H A P P Y 💫 R E A D I N G
Rio memasuki kelasnya dengan tatapan datar, hilang sudah moodnya dibuat oleh Bu Reva.
"Ada apa, Yo? Tumben Bu Reva manggil, lo?" tanya Aldo dengan bingung.
"Nggak ada apa-apa, kok." Rio duduk di tempatnya dan langsung fokus pada ponselnya.
"Cerita aja kali, Yo," ucal Aldo lagi.
"Gue bilang gak pa-pa ya gak pa-pa. Bisa diem dulu gk sih? Gue mau tidur!" tegas Rio.
Awalnya, Aldo sedikit tersinggung oleh sahutan yang dilontarkan oleh Rio. Mengingat bahwa ia berkata dengan baik-baik. Tetapi, setelah itu Aldo mengedikkan bahunya acuh, lalu kembali fokus pada ponselnya.
Keadaan kelas yang masih ricuh karena para gurunya yang sedang rapat membuat Rio memasang earphone di telinganya dan memilih untuk tidur.
💫💫💫
Bel tanda pulang sekolah telah berbunyi sekitar tiga puluh menit yang lalu. Dan selama itu pula, Rio masih berdiri menunggu sang Papa menjemputnya.
Rio memandang kembali jam tangannya lalu memandangi ke sekitar. Tapi tetap saja, tidak ada tanda-tanda kalau sang Papa akan datang.
"Oke, tunggu lima belas menit lagi." Rio kembali memandang jam tangannya dan berujar untuk yang ke sekian kalinya.
"Kalo udah lima belas menit tapi belum datang. Oke fiks, lo bukan prioritas dia, Rio!" gumam Rio.
Rio masih berdiri di tempatnya dan terus memandangi sekitar. Suasana di sekolah sudah sepi karena memang hanya ia sendiri yang masih berada disana.
Terlalu sibuk memandangi sekeliling hingga tanpa terasa lima belas menit telah berlalu begitu saja. Tetapi tidak ada tanda-tanda Adam akan muncul.
Rio pun sudah menyerah untuk menunggu kedatangan Adam. Akan tetapi, saat Rio ingin melangkahkan kakinya. Tiba-tiba, sebuah mobil berhenti di sampingnya.
Rio kenal mobil itu, karena itu mobil milik Adam. Rio yang awalnya sudah senang seketika menjadi bingung saat bukan Adamlah yang keluar dari mobil. Melainkan sebuah pria yang mungkin seumuran dengan Adam.
"Tuan muda, silahkan masuk. Tuan Adam ada rapat penting hingga tidak bisa menjemput Anda," jelas sesosok itu.
"Maaf, tapi om siapa ya?" tanya Rio bingung.
"Saya adalah asisten ayah anda, tuan muda. Nama saya, Cahyo." sesosok itu a.k.a Cahyo memperkenalkan diri dengan sedikit membungkuk pada Rio.
Rio memandang Pak Cahyo dari atas ke bawah lalu kembali lagi ke atas dengan tatapan menilai.
"Gue gak percaya! Asisten Adam itu jelas-jelas adalah Om Bian!" Rio kembali ingin melangkahkan kakinya, sebelum Pak Cahyo dengan cepat menghalangi jalan Rio dengan merentangkan kedua tangannya di depan Rio.
"Pak Bian adalah asisten pribadi, Pak Adam. Sedangkan saya, adalah asisten kantor Pak Adam." Pak Cahyo tersenyum manis guna menyakinkan Rio yang kini sudah memandang sinis ke arahnya.
"Kalau Tuan Muda tidak percaya. Saya bisa menelepon Pak Adam agar anda percaya!" lanjut Pak Cahyo masih berusaha.
Rio mengagguk tanda setuju, dengan cepat, Pak Cahyo mengeluarkan ponselnya dan langsung menelepon Adam.
Dering pertama tidak diangkat, begitupun didering kedua. Tapi saat didering ketiga, suara Adam mulai terdengar dari ponsel milik Pak Cahyo.
"Ada apa, Cahyo?" tanya Adam langsung.
"Anda sudah percaya, Tuan Muda?" tanya Cahyo dengan memandang puas ke arah Rio yang kini hanya menatap datar dirinya.
"Oh."
Rio berjalan dan masuk ke dalam mobil dengan santai seolah tak ada yang terjadi baru saja. Meninggalkan Pak Cahyo yang kini hanya tersenyum terpaksa seakan sedang mengatakan 'I'm fine'.
"Maaf, Pak. Tadi Tuan muda tidak percaya pada saya. Jadi, saya menelpon anda," ycap Pam Cahyo tidak enak.
Mau bagaimanapun ia sudah mengganggu waktu rapat sang atasan demi membuat seorang pemuda yang kini sedang memainkan ponselnya dengan santai di mobil.
"Tidak apa, yaudah saya matikan."
Sambungan telepon seketika terputus, Pak Cahyo pun berjalan menuju mobil menyusul Rio.
Selama diperjalanan menuju kantor milik Adam. Suasana di dalam mobil sangat hening karena tidak ada yang membuka suara diantara mereka.
Hingga, mereka sampai di kantor Adam. Tanpa memperdulikan Pak Cahyo, Rio langsung turun dan berjalan santai menuju ruangan Adam yang ia sendiri bahkan tidak tau berada dimana.
Begitu Rio berada di pintu utama, Pak Cahyo dengan cepat berlari menuju ke tempat Rio.
"Mari ikuti saya, Tuan muda." Pak Cahyo mulai berjalan dengan diikuti Rio di belakangnya.
Mereka berdua memasuki lift dan menekan tombol angka lima belas dimana ruangan Adam berada.
Begitu pintu lift terbuka, Rio kembali berjalan tanpa menghiraukan Pak Cahyo yang masih sentiasa berada di belakangnya.
"Adam, ada?" tanya Rio pada seorang wanita yang ia duga adalah sekretaris Adam.
"Pak Adam masih rapat, Tuan Muda. Mungkin akan selesai beberapa menit lagi," jawab wanita itu dengan sopan.
Adam memandangi wanita itu dengan tatapan menilai. Baju rapi, tidak kekurangan bahan, make up sederhana, rambut tertata rapi. Cukup bagus, pikir Rio.
Tanpa mengucapkan kata 'terima kasih' Rio langsung pergi dan masuk begitu saja ke ruangan Adam.
"Sepertinya ia sedang tidak mood," ucap wanita itu pada Pak Cahyo.
"Sepertinya kau benar, Rani." Pak Cahyo memandang sekilas ke arah pintu ruangan Adam lalu memilih untuk pergi menuju ruangannya karena ia juga memiliki banyak tugas.
-T B C-

KAMU SEDANG MEMBACA
1 Tahun Bersama Papa
Teen FictionSebelum baca, follow akun Arii dulu 😗 17 tahun ia telah hidup, namun tidak pernah sekalipun ia berinteraksi dengan sang Papa. Mamanya telah meninggal saat melahirkan dirinya, semenjak itu pula kakek dan neneknya yang membesarkannya. Sedangkan, Papa...