44

7K 864 37
                                    

H a p p y 💫 R e a d i n g

"Yo, kalo nanti gue gak bisa bertahan, tolong bilangkan sama keluarga gue kalo gue sayang banget sama mereka. Juga, tolong bilangkan sama mereka kalo gue sayang banget sama mereka."

Nada itu, terdengar sangat putus asa. Rio menoleh ke samping ke arah Deon. Menatap Deon dengan raut wajah sedih. Sepertinya memang tak ada lagi harapan mereka untuk bertahan.

Baju mereka sudah sangat berantakan, bahkan sudah tak layak lagi untuk dipakai. Tubuh mereka semakin mengurus dalam dua hari ini karena mereka sama sekali tidak diberi makan.

Zino dan Aldo juga sudah dua hari ini tak kelihatan batang hidungnya. Membuat mereka hanya berdua terkurung di bangunan tua ini masih dengan keadaan yang sama.

Gelap gulita, itulah yang dua hari ini menemani mereka. Mereka tak tau saat ini mereka berada dimana. Namun satu yang mereka yakinin, mereka akan mati di tempat ini.

Mengingat bahwa mereka sudah sangat kelaparan karena sama sekali tidak memakan apapun.

"Gue harap kita tetap bisa bertahan."

Hanya kata itu saja yang mampu Rio ucapkan saat ini.

💫💫💫

Adam mengusap wajahnya kasar, menatap ke arah para bawahannya yang masih belum dapat memastikan dimana sang putra berada.

"KALIAN INI NIAT KERJA GAK SIH? KENAPA SELAMA DUA HARI INI MASIH GAK ADA INFORMASI SAMA SEKALI?! POKOKNYA KALIAN HARUS CEPAT CARI DIMANA ANAK SAYA BERADA!" teriak Adam marah.

Para bawahan Adam mengangguk dan izin pamit keluar ruangan Adam. Begitu para bawahannya keluar, Adam menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi.

Memejamkan matanya sebentar lalu membukanya lagi. Menatap sebuah foto yang ia pajang di meh kerjanya. Foto dirinya bersama Rio sang putra semata wayangnya.

Foto yang diambil saat ulang tahun dirinya. Foto itu terlihat sangat bahagia, mereka yang sama-sama dalam keadaan comeng saling merangkul dan tersenyum ke arah camera.

Sangat bahagia.

Adam tersenyum menatap foto itu, mengambil foto itu dan mengelusnya lembut.

Ting..

Adam mengambil ponsel miliknya begitu mendengar suara notifikasi.

0812xxxxx
Saya tau dimana anak anda berada
Kalau anda ingin tau
Tolong datang hari ini ke cafe xx jam 2 siang.
Saya gak peduli anda percaya atau tidak
Tapi yang pasti
Nasib anak anda tergantung pada kehadiran anda hari ini.

Adam membaca pesan itu lalu melihat ke arah jam tangan yang berada di lengan kirinya.

Pukul 13:55 WIB, hanya perlu lima menit lagi untik menemui orang yang tidak di kenal itu.

Menyambar kunci mobil yang berada di atas meja lalu berlari keluar ruanganya dengan cepat.

Berlari dengan kencang menunggu lift, menekan tombol lantai satu dengan bruntal dan berharap jika lift sesegera mungkin bergerak.

Selama di dalam lift, Adam tiada hentinya menoleh ke arah lengan kirinya untuk sekedar melihat jam saja.

Begitu sampai di lantai dasar, Ada degan secepat mungkin berlari menuju parkiran.

Tapi langkah Adam terhenti saat sepasang suami istri yang mungkin seusia dirinya menghadangnya.

"Mohon maaf tuan nyonya, tapi saya sangat terburu-buru karena ini demi keselamatan anak saya?" kesal Adam.

"Apa benar anda adalah Adam ayah dari Rio?"

Menghiraukan gerutuan Adam, pria itu malah balik bertanya.

"Ya itu saya sendiri. Apa mau kalian? Dan kenapa kalian tau nama anak saya?" tanya Adam berturut.

"Mohon maaf tuan, kami adalah orang tua dari Deon. Anak kami sudah dua hari tidak ada kabar. Walau kami tidak tinggal bareng, tapi dia selalu memberi kabar. Dan dua hari ini dia sama sekali tidak ada kabar. Bahkan apartemennya saja sepertinya sudah beberapa tidak di datangi. Dan berdasarkan dari terakhir kali dia menghubungi, dia berkata kalau dia ingin merayakan ulang tahunnya bersama anak anda dan kedua temannya. Tapi setelah itu dia tidak ada kabar sama sekali." Wanita di samping pria itu menjelaskan dengan sejelas-jelasnya.

"Kalo begitu lebih baik kalian ikut saya karena anak saya juga menghilang. Dan ada seseorang yang mengatakan kalau dia tau dimana mereka berada."

Keduanya megangguk dan ikut melangkah menyusul Adam yang kini kembali berjalan dengan lumayan kencang.

Sesampainya di parkiran, Adam langsung menaiki mobilnya. Begitu juga dengan sepasang suami istri yang merupakan orang tua dari Deon yang kini memasuki mobil mereka.

Mobil Adam mulai melaju dengan sedikit kencang diikuti oleh kedua orang tua Deon di belakangnya.

Hanya memerlukan beberapa menit saya, mereka sampai di cafe Xx.

Adam dengan terburu-buru masuk ke dalam cafe dan mengedarkan pandangannya. Tatapan Adam tertuju pada satu orang yang menurutnya cukup mencurigakan.

Tanpa aba-aba, Adam langsung berjalan ke arah orang itu dengan masih diikuti oleh kedua orang tua Deon.

"Kamu yang mengirim pesan?" tanya Adam to the point.

"Benar, Om Adam."

Adam membulatkan matanya begitu melihat wajah seseorang itu.

"KAMU!"  

-t b c- 

1 Tahun Bersama Papa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang