H a p p y 💫 R e a d i n g
"Waw, padahal saha hanya meminta mereka saling membunuh bukan bunuh diri. Sungguh persahabatan yang sangat mengharukan." pria bertopeng itu menggeleng takjub.
Lalu menoleh pada Rio yang kini masih menatap lurus dengan tatapan kosong.
"Siapa diantara kalian yang akan mendapatkan informasi berikutnya?"
Menatap mereka satu persatu seolah mencari jawaban. Dan tersenyum licik kala pandangannya tertuju pada Rio.
"
Oh lebih baik saya memulainya darimu, Rio Alfatah. Kamu ingin mengetahui suatu rahasia? Rahasia yang disimpan rapat-rapat oleh seluruh keluargamu? Kau ingin tau?"
Pria bertopeng itu menarik Rio dengan sangat kuat hingga Rio kini berdiri sempurna di samping pria bertopeng itu.
"Kenapa gue seperti kenal sama lo?" tanya Rio pelan.
Pria bertopeng itu tersenyum manis.
"Karna kamu mengenal saya."
Menjeda ucapannya sebentar untuk melihat respon Rio. Namun, Rio hanya diam sambil menatap pria bertopeng itu dengan intens.
"Kamu penasaran bukan sama rahasia yang disembunyikan seluruh keluargamu? Bahkan Oma dan Opamu? Kalo kamu sebenarnya bukan anak kandung, Tuan Adam yang terhormat?"
Rio, Deon, dan Nio, seketika membulatkan mata mereka kaget. Melihat reaksi mereka, pria bertopeng itu tersenyum manis.
"Mereka belum memberi taumu? Singguh menyedihkan, ck ck ck."
Menggelengkan kepalanya dengan dramatis. Seolah-olah ia sedang kecewa dengan apa yang telah di perbuat keluarga besar Rio.
"Dan kau tau? Orang tua kandungmu telah meninggal tepat saat lo umur satu tahun. Dan apa kau tau? Tuan Adamlah yang membunuh mereka."
"Enggak! Lo pasti bohong! Jelas-jelas Papa gue itu Papa Adam! Mama gue juga meninggal karna ngelahirin gue! Lo pasti bohong!" teriak Rio marah.
Mencoba untuk membogem pria bertopeng itu, tapi kalah cepat karena tangannya yang lebih dulu di cekal dan di plintir ke belakang hingga kini Rio berdiri membelakangi pria bertopeng itu yang kini semakin tersenyum licik.
"Oh Ayolah, Rio. Jika memang dia adalah ayah kandungmu, kenapa dia tak pernah peduli padamu? Itu sangat tidak masuk akal, Rio. Dan kau bukan anak umur tujuh tahun yang akan percaya pada omongan seperti itu."
"Jika anda memang memiliki dendam pada orang tua kami. Setidaknya anda tak menghasut kami untuk membenci mereka! Anda memang iblis!" ucap Deon mantan.
Pria bertopeng itu tertawa sinis mendengar ucapan Deon. Dan dengan santai menendang lutut Rio hingga kini Rio jatuh berlutut di depannya.
"Kau memiliki dua pasang orang tua. Walau mereka bercerai, apa mereka mengabaikan diri, Deon? Mereka tetap mengabari dirimu bukan? Bahkan sesekali menjenguk dan membujukmu untuk tinggal bersama mereka. Karena mereka memang orang tua kandungmu. Tapi dalam situasi Rio, mereka tinggal di kota yang sama. Jarak rumah dan apartemen mereka juga tidak perlu satu jam dalam perjalanan. Tapi mengapa Adam tidak pernah menjenguk putranya? Bukanya sudah jelas jika Adam tak mengharapkan kehadiran Rio? Karena apa? Karena Rio bukan anak kandungnya! Emang kamu percaya kalo kamu darah dagingnya kamu akan dilupakan sama orang yang kamu anggap Papa itu? Itu tidak masuk akal, Deon."
Brak..
"TUTUP MULUTMU SIALAN!"
Pintu terbanting seiring dengan teriakan Adam yang membahana. Dengan nafas ngos-ngosan, Adam menatap takan pria bertopeng itu.
"Tangkap mereka semua!" perintah Adam pada semua bawahannya yang sudah berdiri di belakangnya.
Perkelahian tak terelakkan antara kubu Adam dan juga kubu pria bertopeng itu. Menumbangkan satu sama lain untuk mendapatkan gelar pemenang, walau tak akan ada yang memberikan gelar itu :)
Karena dari jumlah saja sudah lebih banyak kubu Adam, kuh pria bertopeng itu pun tumbang satu persatu. Membuat Adam menatap puas keadaannya di depannya.
Deon dan Nio sudah dengan cepat Bian tarik untuk berlindung di belakang Adam. Keadaan kedua pemuda itu sangat mengenaskan dengan darah yang tak berhenti mengalir.
Bian yang baru sadar jika kesadaran dua pemuda itu perlahan-lahan karena banyaknya darah yang telah habis berceceran dengan cepat menyuruh tiga orang bodygard untuk membantunya membawa dua pemuda itu ke rumah sakit.
Mengalihkan pandangannya pada pria bertopeng yang kini sedang tersenyum manis. Dengan tangan terulur ke arah kepala Rio dengan sebuah pistol di genggamannya.
"Wah-wah-wah, tokoh utama kita sudah sampai dan sudah menumbangkan semua anak buahku. Tapi, anak angkatmu berada di tanganku tuan Adam yang terhormat."
Adam menggeram marah mendengar ucapan pria bertopeng itu. Menatap ke arah Rio yang kini juga menatap ke arah dirinya.
Seketika ia merasa bersalah dan sedih melihat kondisi Rio yang sangat memprihatinkan. Juga merasa sangat sedih saat melihat jika netra itu kini menatap dirinya dengan tatapan kecewa.
Tanpa sadar, tungkainya mulai melangkah mendekati sang anak. Namun terhenti secara paksa karena ucapan dari pria bertopeng itu..
"Selangkah dirimu melangkah. Maka jagan harap jika kepala anak angkatmu ini bolong karena peluru."
Tatapan itu seketika tergantikan dengan tatapan marah mendengar ucapan Pria bertopeng itu.
"Berhenti mengatakan jika dia anak angkatku sialan! Dia anak kandungku!" teriak Adam marah.
"Iya deh, ayah angkat ups!"
Kepalang marah, Adam mengabaikan perkataan pria bertopeng itu. Berlari dengan sekuat tenaga menerjang pria bertopeng itu dengan sebuah tendangan.
Karena Adam yang melangkah terlalu kencang, hingga membuat pria bertopeng itu tak siap dan terjatuh.
Memegangi perutnya dan sakit akibat tendangan dari Adam hingga ia memuntahkan gumpalan darah.
Adam berjongkok di depan Rio yang kini terjatuh karena tangannya yang terlepas dari pria bertopeng itu.
Memeluk tubuh kurus sang anak yang kini hanya diam membisu.
"Maaf, maaf, karna papa telat!"
Menangkup pipi kurus Rio yang kini menatap dirinya kosong. Isak tangis tak lagi terbendung, tanpa aba-aba, air mata mulai mengalir dengan deras di pipi dua orang berbeda umur itu.
"Pa-pa. Ma-ka-sih." ucap Rio pelan.
Mengusap lembut air mata yang mengalir di pipi Rio, Adam menggeleng kuat.
"Enggak! Kamu gak perlu bilang makasih! Kamu anak papa, maaf telat jemput kamu!"
Saat Adam bersiap untuk memeluk Rio kembali. Pria bertopeng itu dengan kuat menarik Rio dan mendorong Rio ke pinggir Rooftop.
Bertepatan pula mereka yang berada tak jauhdari pinggir rooftop sehingga Rio mulai terjun bebas karena memang rooftop itu tak memiliki pembatas.
"RIOO!"
-FINISH-
Beneran finish? Hooh
Pi boong 😝
Oh iya, untuk dialog diatas, Ari ada terinpirasi dari komen salah satu pembaca. Kalo gak salah sih di capther 40. Dari pada kit ati, mending di modifikasi jadi dialog muehehe ╮(─▽─)╭
Sampai jumpa di lain book
Eh salah, di part selanjutnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
1 Tahun Bersama Papa
Novela JuvenilSebelum baca, follow akun Arii dulu 😗 17 tahun ia telah hidup, namun tidak pernah sekalipun ia berinteraksi dengan sang Papa. Mamanya telah meninggal saat melahirkan dirinya, semenjak itu pula kakek dan neneknya yang membesarkannya. Sedangkan, Papa...