⚠️EXTRA PART 2

339 26 2
                                    

»»---->❃♡❃<----««

Satu tahun sudah setelah kepergian Delvan. Kehidupan Chika masih seperti diselimuti kegelapan. Tawanya tak selepas burung terbang. Senyumnya tak selebar sayap elang yang membentang. Air matanya masih mudah menetes seperti musim hujan yang berkepanjangan.

Orang di sekitarnya seperti tak dianggap. Karena setiap kali mereka bertanya, jarang sekali mendapatkan jawaban. Kecuali, hal yang menurut gadis itu sangatlah penting untuk di jawab. Selebihnya, jangan bertanya padanya jika selain Chika masih mampu menjawabnya.

Chika menunduk lesu saat mobil yang di tumpanginya berhenti. Ternyata sudah sampai di tempat ia menempuh pendidikan. Yonsei University sudah berada di dekatnya. Namun, tak kunjung ada gerakan sedikit pun untuk menerjang kampus itu.

Jee Yeon, seorang kakak yang begitu menyayangi adik perempuannya, menatap sendu ke arah Chika. Biasanya jika diantar ke kampus, gadis itu selalu bersemangat. Dan selalu segera keluar dari mobil. Terkadang, gadis itu sampai lupa berpamitan.

"Kyungmi. Kau tidak ingin turun? Jika kau ingin membolos juga tak apa. Oppa akan mengantarmu ke tempat yang kau inginkan." Niatnya memang ingin menghibur, tapi caranya sangat konyol.

Chika menggeleng, tanda menolak saran dari kakaknya itu. "Aku akan belajar saja. Terima kasih Oppa." Dia mengecup singkat pipi sang kakak. Setelahnya Jee Yeon membalas dengan mencium puncak kepala adiknya.

"Beritahu aku jika ada yang mengganggumu." Chika hanya mengangguk sebagai balasan. Lalu keluar dari mobil dan berjalan menuju kelasnya.

Jee Yeon menghembuskan nafas panjangnya. Ia selalu merasa resah dengan sikap Chika. Adiknya yang selalu ceria itu, kini selalu menampilkan mimik wajahnya tanpa ekspresi. Bersikap dingin dan selalu tak acuh pada teman-temannya. Itulah laporan yang Jee Yeon terima dari teman Chika selama kuliah.

Chika berjalan santai menuju kelasnya. Di belakangnya ada dua gadis yang dari tadi mengikutinya. Mereka adalah teman Chika dari awal masuk kuliah hingga sekarang. Namanya Kim Ae Ri dan Park Chun Hei.

"Bagaimana ini? Kyungmi masih saja bersedih." Ae Ri menatap sendu ke arah Chika yang berada di depannya. Punggung kecil itu, selalu terlihat bergetar jika kepalanya sedang menunduk dalam.

"Kasihan sekali teman kita. Gadis sebaik dirinya, harus ditinggalkan kekasihnya untuk selamanya." Chun Hei menimpali.

Sampainya di dalam kelas. Kedua teman Chika menghampirinya. "Kyungmi. Aku memiliki tiga tiket untuk menonton. Kau ikut ya? Kami akan menjemput_"

"Tidak usah. Aku akan diam di rumah saja." Niat temannya ingin menghibur tapi Chika menolaknya.

Chun Hei mengerucutkan bibirnya kala Chika memotong ucapannya. Beginilah sekarang sikap Chika pada temannya. Berbeda dengan dulu, sangat jauh beda.

Tiba-tiba Ae Ri memeluk Chika sangat erat. Ia sudah tidak tahan lagi dengan sikap temannya itu yang selalu tak acuh padanya. "Huwaa Kyungmi... Kembalilah seperti dulu. Jika seperti ini, aku merasa seperti musuh. Huwaaa." Berdengung sudah telinga Chika mendengar rengekan cempreng temannya.

"Jika sikapku kembali seperti dulu. Apakah kekasihku juga akan kembali?" Pertanyaan Chika membuat kedua temannya tersentak. Sebegitu menyedihkannya ditinggal sang kekasih? Sampai-sampai satu tahun ini masih terasa seperti satu hari bagi Chika.

"Kyungmi, kau boleh bersedih, kau boleh mengenang kekasihmu, kau juga boleh merindukannya. Karena, apa pun yang kamu perbuat, itu tidak akan mengembalikan kekasihmu yang sudah tiada." Chun Hei mencoba untuk menyadarkan temannya. Siapa tahu, Chika tidak akan bersikap dingin lagi pada temannya.

INCARAN {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang