45- Pemakaman Hansu

208 26 0
                                    

»»---->❃♡❃<----««

⚠️Jangan lupa vote dan follow.
Happy Reading 🥳

»»---->❃♡❃<----««

"Bantu apa?"

Saat Alma bertanya, meminta penjelasan. Rhatanza malah diam. Tapi tatapannya tak beralih dari mata cantik milik Almahyra. Karena diperlakukan seperti itu, membuat Alma gugup. Setelah beberapa detik terdiam, akhirnya Rhatanza bersuara.

"Gue jatuh cinta sama adik gue sendiri."

Sontak Alma pun terkejut mendengarnya. Bagaimana mungkin sosok pria dingin seperti Rhatanza jatuh cinta pada adiknya? Yang benar saja! Alma jadi merasa sedang dibodohi oleh orang gila.

"Maksudnya, adik perempuan satu-satunya itu?" Rhatanza menjawab dengan mengangguk pelan. "Astaga! Kaka jangan bercanda gini deh, ga lucu tau. Mana ekspresinya gitu lagi."

Rhatanza memalingkan wajahnya, tidak merespon langsung ucapan gadis di sebelahnya. Dia lebih memilih untuk menghabiskan isi minuman di botol kaca itu. Tak butuh waktu lama untuk menghabiskan minuman beralkohol itu. Rhatanza melempar asal botol kosong itu ke arah jok belakang.

Untungnya tidak pecah, karena botol itu mendarat di tempat duduk.

"Gue gatau, kenapa rasa cinta gue ke Chika tiba-tiba muncul. Mungkin awalnya karena kita sering bersama, sampai dia juga sering ke kamar gue. Kita sering tidur bareng, bahkan berpelukan. Tapi anehnya, gue kaya nahan sesuatu dalam diri gue sendiri saat semua itu terjadi."

Alma yang mendengar perkataan Rhatanza malah mengernyit bingung. Apakah Rhatanza sedang bercerita, atau bagaimana sih? Alma masih tidak percaya jika seorang kakak mencintai adiknya sendiri. Seperti tidak ada gadis lain saja.

"Aku ngerasa, kaka punya kelainan. Mana mungkin seorang kakak mencintai adiknya sendiri? Menurut info yang aku tau, kaka sepertinya menderita--"

"Apa?!" Sentak Rhatanza, memotong ucapan Alma. "Lo anggap gue gila?!"

"E-engga ka." Jawab Alma cepat. Dia merutuki mulut lemesnya yang sangat lancar saat berbicara barusan.

"Aaarggh!" Rhatanza mengacak rambutnya. Dia terlihat sangat frustasi. Alma pun jadi merasa iba melihatnya.

"Ka, tenang ya. Kaka bisa hilangin rasa itu dengan selalu mengingat bahwa Chika adalah adik kaka. Dan seorang kaka tidak boleh mencintai adiknya sendiri."

Bukannya tenang, Rhatanza malah bergerak gelisah. Ia membuka jas hitamnya lalu melonggarkan dasi yang melilit lehernya sedari pagi. Tiba-tiba Rhatanza mendekati Alma. Menyudutkan gadis itu sampai bersandar pada pintu mobil, arena Alma terus saja bergerak mundur untuk menghindari Rhatanza. Sekuat tenaga Alma mendorong dada Rhatanza, supaya tidak terlalu dekat dengannya.

"Gue bakal berhenti mencintai Chika kalo lo jadi gantinya."

Dan detik itu juga Alma langsung terdiam. Tubuhnya seperti menegang. Mencerna ucapan Rhatanza membuat dia terlihat kehilangan nyawa. Gadis itu benar-benar terdiam dengan tatapan kosong. Menghiraukan aroma alkohol yang keluar dari mulut Rhatanza, padahal aromanya sangat menyeruak karena jaraknya begitu dekat dengan wajahnya.

INCARAN {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang