»»---->❃♡❃<----««
⚠️Vote dulu sebelum scroll kebawah!!!
Happy Reading🥳»»---->❃♡❃<----««
Pagi hari, suasana masih tampak sunyi di dalam ruang inap Delvan. Ya, Delvan dilarikan ke rumah sakit semalam. Karena Chika terlihat histeris dan terus meraung minta tolong kepada sang Ayah dan kakaknya.
Ezra sebenarnya tidak tega harus melihat putrinya menangis sambil meminta tolong, padahal, Ezra pasti akan membawa Delvan ke rumah sakit. Bagaimanapun juga, Ezra tidak mungkin sampai membunuh orang.
"Sshh." Delvan meringis pelan. Ia membuka matanya perlahan, lalu mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan.
Chika, gadis itu adalah orang yang pertama Delvan lihat. Di sofa dekat ranjangnya, gadis itu sedang tertidur meringkuk seperti kedinginan. Hal itu membuat Delvan menjadi marah. Apakah orang tuanya dan Rhatanza tidak membawa Chika pulang? Atau setidaknya memberikan bantal dan selimut supaya tidur Chika tidak seperti itu.
Delvan memaksakan diri untuk bangun, tapi kepalanya terasa sakit. "Sial! Kayanya bekas waktu itu luka lagi." Luka dikepalanya, ia yakini di tempat yang sama. Di mana, Delvan pernah menyelamatkan Chika dan berakhir kepala belakangnya terbentur polisi tidur.
Setelah berjalan untuk mendekati Chika. Delvan berjongkok tepat di depan wajah gadis itu, karena posisi tidurnya menghadap ke arah tempat tidur Delvan.
"Cantik, masih betah tidur?" Tanya Delvan dengan suara pelan.
Lelaki itu malah tersenyum lebar saat tidak mendapatkan sahutan apa pun. Dengan penuh kasih sayang, dia mengusap lembut pipi gadisnya. "Pindah ke ranjang, ya?"
"Mmh." Delvan terkesiap, Chika tiba-tiba melenguh pelan dan bergerak. Tangan Delvan yang tadinya menyentuh pipi, kini berubah menjadi menyentuh bibir gadis itu.
Dengan jahilnya, Delvan menekan-nekan bibir Chika menggunakan telunjuknya. "Lembut." Gumamnya. "Boleh nyobain?" Pertanyaan yang menurutnya bodoh itu, malah membuat dirinya sendiri terkekeh pelan.
Hah! Sepertinya Chika sedang tertidur pulas. "Kalo gak mau pindah sendiri, yaudah." Delvan berdiri, dia memposisikan tubuhnya untuk menggendong Chika.
"Tepos banget Lo." Katanya setelah berhasil menggendong Chika yang di rasanya tidak berat.
Saat Delvan sedang membaringkan Chika di ranjang, suara pintu terbuka mengalihkan perhatiannya.
"Van? Ngapain Lo?" Rhatanza dan kedua orang tuanya datang.
Delvan tak menjawab pertanyaan Rhatanza. Lelaki itu malah menyelimuti tubuh Chika. Lalu setelahnya dia berjalan mendekati ketiga orang yang baru saja datang.
"Keluarga macam apa yang tega ngebiarin seorang gadis tidur di sofa meringkuk seperti orang kedinginan." Perkataan Delvan yang terkesan dingin, membuat Rhatanza mengernyit heran.
"Maksudnya? Bukannya Chika nginep di hotel sebrang?"
"Buktinya?"
Rhatanza menghembuskan nafasnya kasar. "Semalem dia gamau balik, katanya mau nungguin elo. Yaudah kita izinin, tapi dia harus nginep di hotel sebrang."
KAMU SEDANG MEMBACA
INCARAN {END}
Fantasy-Bukan transmigrasi tapi masih fantasi- Di Korea, ada gadis berusia 8 tahun, dia memiliki kelebihan yang selalu turun temurun dari leluhurnya. Namun kelebihan itulah yang selalu menganggap bahwa dirinya pembawa sial. Karena, kelebihan itu hanya dimi...