17- Rhatanza Ketua Braveco

463 62 7
                                    

»»---->❃♡❃<----««

⚠️Vote dulu sebelum scroll kebawah!!!
Yang belum follow di haruskah untuk follow dulu!!!
Happy Reading🥳

»»---->❃♡❃<----««

Dua minggu setelah insiden Rhatanza tertembak. Kini, seorang kakak beradik itu tengah bersantai di halaman markas Braveco. Mereka berdua datang ke sana karena ada sesuatu yang ingin Keival sampaikan, dan diharuskan semuanya untuk datang.

"Riva jadi kesini?" Tanya Rhatanza.

Chika mengangguk, "katanya mau bareng Bang Ival."

"Oh."

"Hmm, kira-kira, Bang Ival mau ngomongin apa ya? Jadi penasaran." Ucap Chika tak sabaran.

"Paling ngomongin rencana buat bagi-bagi berkah?" Tebak Rhatanza yang tak begitu yakin.

"Mungkin? Kalo bener, bisa jalan-jalan dong. Nanti aku mau naik motornya sama ka Delvan."

Mendengar adiknya yang begitu semangat dalam mengatakan itu, Rhatanza langsung mendengus kesal. "Gak! Abang gak ngizinin kamu buat deketin dia."

Chika langsung menunduk lesu, sudah lama dia tidak bertemu Delvan. Terakhir mereka bertemu saat di rumah sakit, dan setelah itu tidak ada lagi pertemuan di antara keduanya.

Rindu, gadis itu merindukan sosok Delvan si mayat hidup itu. Walaupun Gelvan sepertinya memiliki suatu ikatan dengan Delvan, hal itu tidak membuat perasaan Chika goyah.

Ezra selalu menyuruh dirinya untuk menjauhi Delvan dengan cara baik-baik. Memang tidak ada bentakan atau kekasaran saat Ezra menyuruh putrinya untuk menjauhi Delvan. Tapi tetap saja, rasanya seperti sebuah paksaan yang membuat diri Chika sedikit tertekan.

Hembusan nafas yang panjang, dapat Rhatanza dengar. Mendapati adiknya yang tertunduk lesu, membuat hati Rhatanza sedikit sakit. Apakah dirinya terlalu berlebihan karena melarang adiknya untuk tidak berdekatan dengan Delvan?

"Chi_"

"Riva!" Baru saja Rhatanza akan memanggil Chika, tiba-tiba saja gadis itu berteriak menyambut kedatangan sahabatnya.

Rhatanza hanya bisa pasrah. Dia bangkit dari duduknya untuk sama-sama menyambut kedatangan Keival.

Chika dan Riva saling berpelukan bagaikan teletubis. Sedangkan Keival yang menyaksikan hanya menggeleng pelan. "Dasar bocah."

"Bang."

"Eh, udah baikan Za?" Tanya Keival seraya beradu tos dengan Rhatanza.

"Baik banget malah." Jawabnya.

"Hm, udah kumpul semua?"

"Belum, tinggal tunggu Delvan."

Keival mengangguk, lalu dia menggiring adik-adiknya untuk masuk ke dalam sambil menunggu kedatangan Delvan.

"Bang Ival?" Panggil Chika setelah duduk di sofa.

"Iya?"

INCARAN {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang