H a p p y 💫 R e a d i n g
Setelah menunggu beberapa saat akhirnya lebih dari sepuluh mobil datang, dan keluarlah para bawahan Adam dan juga bawahan orang tua Deon.
Pria dengan badan yang saat tegap serta otot yang sangat menonjol, semua pria itu memiliki tubuh yan seperti itu kira-kira.
Adam melihat sekeliling, mengangguk tanda puas saat mengetahui bahwa jumlah orang yang datang sangat-sangat banyak.
"Kalo gitu lebih baik kita sekarang menyusul Nio!" perintah Adam tegas.
"Tidak bisa! Bisa saja saat kita masuk nanti, kita malah menjadi ancaman bagi anak-anak. Lebih baik kita tunggu saja dulu dan saat kita menerima tanda dari anak itu baru kita masuk!" larang Ayah Deon.
Adam menatap tajam Ayah Deon, dan dibalas tatapan tak kalah tajam dari pria paruh baya itu.
"Benar yang dikatakan suami saya. Lebih baik sekarang kita menunggu terlebih dahulu. Kita tunggu setengah jam lagi, kalau masih belum ada tanda yang dikirimkan anak itu. Baru kita masuk ke dalam." saran Mama Deon.
Adam mengangguk pasrah, mungkin benar apa yang mereka katakan tadi.
Hingga, Bian datang dan langsung mendekat pada Adam. Membisikkan sesuatu pada Adam.
"Pak, bisa bicara sebentar?"
Adam menatap Bian bertanya, namun dibalas anggukan oleh Bian dan berjalan menfahului Adam.
Dengan rasa penasaran yang membuncah, Adam mengikuti Bian yang berjalan menuju mobil milik Adam. Menjauhi orang-orang kini sedang berkumpul.
"Ada apa, Bian?" tanya Adam penasaran.
Bukannya menjawab pertanyaan Adam, Bian malah menjatuhkan dirinya berlutut di depan Adam. Membuat Adam semakin kebingungan, dengan rasa penasaran yang semakin membuncah, Adam membantu Bian bangkit.
"Hei ada apa? Coba jelaskan!" perintah Adam tegas.
"Masalah kasus ayahnya Nio." Hanya kata itu yang bisa Bian ucapkan.
Alis Adam menyatu, menatap Adam seolah menuntut penjelasan.
"Ayahnya Nio adalah paman Aldo, dan paman Aldo kerjanya bukan pemilik butik, tapi pemilik restoran yang tidak terlalu terkenal. Dan untuk masalah plagiat dan pemerasan, itu bukan saya yang mencari info itu. Saat itu, saya sedang banyak kerjaan, jadi saya memberikannya pada sekretaris bapak yang lain tapi bukan Rani. Bapak pasti tau siapa." Jelas Bian dengan menunduk.
Adam berpikir sebentar, mencoba untuk memahami apa maksud perkataan Bian.
"Jadi, ayahnya Nio itu bukan pemilik dan plagiat karya-karya desainer kecil? Tapi pemilik restoran yang tidaj terlalu terkenal? Jadi pemilik butik itu siapaa Nio?"
"Pamannya Nio."
Adam mengangguk mengerti. Masih terus mencerna perkataan Bian.
"Bukan kamu atau Rani, sekertaris saya yang lain? Maksud kamu dia? Kan sekretaris saya cuma tiga."
Bian mengangguk mantap, mengambil sebuah amplop di sakunya lalu memberikannya pada Adam. Adam menerima amplop itu dengan bingung.

KAMU SEDANG MEMBACA
1 Tahun Bersama Papa
Teen FictionSebelum baca, follow akun Arii dulu 😗 17 tahun ia telah hidup, namun tidak pernah sekalipun ia berinteraksi dengan sang Papa. Mamanya telah meninggal saat melahirkan dirinya, semenjak itu pula kakek dan neneknya yang membesarkannya. Sedangkan, Papa...