19- Dua Perintah

385 52 1
                                    

»»---->❃♡❃<----««

⚠️Vote sebelum scroll kebawah!!!
Happy Reading🥳

»»---->❃♡❃<----««

Kini, Chika tengah memeluk erat Delvan dari belakang. Setelah Delvan berhasil membawa Chika dari Rhatanza, lelaki itu langsung mengajak Chika menuju suatu tempat.

Bagaikan dikejar begal, Delvan membawa motornya dengan kecepatan tinggi. Chika hanya bisa pasrah, semoga dia tidak jatuh seperti motor Delvan tadi.

Chika baru tahu jika motor yang terjatuh tadi adalah milik Delvan. Jika saja gadis itu tahu, dia tidak akan main-main dengan motornya.

"KA DELVAN JANGAN KENCENG-KENCENG! NANTI KALO JATOH GIMANA?! AKU GAMAU MATI! SOALNYA BELUM NGALAMIN NIKAH!!"

Mendengar jeritan Chika yang sampai menembus helm yang dikenakan Delvan, membuat kecepatan motornya sengaja ia naikkan. Alhasil, Chika semakin mengeratkan pelukannya dengan mata yang terpejam. Memohon agar diberi keselamatan.

Setelah sampai tujuan. Delvan langsung menghentikan motornya. Tatapannya jatuh pada tangan mungil yang masih setia melingkar di perutnya. Dapat Delvan rasakan, kepala gadis itu sangat menempel dengan punggungnya. Apakah se-menakutkan itu naik motor bersamanya?

Chika tersadar. Dia membuka matanya saat merasakan pergerakan. Delvan sedang membuka helm. "Kita masih di dunia kan? Ini bukan arwah kita, kan?" Tanyanya antusias.

Bukannya menjawab, Delvan malah melepas paksa tangan yang melingkar di perutnya, sampai pelukan itu terlepas. Ia turun dari motornya, tapi Chika malah mengedarkan pandangannya menatap bangunan besar dan tinggi yang berdiri kokoh di depannya.

Delvan berdecak sebal. Tanpa aba-aba, dia langsung mengangkat tubuh Chika. Sontak hal itu membuat sang gadis memekik kaget.

"AAA! INI BENERAN JADI ARWAH!! GUE TERBANG!!"

Tak!

"Awh!" Chika meringis pelan saat Delvan menyentil dahinya. Gadis itu menatap kesal ke arah Delvan. "Sakit tau! Nanti jidat aku benjol gimana? Kaka mau tanggung jawab?!" Sentaknya.

"Hm." Delvan mengangguk singkat. "Jidat Lo benjol aja, Gue berani tanggung jawab. Apalagi kalo hamilin Lo."

Mendengar perkataan vulgar itu, Chika melotot ke arah Delvan. "Kaka jangan macem-macem ya!" Tegasnya sambil menunjuk wajah Delvan.

"Ck, brisik!"

Delvan langsung berjalan lebih dulu memasuki bangunan yang sedari tadi Chika tatap. Chika pun mengikuti langkah Delvan. Terlihat Delvan sedang membuka kunci rumah menggunakan sidik jarinya, lalu menekan beberapa nomor. Dan terbukalah pintunya.

Chika bersorak kagum dalam hati. Dia pikir, hanya di drakor saja yang ada seperti ini. "Waahh. Serasa jadi Bae Rona punya rumah di Penthouse."

Gadis itu langsung masuk dengan mata yang terus beredar. Melihat lampu mewah, guci mewah, bunga indah, ah, cantik sekali. Gadis itu tak memperhatikan langkahnya, yang penting, dia tidak melewatkan keindahan isi bangunan itu.

Lelaki yang masih tak jauh dari pintu utama, berdecak sebal. Melihat tingkah gadis yang seperti bocah main ke tempat mandi bola. Memangnya rumah keluarga Mahardika seperti apa? Bahkan luar dalamnya saja sangat mewah, dan gadis itu tinggal di sana.

INCARAN {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang