44- Percikan Kemarahan Delvan

249 31 2
                                    

»»————>❃♡❃<————««

Jangan lupa vote dan follow guys...
Happy Reading🥳

»»————>❃♡❃<————««

Setelah mengatakan keinginannya dan disetujui oleh kedua orang tuanya. Chika ingin segera diberangkatkan saja ke Korea. Chika memilih di sana supaya bisa kembali dekat dengan keluarga kandungnya. Walaupun Firli sedikit ragu dengan keputusan putrinya, tapi dia pikir akan lebih aman jika Chika di Korea karena pastinya ada yang mengawasi. 

Rhatanza tak bisa berbuat apa-apa lagi. Keputusannya untuk mengungkapkan perasaan bodohnya malah menjauhkan dirinya dengan Chika. Dia pikir tak akan secepat ini Chika di berangkatkan. Hingga dia merasa, dipaksa untuk menerima kenyataan bahwa dia tidak pantas untuk Chika. 

Kini mereka bertiga sudah berada di bandara. Rhatanza di paksa Ezra untuk mengurus perusahaan hari ini. Sebenarnya tidak masalah jika Rhatanza mencintai Chika atau bahkan jika mereka menikah sekalipun. Hanya saja, mereka yang mengenal Mahardika, pasti tahu kalau Chika adalah putri Ezra dan adiknya Rhatanza. Ezra tidak mau hal itu menjadi masalah besar. Lagi pula, Chika tidak mencintai Rhatanza, dan Ezra sendiri lebih menyetujui hubungan Chika dengan Delvan.

"Sayang, setelah di sana, kamu jangan lupakan Bunda ya?" Chika yang mendengar permintaan Firli yang sudah berkali-kali pun menatapnya iba. Tak tega jika harus meninggalkan sang Bunda.

"Chika gaakan pernah lupain Bunda sama Ayah, sama Bang Aza juga."

"Maafin Abang kamu ya?"

"Gapapa Bun. Lambat laun, Bang Aza bakal ketemu sama cinta sebenarnya."

"Iya. Kamu mau pergi sekarang udah bilang sama Delvan kan?" Chika pun terdiam. Dia memang belum mengatakan apa pun pada Delvan soal keputusannya untuk kuliah di Korea. Chika hanya tahu bahwa sekarang Delvan sedang sibuk untuk membangkitkan kembali perusahaannya. Chika tidak mau mengganggu.

"Kenapa diam? Pasti belum kan?" Tebak Firli tepat sasaran.

"Belum. Chika takut ganggu kak Delvan. Dia lagi sibuk akhir-akhir ini." Balas Chika sambil menunduk. Firli menghembuskan nafas panjang. Mengusap pelan surai putrinya, berniat menenangkan pikirannya.

"Kalo ada masalah, bilang sama Bunda ya?"

"Iya Bunda."

Mereka bertiga berangkat menggunakan pesawat pribadi. Dan setibanya di Korea, Chika langsung menghubungi Kakak pertamanya. Tentu keluarga Choi sangat senang dengan kehadiran Chika. Mereka langsung menjemput ke bandara.

Choi Jee Yeon datang dengan pakaian sederhana, tidak formal. Hanya menggunakan celana jeans panjang dan kaos putih polos. Dia langsung menghampiri Chika yang sedang bersama kedua orang tuanya.

"Selamat malam paman, bibi." Sapa Jee Yeon sopan.

"Selamat malam nak." Balas Ezra. "Cepat sekali, kau mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi ya?" Tebaknya.

Jee Yeon tersenyum kikuk. "Yaa, begitulah paman. Aku tidak mau kalian terlalu lama di luar, cuacanya sedang dingin sekali sekarang."

"Kau bohong Oppa. Kau pasti merindukanku, kan? Kan?" Ucap Chika seraya menaik-turunkan alisnya.

"Tidak!" Sanggah Jee Yeon. "Aku merindukan bibi cantik ini." Lanjutnya seraya melirik ke arah Firli yang sedang tersenyum lembut padanya.

INCARAN {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang