H A P P Y 💫 R E A D I N G
"Om, namanya siapa, om?" tanya Deon dengan masih menatap kagum ke arah Adam.
"Nama saya, Adam. Emang ada yang salah dengan, saya?" tanya Adam bingung.
"Tunggu, Adam-adam." Deon mengetuk-ngetuk dagunya berfikir.
Lalu secara tiba-tiba Deon menjentikkan tangannya kuat.
"Om bukannya pengusaha terkenal itu, ya? Ituloh, pengusaha tampan kaya raya, serta hot duda, bukan sih?" tanya Deon dengan senang gembira.
"Hot duda? Ituu menjijikkan," celetuk Rio.
"Loh, papakan memang hot duda, sayang. Siapa sih yang gak mau sama, Papa? Bahkan semua orang mengatakan kalo papa itu tampan." Pede Adam dengan menyisir rambutnya menggunakan tangan.
"Oma bahkan bilang aku lebih tampan dari pada, situ." Rio mengedikkan bahunya acuh lalu berjalan meninggalkan orang-orang yang kini menatapnya dengan tatapan tidak percaya.
Berbeda dengan Adam yang kini memandang sang putra dengan tersenyum geli.
"Waw, baru kali ini gue liat Rio mengpede," celetuk Deon pelan.
"Nah, sama banget. Kayak yang gue liat itu bukan dia, tau gak." sambung Zino.
💫💫💫
"Senang anda bisa menghadiri rapat ini, pak." kepala sekali mengulurkan tangannya yang dibalas langsung oleh Adan dengan tersenyum.
"Mumpung saya sedang tidak terlalu sibuk. Bapak jangan berlebihan," balas Adam dengan sedikit tertawa.
Kepala sekolah tersenyum lalu mengangguk. Mereka berdua kembali berjalan di sekitar koridor yang sudah sepi karena bel telah berbunyi beberapa jam yang lalu.
"Ngomong-ngomong kalau saya boleh tau, pak. Rio itu siapa bapak, ya? Tadi saya lihat bapak pergi dengan, Rio. Ah maaf saya lancang," tanya kepala sekolah dengan canggung.
"Rio putra tunggal saya, pak. Ah, tidak apa-apa, pak. Lagian wajar juga jika anda bertanya. kalau begitu, saya pamit dulu ya, pak." Adam tersenyum manis lalu berjalan pergi meninggalkan kepala sekolah yang kini sudah tersenyum miring.
Masih dengan tersenyum miring, kepala sekolah mengambil ponsel dari sakunya lalu menelepon seseorang. Begitu telepon tersambung, Kepala sekolah langsung berkata.
"Katakan pada semua guru agar berkumpul di ruang rapat. Ada sesuatu yang penting yang harus kita bahas," setelah itu panggilan langsung terputus secara sepihak oleh kepala sekolah.
💫💫💫
"Aku pulang." Rio membuka pintu apartemen menggunakan pin yang telah diberi tau oleh Adam dan masuk ke dalam apartemen.
Apartemen masih sangat sepi karena Adam sendiri belum pulang dari kantor. Memang masih terlalu siang untuk mendapatkan Adam di apartemen karena Adam akan berada di apartemen pada pukul 18:15 wib. Sedangkan ini masih pukul 15:20 wib.
Rio meletakkan asal tasnya lalu berjalan menuju meja makan. Ia baru saja pulang dari sekolah dan langsung pulang tanpa singgah ketempat-tempat lain.
Mungkin itu hal biasa bagi kebanyakan orang, tapi tentu saja tidak bagi Rio. Sangat jarang sekali bahkan tidak pernah Rio langsung pulang ke rumah begitu pulang sekolah.
Terkadang ia akan singgah dulu ke rumah Zino atau Deon hanya sekedar bermain. Lalu alan pulang ke rumah ketika jam sudah menunjukkan pukul 18:30 wib.
Bukan tanpa alasan Rio tidak langsung pulang kerumah sepulang dari sekolah. Itu karena Rio tidak ingin kesepian karena Oma dan Opanya yang selalu pergi keluar kota untuk mengurusi pekerjaan mereka.
Oke back to topik...
Begitu Rio sampai di meja makan, ternyata sudah terdapat beberapa makanan di atasnya, yaitu tumis kangkung dan juga ayam goreng.
Cukup sederhana tetapi Rio menyukai itu. Karena jujur saja, Rio kurang menyukai makanan yang terlalu mewah jika di rumah. Akan berbeda jika di luar rumah, oke.
Sudah pasti sang ayah sebelum pergi ke kantor tadi sehabis dari sekolahnya lansung memasak makanan.
Rio mengambil tumis kangkung itu lalu membawanya ke arah dapur. Dengan lihai, Rio memanaskan tumis kangkung itu dan kembali membawanya ke meja makan.
"Selalu saja sendiri," gumam Rio pelan lalu memakan makanannya.
Rio memakan makanannya dengan sangat lahap. Setelah selesai, ia membawa piring bekas ia makan lalu mencucinya.
-T B C-
KAMU SEDANG MEMBACA
1 Tahun Bersama Papa
Teen FictionSebelum baca, follow akun Arii dulu 😗 17 tahun ia telah hidup, namun tidak pernah sekalipun ia berinteraksi dengan sang Papa. Mamanya telah meninggal saat melahirkan dirinya, semenjak itu pula kakek dan neneknya yang membesarkannya. Sedangkan, Papa...