48- Keputusan Chika

334 32 0
                                    

»»---->❃♡❃<----««
⚠️Guys.. Jangan lupa vote.
Happy Reading🥳
»»---->❃♡❃<----««

Setelah kejadian, di mana Rhatanza dan Alma kecelakaan. Kini, Chika masih menetap di Indonesia. Lantaran kondisi kakaknya masih dalam pemilihan. Jadinya, Chika memutuskan untuk membantu orang tuanya dalam mengurus Rhatanza dan Alma.

Beberapa hari sebelum diperbolehkan pulang oleh pihak rumah sakit, Alma sudah diajak untuk pulang ke kediaman Ezra. Namun, beberapa kali juga gadis itu menolak. Alma merasa jika dirinya tinggal di sana, maka akan semakin menyusahkan orang lain. Dan juga, Alma menjadi benci saat melihat Rhatanza. Entah mengapa, padahal dulunya dia bukan tipe orang pendendam.

Namun akhirnya, Alma menyetujui ajakan keluarga Ezra. Karena Firli yang menasehati sekaligus meyakinkan Alma, bahwa dengan bersedianya Alma tinggal di rumah Ezra, maka Firli tidak akan terus-menerus merasa bersalah. Sampai Alma yang tidak tega dengan ucapan Firli, akhirnya dia ikut tinggal ke kediaman Ezra. Alma sendiri tidak tahu akan sampai kapan dia tinggal di rumah mewah itu.

Kebetulan, saat ini Chika baru saja selesai menemani Alma makan malam dikamar tamu. Chika selalu menemani Alma saat sedang makan, karena Alma selalu meminta. Itu pun jika Chika tidak sibuk. Dan nyatanya, Chika tidak sibuk sama sekali. Kuliah saja belum masuk.

Chika melambaikan tangannya ke arah Alma saat berada di ambang pintu kamar. "Selamat malam kak. Chika keluar ya?"

"Iya Chika. Selamat malam. Makasih udah temenin aku seharian." Ucap Alma seraya tersenyum manis dan dibalas oleh Chika dengan senyumnya yang tak kalah manis dan lembut.

Setelah menutup pintu, Chika pergi menuju tangga. Baru saja kakinya menginjak tangga, suara bel rumah yang berbunyi menghentikan langkahnya. Karena Ezra dan Firli sudah tidur, akhirnya Chika membuka pintu. Setelah pintu terbuka, terlihatlah sosok pria tampan dengan setelan kerja tengah menatapnya.

"Kak Delvan?" Chika tertegun saat Delvan tersenyum lembut padanya.

"Udah tidur?" Tanya Delvan sambil mengangkat tangannya dan mengusap puncak kepala gadis di hadapannya.

Chika menggelengkan kepalanya. "Chika belum tidur. Barusan habis temenin kak Alma makan."

Delvan pun mengangguk mendengar jawaban Chika. "Ngantuk?" Tanyanya lagi.

"Emm, kayanya belum deh. Hihi." Chika tersenyum lebar menampilkan deretan giginya yang putih dan rapih.

"Kalo gitu, aku mau bicara dulu." Chika langsung mempersilahkan Delvan masuk ke dalam rumah. Mereka duduk berdampingan di sofa ruang tengah.

"Kak Delvan baru pulang kerja?" Tanya Chika.

"Iya." Jawab Delvan singkat. Dia merasa lelah sebenarnya, hanya saja , rasa rindunya ke Chika tak bisa ia tahan.

Chika melirik ke arah jam, ternyata sudah menunjukkan pukul 22:30 malam. "Setiap hari pulang jam segini?" Chika merasa kasihan karena Delvan sangat kerja keras dari dulu.

"Jam segini belum terlalu malem. Biasanya pulang jam setengah dua belas." Delvan mengandarkan kepalanya pada bahu Chika. "Nitip kepala bentar."

"Mau di elus gak?" Tawaran Chika tentu tidak akan menerima penolakan. Delvan langsung mengangguk. Tapi, merasa Chika terlalu pendek, membuat kepala Delvan terasa pegal. Akhirnya dia mengangkat tubuh Chika dan di dudukkan di pangkuannya. Kepalanya kembali ia sandarkan pada bahu Chika.

INCARAN {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang