H a p p y 💫 R e a d i n g
"Lo benar-benar tunangannya, si Rio?" tanya Vina hati-hati.
"Ngobrolnya sambil duduk dong, kak. Sini-sini duduk." Nana menarik tangan mereka satu persatu, membawa mereka menuju meja kosong yang tak jauh dari tempat mereka berdiri tadi.
Mereka bertiga, menurut dan mengikuti Nana. Duduk dengan posisi Nana dan Rati yang samping-sampingan dengan Vina dan Deva yang berada di depan mereka.
"Lo benar-benar tunangan, Rio?" tanya Vina sekali lagi.
Nana tertawa pelan mendengar pertanyaan itu kembali terlontar. Membuat ketiga orang lainnya menatap Nana bingung.
"Kagak elah, kak. Gue mah tetangganya kak Rio dulu. Sebelum dia pindah ke rumah Papanya."
Rati menghela nafas lega mendengar jawaban dari Nana. Nana yang melihat Rati menghela nafas seketika paham akan sesuatu.
"Lo suka sama Kak Rio, ya kak?" tanya Nana menggoda.
Rati tersenyum malu, menyelipkan helaian rambutnya ke belakang telinga dengan malu-malu.
"Sejak kapan?" tanya Nana lagi.
"Kelas sepuluh. Tapi baru berani dekat sama dia akhir-akhir ini."
Nana mengangguk mengerti, ia menatap Rati dengan intens menilai penampilan Rati.
"Lo sebaiknya mundur deh, kak."
Rati, Deva, dan Vina menatap Nana dengan tatapan bertanya.
"Kenapa Rati harus mundur?" tanya Deva tak suka.
"Gue cuma nyaranin doang elah, kak. Takutnya nanti lo dah baper, eh Kak Rio-nya malah gak punya rasa apapun sama lo."
Rati menatap Nana dengan tatapan tersinggung.
"Buktinya Rio ngerespon gue dengan baik tu."
Nana berdecak dan menatap ketiga orang di depannya dengan malas.
"Oh c'mon, kak. Lo bilang lo suka sama Kak Rio dari kelas sepuluh. Harusnya lo tau dong kalo Kak Rio memang baik ke semua orang. Jadi jangan baper, kak."
Rati terdiam, begitupun dengan Deva dan Vina. Benar juga, selama dua tahun lebih mereka satu kelas. Dan Rio memang sudah memperlihatkan sisi baiknya pada semua orang.
"Lagian ni ya, kak, gue bukannya mau ngina lo. Tapi, Lo tau kalo Kak Rio dari orang kalangan atas. Seluruh keluarganya itu kaya raya. Sedangkan lo? Kalo ini zaman kekerajaan, Kak Rio itu bagai bangsawan tingkat atas sedangkan lo cuma rakyat biasa. Kalo pun Kak Rio suka balik sama lo. Emang lo yakin kalo keluarga Kak Rio nerima lo dengan baik? Keknya sih enggak..."
"...Dan juga, pasti mereka bakal ngomong sama Kak Rio untuk milih lo atau keluarganya. Dan pasti Kak Rio bakal milih keluarganya. Apa lagi Kak Rio itu tipe-tipe anak penurut. Lo tau, kak, bahkan pas mereka tau Kak Rio gak mau pisah dari lo. Mereka pasti akan melakukan segala cara agar lo sama Kak Rio putus. Mau itu menjodohkan Kak Rio, atau bahkan mengancam akan membunuh lo kalo dia gak mau nurutin perintah keluarganya..."
"...Lo tau, kak. Harga diri dan pandangan orang-orang kepada mereka. sesuatu yang paling penting dan paling dijaga keluarga kalangan atas. Bisa aja kalo lo gak mau ninggalin Kak Rio, pekerjaan keluarga lo yang bakal jadi ancamannya. Sekali lagi, gue bukan ngina lo ya."
"Emang mereka kayak gitu?" tanya Rati pelan.
"Maybe. Apa sih yang gak dilakukan orang kalangan atas demi dapat apa yang mereka mau." Nana mengambil ponselnya dan melihat jam.
Masih ada lima menit lagi sebelum bel masuk. Sepertinya di lima menit ini ia akan gunakan untuk menyadarkan perempuan di depannya ini.
"Bukannya Mamanya Rio dari desa, ya? Gue denger-denger sih gitu soalnya. Berarti kan mereka gak mandang kasta?" tanya Vina bingung.
Nana kembali berdecak malas mendengar pertanyaan itu.
"Yaelah, kak. Emang almarhum Mamanya Kak Rio dari desa. Tapi apa lo taj seberapa ribu hektar tanah keluarga almarhum mamanya kak Rio? Dia emang dari desa, kak. Tapi penghasilan mereka sebulan lebih banyak dari penghasilan ortu lo pada setaun. Udah gitu, walau mereka dari desa. Tapi pendidikan almarhum mamanya kak Rio itu gak bisa disepelekan. Bahkan almarhum lulusan dari universitas ternama dunia. Jadi gue saranin ya, kak. Lo mundur aja, gak ada lagi harapan untuk lo maju."
Nana bangkit dan meninggalkan mereka. Satu sudut bibirnya terangkat membentuk sebuah senyum miring.
"Lo mau masuk ke keluarga gue lewat kak Rio? Jangan harap!"
Pandangan yang tadinya biasa saja berubah menjadi angkuh. Ia mengangkat dagu nya dan kembali berjalan dengan aura yang berbeda.
-t b c-
Helloooo gesss
Ari double up yuhuuu
Karna Ari pengen cerita ini cepat selesai dan Ari bisa publis cerita lainnyaJadi, Ari bakal lebih sering up
Yuhuuu 😍
300 vote + 50 komen
Ari triple up!

KAMU SEDANG MEMBACA
1 Tahun Bersama Papa
Roman pour AdolescentsSebelum baca, follow akun Arii dulu 😗 17 tahun ia telah hidup, namun tidak pernah sekalipun ia berinteraksi dengan sang Papa. Mamanya telah meninggal saat melahirkan dirinya, semenjak itu pula kakek dan neneknya yang membesarkannya. Sedangkan, Papa...