Aku duduk bersandar diantara pintu keluar masuk backstage. Menatapnya yang berlatih. Rambutnya diikat. Kulit putihnya dibanjiri keringat.
Hah.
Semenjak kejadian itu, dia tak pernah menghubungi ku lagi. Padahal dulu aku yang sibuk memberi jarak, bukan karena tak suka. Tapi karena cinta. Tapi dia tak sedikitpun melewatkan hari tanpa menyapaku baik secara langsung maupun dalam chat.Bukankah ini yg kuharapkan?
Membuat dia menjauhiku?Hah.
"Lo beneran suka dia?" Suara itu terdengar, aku mengangguk.
Eh? Ada yang salah.
"Aku ga suka ci Shani ko ci Gre. Kamaren itu cuman becanda doank. Biar bisa lepas dari mereka, naah karena aku butuh yang berkuasa makanya aku bilang ci Shani orangnya." Terangku.
"Oohh jadi Lo mainin ci Shani?" Ci Gre menatapku geram. "Lo tau kan berurusan sama siapa kalau urusan Shani. Haha?" Ci Gre mendorong ku.
Bruk.
"Auuu." Aku mengaduh memegangi pinggang ku.
Keributan kami sontak menghentikan mamber yang sedang berlatih.
"Gampang banget Lo ngomong becanda? Lo bisa mainin lima orang itu tapi ga akan pernah gue izinin Lo nyentuh Shani." Gre sedikit berteriak.
Ci Shani menghampiri kami, langsung menolongku. Tapi ci Gre menarik ci Shani.
"Kenapa sih?" Ci Shani bingung dengan keributan kami.
"Ini nih si konslet, liatin kamu terus. Giliran ditanya ngelak dan bilang semua yang dikatakannya itu bercanda. Dia pikir perasaan itu untuk bercanda?"
"Ci kalau aku suka ci Shani atau aku cuman mau mainin ci Shani, aku terima tawaran ciuman ci Shani itu. Saat itu aku tolak bukan karena takut ketauan atau ketakutan sama mereka. Karena aku suka gimik. Aku ga suka gimik."
"Ga suka gimik tapi kok pacar banyak." Sindir ci Gre.
"Ci, kalau aku gimik ku pertontonkan dengan jelas kedekatan kita. Apa ada yang pernah curiga tentang aku dengan Marsha, Fiony Indah, atau ci eril?" Aku mulai terbawa emosi karen sakit di pinggangku. "Kalian ga curiga sama sekali kan? Aku tuh bukan Cici, yang awalnya Deket sama ci Shani karena termakan gimik."
"Apa Lo bilang?" Gre kembali mendekatiku menantang ku. "Gue beneran suka dan sayang sama Shani Indira yaa. Ga kaya Lo, yang ga bisa menentukan pilihan. Karena perasaan bagi Lo tuh cuman buat di mainin doank."
"Gue punya pilahan." Gue menatap geram atas penilaian ci Gre. "Ci Gre ga usah so tau soal perasaan gue."
"So tau? Semua orang sekarang tau seorang Gita yang anti gombal ternyata suka mainin perasaan. Ternyata bukan anti gombal tapi dingin karena emang LO TIDAK BERPERASAAN."
Aku balas mendorong ci Gre. "Tau apa Lo tentang perasaan? Hah?" Aku membentak ci Gre. "Lo ga akan tau rasanya memendam perasaan selama 4 tahun. Lo ga akan tau memendam rasa sayang rasa suka selama 4 tahun. Lo ga akan tau ci rasanya memiliki perasaan yang tak terbalas."
" Wow? 4 tahun?" Ci Gre bertepuk tangan meremehkan. "Sekarang Lo mau bikin drama apa lagi? Hah? Perasaan fiktif apalagi yang Lo mainin? Siapa sihh korban fiktif Lo itu?"
"Chika ga Fiktif ya Ci." Aku menatapnya kesal dengan penghinaannya. "Perasaan gue sama Chika itu nyata. Ga fiktif." Aku tanpa sadar menyebutkan nama itu. Nama yang selama ini ku sembunyikan dalan hatiku saja.
"Hahahahaha. Chikaaa.. hahahaha." Ci Gre menertawakan. "Chik Lo denger kan apa yang diucapnya?"
Sial. Gue lupa Chika ada disini.