3- Chika Murka

1.2K 115 8
                                    

»»---->❃♡❃<----««

⚠️Vote dulu sebelum scroll kebawah!!!
Inget!!
Keli gak update sebelum vote sampe target!!!

»»---->❃♡❃<----««

Mata Rhatanza melotot seketika. Kedua tangan yang memegang setang motor, ia banting ke arah kiri. Beruntung dia tak menabrak mobil hitam yang tiba-tiba berhenti di tengah jalan, namun sayangnya, Rhatanza harus menabrak pembatas jalan.

Tidak terlalu keras memang, tapi tetap saja sulit untuk menjaga keseimbangan tubuh dan motornya. Alhasil mereka berdua terjatuh dengan motor yang menindih Rhatanza. Chika sendiri jatuh sedikit terpisah dari motor, tubuhnya sedikit terseret di aspal.

Kejadian itu banyak disaksikan banyak orang, terutama mereka yang tengah berlalu lalang. "Abang gapapa?" Chika bertanya seraya memegang bahu Rhatanza yang masih tertimpa motor. Gadis itu tak peduli dengan bajunya yang robek di beberapa titik, yang dia khawatirkan adalah kakaknya.

Orang-orang membantu mengangkat motor matic itu. Rhatanza berdiri sambil tertatih. Kakinya terasa sakit, terutama di bagian pergelangan kakinya. "Abang." Suara Chika bergetar dengan berlinangnya air mata, berkedip sekali saja, sudah dipastikan cairan itu membasahi pipinya.

"Ssttss, jangan nangis. Abang gapapa." Rhatanza mencoba menenangkan adiknya. Ini adalah pertama kalinya dia terjatuh dari motor bersama Chika. "Maafin Abang, ya? Tadi bawanya kecepetan." Lanjutnya karena merasa bersalah.

"Adek gapapa?" Tanya seorang bapak yang baru saja membantu mereka.

"Chika gapapa, Pak. Tapi Abang saya kakinya pincang." Katanya sambil menangis. Serta telunjuknya mengarah pada Rhatanza.

"Astagfirullah, kakak ini gimana keadaannya? Mau ke rumah sakit aja?" Tanyanya sambil mengusap bahu Rhatanza.

"Saya gapapa, Pak. Makasih udah nolongin kita. Soal kaki saya, paling cuman keseleo dikit." Rhatanza mencoba meyakinkan pria paruh baya itu dengan senyuman.

"Aduh, terus pulangnya gimana? Mau pesen taksi online aja gitu?" Rhatanza menggeleng, dia menolak tawaran bapak itu.

"Saya masih bisa bawa motor, tenang aja." Ucapnya dengan sopan. "Sekali lagi, makasih ya, Pak." Bapak itu tersenyum dan mengangguk. Karena Rhatanza terus menolak tawaran untuk diberi bantuan, akhirnya bapak itu melanjutkan perjalanannya.

Semuanya bubar setelah melihat kondisi Rhatanza dan Chika tidak parah. Menawarkan bantuan pun percuma, karena Rhatanza selalu menolak. Bukan sok jagoan, tapi Rhatanza tak mau merepotkan.

Chika masih menangis pelan. Dia tidak tega melihat cara berjalan kakaknya. Pasti sangat sakit. "Semua ini gara-gara mobil itu!" Ucap Chika garang. Gadis itu mengusap air matanya kasar, lalu berjalan dengan langkah lebar menghampiri mobil yang masih setia diam di tengah jalan.

"Aargh!" Rhatanza berhenti melangkah saat akan mengejar adiknya, sakit di kakinya terasa meremukkan tulangnya.

Duk. Duk. Duk.

Chika mengetuk kaca mobil dengan brutal. Gadis itu tidak peduli jika sang pemilik akan marah padanya, karena menurutnya yang salah di sini adalah mobil di hadapannya. "Keluar Lo!" Teriak Chika sambil terus menggedor kaca mobil sebelah kemudi.

INCARAN {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang