE SHOO(R)T STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang