H a p p y 💫 R e a d i n g
"Sungguh mengharukan sekali bestih!"
Mereka bertiga seketika menoleh ke arah suara itu. Dan terlihat seorang pria yang mengenakan pakai serba hitam dengan sebuah topeng di wajahnya yang hanya menutupi daerah mata saja.
"Wah wah wah, setelah dua hari menunggu. Akhirnya ada juga orang yang ingin menyelamatkan kalian. Saya pikir tidak ada," ucap seseorang itu dengan sinis.
"Siapa lo?" tanya Nio ragu.
"Saya? Kalian tidak perlu tau siapa saya. Yang pasti, kalian tidak akan bisa kabur dari saya. Bawa mereka ke atap!" perintah pria itu dan berlau pergi begitu saja.
Enam orang pria yang berbadan besar serta pakaian rapi khas dari seorang bodygard muncul. Memegang kedua tangan Nio dan menyeretnya secara paksa.
"Eh eh eh! Siapa lo?!" teriak Nio sambil memberontak.
Bergerak secara acak agar bisa melepaskan diri. Karena kesal, salah satu dari bodygard itu memukul kepala perut Nio dua kali dengan sangat kuat.
Bugh...
Bugh...
Uhuk...
Nio memuntahkan darah dari mulutnya, menatap nyalang salah satu dari bodygard itu. Namun sama sekali tak di gubris oleh mereka. Mereka malah kembali menyeret Nio secara paksa.
Begitu pula dengan ke empat bodygard lainnya. Bedanya, mereka melepas rantai yang mengikat Deon dan Rio terlebih dahulu.
Rio yang diseret secara paksa tentu saja tidak terima. Mengumpulkan tenaganya, lalu menendang salah seorang bodygard yang berada di samping kirinya dengan kuat.
Lalu menendang area privasi bodygard yang berada di samping kirinya.
Saat Rio bersiap untuk berlari.
Plak...
Sebuah tamparang yang sangat kuat mendarat di pipinya yang mulai tirus.
Rio memegang pipinya dan mengangkat wajahnya untuk melihat siapa yang menamparnya. Ternyata pria bertopeng tadi. Rio menatap pria bertopeng itu dengan tajam. Yang dibalas dengan senyum licik yang tercetak jelas di bibir pria bertopeng itu.
Berjalan mendekati Rio dengan perlahan juga denfan aura yang sangat menakutkan. Rio memundurkan langka perlahan, namun pria bertopeng itu semakin melebarkan lagkahnya.
"Seharusnya kau ikut tanpa membantah."
Plak...
Plak..
Bugh...
Bugh...
Bugh...
Bugh...
Rio seketika muntah darah karena tamparan dan juga tendangan yang hilangkan pria bertopeng itu.
"Bawa dia."
Prio bertopeng itu berbalik dan kembali melangkah. Diikuti oleh dua bodygard dengan salah satu daru mereka yang mengangkat Rio bak membawa karung beras.
Rio tak lagi melawan, karena tenaganya sudah habis terkuras dan rasa sakit di area perutnya karena tendangan pria bertopeng tadi.
Sesampainya di rooftop, Rio di lemlarkan begitu saja di samping Deon dan Nio yang kini sudah terkapar lemah.
"Semuanya sudah berkumpul?" tanya pria bertopeng itu sambil mengisap rokoknya.
Menghembuskan rokok dengan perlahan sambil tersenyum manis.
"Tugas terakhir kalian. Bunuh satu sama lain hingga salah satu dari kalian mati." ucap pria bertopeng itu santai.
Rio, Deon, dan Nio menyatukan alis mereka bingung. Siapa yang dimaksud pria bertopeng itu? Pikir mereka bertanya.
Namun, pertanyaan itu seketika terjaga saat Aldo dan Zino yang keluar dengan pisau buah di tangan mereka.
Berjalan dengan beriringan menuju mereka dengan tersenyum manis.
"Thank you and sorry."
Mereka saling menatap satu sama lain, melemparkan senyum manis mereka yang terlihat tulus dan secara kompak menganggukkan kepala mereka.
Berjalan dengan santai dan tangan yang saling menggenggam menuju pinggir rooftop. Rio yang menyadari apa yang akan dilakukan mereka dengan cepat berusaha untuk berlari.
"KALO KALIAN BERANI LAKUIN YAG ADA DIPIKIRAN KALIAN, GUE BERSUMPAH GAK AKAN PERNAH MAAFIN KALIAN SAMPE GUE MATI!" teriak Rio kuat.
Berusaha sekuat tenaga melangkahkan kakinya yang masih lemah menuju ke arah Aldo dan Zino yang semakin dekat ke pinggir rooftop.
Saat Rio akan sampai di dekat Aldo dan Zino, pria bertopeng itu dengan santainya menendang kaki Rio hingga Rio terjatuh tersungkur.
Deon dan Nio yang mengerti maksud Rio pun ikut berjalan menuju mereka. Namun, dengan cepat para bodygard itu menembak kedua kaki Deon dan Nio.
Dor...
Dor...
Dor..
Dor..
"JANGAN!"
Tidak putus asa, Rio kembali bergerak dengan merangkak. Namun lagi-lagi, pria bertopeng itu menendang badan Rio hingga Rio terguling tak berdaya.
"Gue mohon jangan!" teriak Deon kuat.
"Selamat tinggal!"
Bak slomow di sebuah vidio, Aldo dan Zino terjun begitu saja dengan menghadap ke arah mereka. Memberikan senyum manis dan melambaikan tangan tanda perpisahan.
"GUE MOHON JANGAN!" teriak Rio kembali dengan kuat.
Perlahan tapi pasti, tubuh keduanya mulai menghilang seiring dengan terbangnya tubuh mereka dan terjatuh begitu saja tepat di atas mobil Adam.
Membuat orang-orang yang berada di bawah seketika terbelalak kaget.
"Apa yang sebenarnya terjadi?" gumam Adam bertanya.
-t b c-

KAMU SEDANG MEMBACA
1 Tahun Bersama Papa
Novela JuvenilSebelum baca, follow akun Arii dulu 😗 17 tahun ia telah hidup, namun tidak pernah sekalipun ia berinteraksi dengan sang Papa. Mamanya telah meninggal saat melahirkan dirinya, semenjak itu pula kakek dan neneknya yang membesarkannya. Sedangkan, Papa...