Dia

2.8K 144 9
                                    

Shinta Naomi
dan
?????
dan
?????

-----------------------------------

"Kamu dimana?" Tanya seseorang dibalik selulerku.

"Di jalan." Jawabku singkat.

"Ya udah hati-hati. Aku tunggu ya." Balasnya tanpa menjawab lagi kulangsung mematikan ponselku.

Kini aku dalam perjalanan menuju kediamannya. Dia adalah sosok yang kini statusnya sebagai kekasihku. Tapi kurang ajanya aku, yang kucintai bukan dia. Tapi kakaknya.

Mobilku berhenti di depan rumah mewah di salah satu perumahan elite di Jakarta. Satpam yang sudah mengenali mobilku membuka gerbang dengan segera setelah aku membunyikan klakson mobilku.

"Eh non Naomi. Silahkan non," pak satpam mempersilahkan mobilku untuk masuk ke dalam.

Aku mengambil beberapa buah tangan yang sebelumnya sempat ku beli, turun dari mobil, dan berjalan menuju pintu.

Sebelum aku mengetuk pintu, pintu di hadapanku telah terbuka dan muncul lah gadis berambut panjang.

"Kamu lama banget nyampenya?" tanyanya sambil memeluku.

"Aku beli ini dulu," aku mengangkat bungkusan yang ada di tangan kananku.

Cup

Dia mencium pipiku.

"Makasih." Ucapnya lalu mengambil bungkusan dari tanganku. "Kangen," dia mengapit lenganku, bergelayut manja di sana.

Aku mengacak-acak rambutnya manja.

"Aku ga bakalan di suruh masuk nihh." Sindirku, "kalau enggak, aku bakalan balik deh." Ucapku bergegas membuka pintu mobil.

"Ih nyebelin." Kesalnya langsung menarikku memasuki rumah mewahnya.

Dia langsung membawaku ke family room. Sambil mengatakan bahwa dia hanya berdua bersama kakaknya karena orangtuanya sedang keluar kota.

Ku lihat kakaknya sedang asyik menonton tv sembari memangku cemilan. Kakanya hanya melihatku sekilas dan kembali menatap tv.

Sikapnya inilah yang membuatku tak memiliki keberanian mengutarakan perasaanku. Dingin. Tatapan membunuh. Tegas. Galak. Pastinya kurang bersahabat. Tapi matanya membuat irama jantungku berdegup kencang, bukan katena takut. Tapi katena cinta yang membuat bunga bermekaran dihatiku setiap kali ditatapnya.

"Ngelamun aja sih. Sini yuk," dia menarik tanganku mendekat ke arah kakaknya.

"Geseran kak," kakaknya bergerak tanpa memandang ke arah kami.

"Kamu udah makan?" tanyanya. Aku menggeleng. "Aku pesenin makanan ya pakai ojek online. Kamu tunggu sini bentar. Aku ambil hp di kamar."

Kini tinggalah aku berdua bersama kakaknya. Suasana canggung sangat terasa. Lebih tepatnya aku yang merasa canggung. Sedangkan dia masih dengan santainya memakan cemilan dan menonton televisi.

"Nonton tv kak?" Tanyaku.

Dia hanya melirikku sekilas. Dan kembali melihat melihat kearah tv.

"Nonton horor ya?" Tanyaku lagi.

Dia menatapku horor. Aku menelan ludah

Ayolah Naomi, kamu itu bego banget ya. Mempertanyakan hal bodoh yang telah kamu ketahui jawabannya. Basa basi yang paling bego.

Tapi moment seperti inilah yang aku sukai, saat hanya berdua dengannya walupun tanpa kata seperti ini.

Diam.
Hening.
Seakan hanya hati kita yang saling berbicara satu sama lain.

ONE SHOO(R)T STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang