H a p p y 💫 r e a d i n g
"Gimana sekolah kalian?" tanya Adam disela-sela mereka makan.
"Ya gitulah, om. Biasa-biasa aja, gak ada yang spesial. Kecuali si Vina yang keknya mulai gebet anaknya Om." sahut Aldo santai.
"Gue gampar lo ye! Kagak ada gue bilang gitu!" teriak Vina tak terima.
Bahkan kini Vina sudah ingin melempar Aldo menggunakan sendok yang ia gunakan untuk makan. Namun harus tertahan oleh Deva yang dengan sigap memegang tangannya.
"Lah, tadikan lo yang bilang gini 'wuih biasalah ni gebet si Rio. Kan mayan anak tunggal kaya raya, kalo gak dapat si Rio bokapnya juga gak masalah' nah lo." Aldo menunjuk Vina dengan tersenyum jahil. Bahkan, kini Aldo menambah-nambahi kalimat yang Vina ucapkan.
"Eh kampret! Kagak ada gue bilang gitu ye! Jelas-jelas pitnes lo!" murka Vina.
"Eh tapi yang diucapkan Aldo bener loh, Om. Deon tadi denger sendiri kalo Vina ngomong gitu!" kompor Aldo dengan heboh.
Adam tertawa kecil sambil melihat ke arah anak tunggalnya yang masih terus makan tanpa memperdulikan teman-temannya.
"Waah cantik kamu, ya. Cocok keknya sama Rio," ujar Adam tiba-tiba menggoda.
Wajah Vina sudah memerah padam antara malu atau marah. Sementara yang lainnya sudah menyoraki Vina, Rati yang bahkan dari tadi hanya diam saja juga ikut menyoraki Vina.
"Ciee Vina, udah dapat restu tu dari camer."
"Cieee Vina, bapaknya gak sekalian, Vin?"
"Vina-Vina bapaknya juga dong, Vin."
"Semua ini gak bener, Om. Serius deh, Om! Mereka cuma ngibul aja, Om!" Vina mengangkat kedua jarinya meyakinkan.
Membuat yang lain semakin terbahak melihat Vina yang gelalapan.
"Sudah-sudah, kasian itu Vina udah merah padam mukanya." lerai Adam.
💫💫💫
"Adam bangsat! Kenapa gak bangunin sih tadi, mana udah telat lagi! Kenapa juga dia gak bilang kalo mau dinas ke luar kota. Bangsat emang!"
Sedari turun dari bus tadi, tak henti-hentinya ia mengumpati sang Papa yang tak memberi kabar padanya kalo sang Papa sedang dinas ke luar kota.
Karena sudah terbiasa tinggal dan dibangunin oleh Adam membuat Rio akhirnya bangun kesiangan dan berakhirlah ia disini. Di depan gerbang sekolah yang suah tertutup. Rio sudah pasrah kalau ia akan dihukum nantinya mengingat bahwa guru bk sangatlah galak.
"Yahh, telat nih. Mama sih, kenapa gak bangunin aku tadi!" ucap seseorang dari belakang Rio.
Rio berbalik badan untuk melihat siapa yang berada di belakannya. Dan terlihatlah seorang pemuda yang wajahnya sangat-sangat asin bagi Rio. Sepertinya ia anak baru, batin Rio.
Pemuda itu menatap sekeliling dan berhenti saat matanya menangkap sosok Rio.
"Lo juga terlambat?" tanya pemuda itu.
Rio hanya mengangguk menjawabnya, tak lama kemudian. Seorang guru paruh baya a.k.a Bu Sisil datang menghampiri mereka dengan membawa rotan di tangannya.
"Kenapa kalian telat?" tanya Bu Sisil ketika sudah berada di depan Rio dan pemuda tadi.
"Kesiangan, bu." kompak mereka menjawab.
Bu Sisil membuka gerbang dan mereka pun masuk.
"Kamu anak baru, kan?" tanya Bu Sisil pada Pemuda itu.
Pemuda itu mengangguk menjawab pertanyaan Bu Sisil.
"Baru hari pertama masuk sudah terlambat. Mau jadi apa kamu, ha? Siapa nama kamu?" tanya Bu Sisil beruntun.
"Nio, bu." pemuda itu a.k.a Nio menundukkan kepalanya takut.
"Kamu Nio, lari keliling lapangan tiga putaran. Dan kamu, Rio, masuk kelas sana, pelajaran sudah dimulai." perintah Bu Sisil.
Rio menyatukan alisnya bingung, kok cuma Nio yang dihukum, kok dia enggak?
"Kok saya gak dihukum, bu? Kan saya juga telat?" tanya Rio yang diangguki setuju oleh Nio.
"Lakukan apa yang saya perintahkan! Nio segera lari dan Rio masuk ke kelas!" tegas Bu Sisil.
Nio dengan cepat berlari menuju lapangan begitu pula dengan Rio yang bukannya menuruti perkataan Bu Sisil malah ikut berlari bersama Nio. Meninggalkan Bu Sisil yang sudah kelabakan melihat Rio berlari.
"Kalian berhenti!" teriak Bu Sisil kuat.
Rio dan Nio seketika berhenti dari larinya.
"Langsung masuk kelas masing-masing saja!" lanjut Bu Sisil.
Mereka saling berpandangan dengan tatapan bertanya. Lalu aRio mengedikkan bahunya acuh dan memilih untuk ke kelasnya, diikuti oleh Nio di belakangnya.
"Hampir aja." bu Sisil mengelus dadanya lega setelah melihat gua orang itu pergi menjauh darinya.
Hampir saja dirinya kena pecat karena menghukum Rio.
-T b c-
![](https://img.wattpad.com/cover/310745990-288-k649601.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
1 Tahun Bersama Papa
Teen FictionSebelum baca, follow akun Arii dulu 😗 17 tahun ia telah hidup, namun tidak pernah sekalipun ia berinteraksi dengan sang Papa. Mamanya telah meninggal saat melahirkan dirinya, semenjak itu pula kakek dan neneknya yang membesarkannya. Sedangkan, Papa...