18- Permohonan Delvan

442 56 50
                                    

»»---->❃♡❃<----««

⚠️Vote dulu sebelum scroll kebawah!!!
Happy Reading🥳

»»---->❃♡❃<----««

Setelah Rhatanza benar-benar menjadi ketua. Semuanya mengatakan tidak ada yang keberatan. Itu baru katanya, bukan kata hatinya. Semoga saja, tidak ada yang iri dengki soal ini. Terlebih, usia Rhatanza yang masih muda, dan banyak anggota lebih tua darinya.

Keival berpamitan pada semua anggota. Tak sedikit dari mereka yang tidak merelakan kepergian Keival. Tapi apa boleh buat, mungkin sudah jalan Tuhan jika orang sebaik Keival harus pergi meninggalkan jasanya yang dikenang banyak orang.

Semuanya sudah mengucapkan sampai jumpa, tinggal Irfan seorang yang belum berpamitan. "Fan? Saya minta maaf." Ucap Keival seraya menepuk pelan bahu Irfan.

"Harus banget bawa Riva?" Ya, Riva juga ikut ke Amerika. Gadis itu akan dipindahkan sekolahnya. Dan saat ini, gadis itu sedang beradu tangis dengan sahabatnya, Chika.

"Kalo gak dibawa, dia mau sama siapa di sini? Sedangkan orang tua kita udah gaada." Irfan tahu, dia mengerti soal ini. Tapi? Ah, rasanya tidak rela jika harus berjauhan dengan Riva.

"Dia di sini aja, biar Gue yang jagain."

Keival tersenyum mendengarnya. Dia pun tahu jika Irfan menyukai adiknya. "Takutnya jadi fitnah, kalian kan belum nikah."

Telinga Irfan langsung terasa memanas. Antara senang dan sedih. Sepertinya Keival memberi celah untuk dirinya agar bisa bersama Riva, tapi tidak sekarang.

"Ekhm. Kalo gitu, gimana kalo nikah sore ini?"

"Wat heppen? Siapa yang kawin?!"

"Hah?!"

"Si Ifan mau nikah aniir!"

Seketika seisi markas heboh saat mendengar celetukan Irfan mengenai pernikahan. Beginilah jika orang yang selalu bersikap dingin, baru ada niatan untuk bertindak saja, sudah menjadi sorotan tukang gibah. 

Riva yang mendengar katanya Irfan akan menikah yang entah dengan siapa, membuat dia meremas tangan Chika. Gadis itu merasakan sesak didadanya. Sudah akan pergi jauh, dan ternyata ditinggal nikah.

"Kalian masih sekolah. Dan adik saya masih kecil." Keival melirik sekilas Riva yang tengah ditenangkan oleh Chika, lalu kedua gadis itu pergi keluar markas, sepertinya supaya lebih tenang.

"Bang, Gue emang masih sekolah, tapi perusahaan Papa udah terbuka lebar buat Gue. Di sana Gue bisa kerja, bisa cari nafkah dan bahagiain Riva."

"Bahagiakan dia hanya dengan harta?" Tanya Keival.

"Bukan. Harta bukan yang utama, tapi, bagaimana cara Gue mendidik dia untuk menjadi istri yang baik dan Ibu yang baik dari anak-anak Gue dan bahagiain dia dengan cinta dan sayang Gue sama dia." Ucap Irfan sungguh-sungguh.

Keival mengangguk. Ia sudah paham dan akan mengambil keputusan. "Hm, jemput dia kalo saya sudah mengizinkan. Kamu tahu caranya membujuk Riva, kan?"

Apa? Jadi, Riva akan tetap dibawa?

"Pliss Bang, Gue." Irfan menggantungkan ucapannya. Sesak didadanya mulai terasa. Mungkin, orang-orang hanya melihat kedekatan dia dengan Riva di luar biasa saja. Tapi nyatanya, banyak momen indah yang sudah mereka lakukan dibalik waktu singkatnya. Hanya saja, Irfan tidak suka cara dirinya mencintai seseorang diketahui orang lain.

INCARAN {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang