H a p p y 💫 r e a d i n g
Bel tanda istirahat telah berbunyi beberapa menit yang lalu, para siswa-siswi juga sudah berbondong-bondong untuk mengisi perut mereka.
Sama halnya dengan Rio dan kawan-kawan, saat ini mereka sudah stand by di kantin dengan makanan di depan mereka masing-masing. Saat sedang fokus pada makanan mereka, tiba-tiba seorang pemuda datang menghampiri mereka.
"Permisi, bang. Boleh gabung? Soalnya meja yang lain sudah ada penuh." sopan pemuda itu.
Mereka berempat dengan kompak menoleh ke arah pemuda itu.
"Eh elo, Ni. Sini-sini duduk aja, lagian juga gak papa kali santai aja." Rio menggeser duduknya dan mempersilahkan pemuda itu a.k.a Nio.
Nio tersenyum lalu duduk di samping Rio. Tersenyum manis pada ketiga teman Rio yang menampilkan raut wajah yang berbeda seperti Aldo yang tersenyum ramah, Deon yang raut wajah bingung serta Cino dengan raut wajah yang sulit diartikan.
"Halo abang-abang, nama gue Nio. Salam kenal," sapa Nio sopan.
"Halo Nio, nama gue Aldo, dia Deon, dia Zino, dan yang terakhir di samping lo tu Rio." Aldo menunjuk satu persatu temannya untuk memperkenalkan mereka.
"Gue udah kenal sama bang Rio, bang. Soalnya tadi telat bareng juga hampir dihukum bareng," sahut Nio.
"Hampir dihukum? Berarti gak jadi dihukum dong?" tanya Deon penasaran.
"Iya, bang. Tadikan awalnya gue doang yang dihukum terus tu guru nyuruh Bang Rio untuk masuk kelas. Tapi Bang Rio'nya malah ikut lari, eh tu guru malah nyuruh kita berdua masuk kelas gak jadi dihukum," jelas Nio.
Zino, Aldo, dan Deon menyatukan alis mereka bingung. Kok tumben tu guru tak jadi menghukum murid yang telat?
"Kalian sadar gak sih kalo akhir-akhir ini guru-guru pada kek caper gitu ke Rio?" tanya Zino tiba-tiba.
"Hooh bener bat tu, mana tu guru kayak ngebaik-baikin kelas kita, terutama si Rio." sahut Aldo.
Rio masih diam tanpa mau menanggapi perkataan teman-temannya karena semua yang teman-temannya katakan adalah hal yang benar.
Let's play ball
Let's play ball
Yo, you're my universe(Betewe ini nada dering telepon Ari hehe 😁)
Nada dering telepon masuk mampu membuat mereka terdiam. Rio merogoh saku celananya guna melihat siapa yang menelepon.
'Not my papa'
Nama itulah yang tertera di layar ponsel milik Rio. Rio menggeser ke kanan untuk menjawab telepon.
"Halo?"
"Sayang, kamu ini dimana?"
"Di kantin sekolah. Kenapa?"
"Oh enggak, papa cuma mau nanya. Gimana nilai ujian fisika kamu? Kemarin Bu Reva bilang ke Papa kalo kamu ada ulangan fisika. Jadi gimana? Udah keluar hasilnya?"
Rio menyatukan alisnya binfung.
"Ngapain Bu Reva ngasi tau kalo ada ulangan?" tanya Rio bingung.
"Ya mana Papa tau, papa cuma nanya gimana nilai kamu? Udah keluar?"
"Belum. Mungkin bentar lagi baru keluar,"
"Yaudah kalo gitu, nanti kasi tau Papa oke?! Oh ya. papa nanti sore pulang. Mau apa untuk makan malam?"
"Serah sih."
"Yaudah Papa kerja dulu, semangat belajarnya."
"eum."
Rio mematikan sambungan telepon dan menatap temannya dengan pandangan serius.
"Mau bantuin gue nyari tau apa yang terjadi?" tanya Rio serius.
"Bantuin apa, Yo?" tanya Aldo tak kalah serius.
"Coba deh kalian pikirkan, masuk akal gak sih Bu Reva tiba-tiba ngasi tau Adam kalo kita ada ujian yang bahkan kita aja biasanya kagak dikasih tau? Dan satu ni ya, yang bikin gue makin curiga, Bu Reva semalam ngasi gue soal dan kunci jawaban ulangan fisika. Maksudnya tu apa?" jelas Rio.
"What?! Really? Lo ambil tu kertas?" tanya Deon dengan sedikit berteriak.
"Ya kagak lah, mana mau gue."
"Yah, sayang banget. Kan bisa ll bagi ke kita, Yo. Biar tu nilai kagak jelek-jelek amat." lesu Deon.
"Keknya para guru mulai berubah saat Om Adam dateng ke sekolah deh. Bener, Yo. Lo gak sopan bat anjir manggil bokap li make nama! Dia ortu lo woy." Zino melemlar Rio dengan kulit kacang.
"Yo, bokap lo kan kaya ni. Bokap lo jadi donatur kagak di ni sekolah?" tanya Aldo.
"Katanya sih, iya." jawab Rio acuh.
"Jangan disini deh bahasnya, nanti ada yang denger terus salah paham lagi." Deon menghentikan perkataan mereka.
"Nanti pulang sekolah ke apartemen aja, mumpung Adam lagi di luar kota." mereka bertiga menangguk setuju dengan Rio.
"Gue boleh ikut, bang? Walau gue masih baru ni ya, tapi gue kok jadi penasaran ya, heheh." Nio menyengir dengan canggung saat melihat ke empat kakak kelasnya itu menatap dirinya intens.
"Nanti bareng aja, Ni. Kan si Rio kagak ada yang jemput ni, nah Rio sama Aldo, terus lo sama Zino. Eh lo gak bawa kendaraan kan?" tanya Deon yang dibalas gelengan oleh Nio.
"Oke sip nanti kita bahas."
-T B C-

KAMU SEDANG MEMBACA
1 Tahun Bersama Papa
JugendliteraturSebelum baca, follow akun Arii dulu 😗 17 tahun ia telah hidup, namun tidak pernah sekalipun ia berinteraksi dengan sang Papa. Mamanya telah meninggal saat melahirkan dirinya, semenjak itu pula kakek dan neneknya yang membesarkannya. Sedangkan, Papa...