»»---->❃♡❃<----««
⚠️Vote dulu sebelum scroll kebawah!!!
Kalo belum sampe target, gaakan update!!!
Happy Reading🥳»»---->❃♡❃<----««
Di rumah sakit dalam satu ruangan, perdebatan masih belum terhentikan. Suasana malah semakin mencekam saat Delvan mengatakan bahwa Chika adalah gadisnya. Apa maksudnya?
"Mahardika?" Tanya ayah Delvan.
"Hm. Pemilik perusahaan terbesar di atas perusahaan Daddy."
Chika menyembunyikan wajahnya di dada bidang Delvan saat pria paruh baya itu terus menatapnya. Delvan memeluk tubuh gadis itu dengan satu tangan yang bebas infus.
"Saya tidak yakin." Perkataan ini, membuat Rhatanza kesal.
"Maksudnya gimana ya? Kenapa, Om malah semakin gencar menyudutkan adik saya." Kata Rhatanza yang mencoba menahan marahnya.
"Oh, kamu kakaknya? Tapi, kok beda?"
"Daddy! Cukup!" Seru Delvan.
"Atau jangan-jangan, Pak Ezra selingkuh? Dan dia adalah anak itu."
"Jaga omongan Anda! Saat ini, Anda benar-benar sudah kelewatan! Setelah menampar adik saya tanpa meminta maaf! Sekarang malah menuduh ayah kami!" Dada Rhatanza naik turun. Pria itu sudah mengepalkan tangannya, bersiap untuk meninju wajah pria paruh baya di depannya.
"SUDAH!" Bentak Irfan dengan suara menggelegar. "Ekhm, maaf." Irfan berjalan santai, lalu berdiri ditengah-tengah antara ayah Delvan dan Rhatanza.
"Om, pertama saya minta maaf atas ketidaksopanan saya yang berteriak barusan. Dan yang kedua, maafkan Rhatanza Mahardika teman saya, yang sudah berani membentak Anda."
"Ap_"
"Stop!" Irfan menginstruksikan ayah Delvan untuk berhenti berbicara dengan mengangkat telapak tangannya. "Tolong izinkan saya berbicara. Sebenarnya ada pertanyaan yang mengganjal dalam pikiran saya. Saat Anda datang dan tau jika putra Anda sedang sekarat, kenapa yang pertama Anda bahas adalah soal perusahaan? Bukan bagaimana kondisi atau keadaan Delvan? Bahkan Anda malah membuat kegaduhan sampai berani memukul adik teman saya."
Rasanya Delvan ingin memukul mulut sialan Irfan itu menggunakan balok berpaku. Enak saja ia dibilang sekarat. Namun, Delvan hanya bisa diam saat ini, membiarkan remaja itu yang akan menenangkan keadaan. Untuk berbicara saja membuat Delvan sakit kepala, apalagi mendengar kegaduhan.
"Kamu hanya anak kecil. Tidak sebaiknya ikut campur urusan orang lain. Lebih baik belajarlah bekerja, agar tidak menyusahkan orang tua." Ucap ayah Delvan yang hanya diangguki oleh Irfan.
"Saya tau, saya harus bekerja untuk meringankan beban orang tua. Tapi saat ini, saya hanya patuh pada mereka. Mereka menyuruh saya sekolah dan belajar dengan benar, dan saya menurut. Alhasil saya selalu juara pertama dari awal masuk sekolah SD hingga sekarang. Apa hal itu kurang?" Tanya Irfan dengan sebelah alis yang terangkat.
Ayah Delvan menatap Irfan dari atas sampai bawah. "Kamu, Irfan Reykana?"
Irfan mengangguk membenarkan, "iya, saya Irfan Reykana. Ada masalah? Wahai pemilik sekolah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
INCARAN {END}
Fantasy-Bukan transmigrasi tapi masih fantasi- Di Korea, ada gadis berusia 8 tahun, dia memiliki kelebihan yang selalu turun temurun dari leluhurnya. Namun kelebihan itulah yang selalu menganggap bahwa dirinya pembawa sial. Karena, kelebihan itu hanya dimi...