2

31.2K 2.4K 49
                                    

H A P P Y ❤ R E A D I N G

Ting.... Tong....

Adam yang tadinya fokus pada ponselnya seketika menoleh ke arah pintu apartemen yang berbunyi.

"SEBENTAR!" teriak Adam kuat.

Ting..... Tong.... Ting... Tong...

"Iya Sebentar!" teriak adam lebih kuat.

Bukannya berhenti, bel malah semakin di pencet secara lebih bruntal.

Ting..... Tong.... Ting... Tong.... Ting...... Tong....

Adam yang sudah kepalang kesal dengan cepat membuka pintu apartemenya dengan mengomel.

"Dibilang sebentar, ya sebentar! Ngerti bahasa indonesia, nggak sih?" dumel Adam kesal.

"Aku lapar," balas seseorang dengan lesu yang memencet bel apartemen tadi a.k.a. Rio.

Adam menatap remaja di depannya yang kini mengelus perutnya sembari menggumamkan kata 'lapar'.

Adam berusaha mati-matian menahan sudut bibirnya agar tidak tersenyum melihat tingkah laku remaja di depannya ini yang terlihat menggemaskan.

"Apakah kau punya makanan?" tanya Rio lagi.

Adam masih tak bergeming, tetap diam dengan terus menatap remaja di depannya ini.

Rio yang kepalang kelaparan dan malah diabaikan oleh sesosok tua di depannya pun berenggut kesal.

"HEI!" sentak Rio dengan kuat.

Adam seketika sadar dari lamunannya dan menatap Rio bertanya.

Rio berdecak kesal dan menghempaskan koper yang sedari tadi ia pegang dengan kasar.

"Apakah kau nggak niat menampungku? Aku lapar! Bahkan kau nggak mengizinkan aku masuk! Kalau kau nggak ingin menampungku, lalu mengapa kau mengiyakan permintaan, Oma?" cerocos Rio tanpa henti.

Dan untung saja Rio masih memiliki sopan santun walau hanya sekian nol persen hingga ia tidak memakai bahasa gaulnya.

"Oh maafkan, papa. Silahkan masuk." Adam menggeser badannya ke samping lalu mempersilahkan Rio masuk.

Rio dengan cepat masuk ke dalam apartemen Adam tanpa memperdulikan Adam yang kini menatap malas ke arah dirinya.

Bahkan Rio meninggalkan kopernya yang sudah tergeletak tidak berdaya di lantai.

Adam mengambil koper milik Rio lalu berjalan memasuki apartemen tidak lupa sebelum itu ia menutup pintu apartemen terlebih dahulu.

Begitu Adam berada di ruang keluarga, dapat Adam lihat Rio kini tengah duduk manis di meja makan dengan sepiring makanan di depannya.

Sepertinya anak itu sangat kelaparan hingga ia langsung memakan apapun yang ada di depannya menghiraukan kalau sekarang dia bukan berada di mansion milik Opa dan Oma nya.

Tetapi ini adalah apartemen milik ayahnya, tidak apa-apa dong kalau begitu, benar bukan?

Adam membawa koper milik Rio menuju sebuah kamar yang berada tepat di samping kamar miliknya.

Kamar yang sedari awal sudah ia persiapkan untuk Rio jika anak itu datang ke apartemennya.

Dan benar saja, bahkan sekarang anak itu akan tinggal bersama dirinya selama satu tahun.

💫💫💫

Setelah perutnya sudah merasa kenyang, Rio memandangi ke sekeliling dengan pandangan bingung.

'Dimana pria itu?' batin Rio bertanya.

Rio bangkit dari duduknya dan berjalan menuju ruang keluarga yang terdapat sebuah televisi di sana.

Rio mengedikkan bahunya acuh lalu duduk dengan santai di sofa depan televisi.

Merogoh saku celananya guna mengambil benda pipih yang tersimpan di sana.

Banyak sekali pesan masuk yang berasal dari teman-temannya yang menanyakan mengapa ia hari ini tidak masuk.

Rio membuka satu persatu pesan dan membacanya terlebih dahulu sebelum membalasnya.

Deon
Yo
Lo dimana?
Kenapa nggak masuk?
Yo
Lo dimans sih anjing?
*dimama
*simana
*dimana anjeng
Typo anj-
Eh lo dimana woy?
Bel udah bunyi ni
Eh lo gsj masuk?
*gaj
*Hak
oasu keyboard nya ngajak gelod babi

Gue hari ini gamasuk
Nganter Oma sama Opa ke bandara

Ngapain Oma sama Opa ke bandara?

Nyari orang yang pas buat gebukin lo

Oasu

READ...

Rio terkekeh pelan melihat pesan yang dikirimkan oleh Deon. Teman seperbangsatannya.

Rio kembali melihat-lihat pesan yang masuk, dikira perlu untuk dibalas maka Rio akan membalasnya. Kalau dikira tidak perlu maka tidak akan dibalas Rio.

Karena terlalu fokus pada ponsel miliknya. Rio sampai tidak menyadari kedatangan Adam yang kini sudah duduk di sampingnya.

Dengan santai, Adam mengambil remot televisi lalu menghidupkan televisi itu, yang mana hal itu membuat Rio terjengkit kaget.

"Astagfirullah!" kaget Rio lalu mengelus dadanya sabar.

Adam mengalihkan pandangannya pada Rio yang kini juga menatap ke arah dirinya.

"Kenapa?" tanya Adam heran.

Rio menggelengkan kepalanya lalu fokus kembali pada ponsel di depannya.

Adam juga mengedikkan bahunya acuh lalu memilih untuk fokus pada televisi.

"Kamarku dimana?" tanya Rio tiba-tiba.

"Di pojok kanan dekat dapur," jawab Adam tanpa mengalihkan pandangannya pada televisi di depan.

Rio mengangguk-anggukkan kepalanya lalu memilih untuk pergi menuju kamarnya dan membersihkan diri.

-T B C-

1 Tahun Bersama Papa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang