17

12.8K 1K 49
                                        

H a p p y 💫 R e a d i n g

Pagi yang cerah, sangat cerah hingga matahari sudah bersinar terang pasa pukul 08:40 WIB. Namun tidak dengan Rio, sedari tadi ia tak henti-hentinya mengumpati sang ayah yang membuat ia harus telat bangun.

Beralasan bahwa ia memiliki rapat yang sangat penting hingga ia tak bisa membangunkan sang anak. Sehingga, Rio terbangun lada pukul 07:20 WIB. Sedangkan mereka masuk pada pukul 07:15 WIB.

Bahkan, sangking paniknya, alih-alih pergi ke sekolah menaiki bus atau taksi. Rio malah berlari dari apartemen ke sekolah. Sehingga, ia yang seharusnya hanya menempuh waktu perjalanan selama dua puluh menit menjadi satu jam.

Dan kini, dengan nafas yang tak beraturan. Rio memandang pekarangan sekolahnya dengan wajah lelah. Wajahnya serta tubuhnya sudah di penuhi oleh keringat. Hingga ia yang lupa mengenakan kaos dalam, mampu memperlihatkan bentuk tubuhnya yang biasa-biasa saja. Karena Rio tak memiliki roti sobek.

Dan entah kenapa kali ini ia bersyukur karena Adam adalah salah satu donatur di sekolahnya hingga ia tak perlu takut dihukum oleh guru.

"Ya ampun, Rio. Kok tampilan kamu begini? Baju basah, rambut basah, gak make kaos dalam, telatnya jauh banget dari jam masuk. Dam itu juga, kok tampilan kamu kayak gembel sih?" cerosos Bu Ros selaku guru piket dengan membuka pintu gerbang.

"Kesiangan, Bu. Tapi orang rumah lag pergi jadi gak bangunin saya. Saya juga lupa gak masang alarm."

Bu Ros menggeleng tak habis pikir.

"Masuk."

Rio membungkuk sekilas lalu masuk ke dalam pekarangan sekolah. Dengan santainya, Rio berjalan menuju lapangan basket dimana tan sekelasnya sudah pada melakukan olahraga.

"GOOD MORNING EVERYONE!" teriak Rio kuat.

Dengan serentak, mereka semua menatap ke arah Rio. Dan seketika, para siswi langsung berteriak karena melihat fostur tubuh Rio yang bisa dikatakan biasa-biasa saja.

"Woy Rio anjir! Tubuh lo keliatan bangsat!" teriak Vina kesal.

Rio seketika melihat ke arah tubuhnya, lalu tersenyum malu dan berlari meninggalkan lapangan dengan teman sekelasnya yang tertawa melihat wajah malu Rio.

💫💫💫

"Kok lo bisa telat, Yo?" tanya Deon bingung.

Saat ini, mereka sedang berada di kantin untuk mengisi perut mereka. Rio sendiri juga sudah bergantu seragam setelah salah satu siswa yang mengantarkannya pada Rio disuruh kepala sekolah.

"Ho'oh tuh, mana basah banget lagi baju lo," timpal Aldo sambil memakan baksonya.

Rio mendengkus kesal, ia masih dendam terhadap Adam yang meninggalkanya sendiri.

"Ini semua salah, Adam! Masa gue ditinggalkan sendiri. Mana gue sangking paniknya bukannya naik taksi malah lari-lari dari apartemen ke sekolah. Coba kalian bayangkan, gue lari-lari satu jam!" Ucap Rio menggebu-gebu.

Zino, Aldo, dan Deon terdiam sebentar mencerna ucapan Rio. Lalu mereka dengan kompak tertawa terbahak-bahak.

"Serius lo lari dari apartemen ke sekolah?" tanya Zino masih dengan tertawa.

"Ho'oh! Serius gue bayanginnya kek gimana gitu. Kan gue merasa tolol banget gitu, untung gue kagak kurus." Rio menghela nafas lalu memakan baksonya dengan bruntal menyalurkan rasa ingin menggebuki diri sendiri.

"Ngomong-ngomong soal kurus. Kok lo makin bulet ya, Yo? Apa cuma perasaan gue aja kalo pipi lo makin berisi."

Mendengar ucapan Aldo, Deon dan Zino juga memfokuskan pandangan mereka pada pipi Rio.

"Lah, iya. Gue juga baru sadar kalo pipi Rio makin gembul aja. Kerjaan lo ngapain aja, Yo?"

Rio berpikir sejenak, memikirkan apa yang selama ini ia kerjakan saat di apartemen.

"Makan, rebahan, makan, rebahan. Itu aja keknya, gue juga udah gak pernah les lagi semenjak tinggal sama, Adam."

Mereka membelalakkan mata terkejut.

"Serius lo gak pernah les lagi?" tanya Zino dan dibalas anggukan oleh Rio.

"Gue yakin pasti Om Adam kena marahin sama Oma pas tau kalo lo gak les lagi." Zino dan Deon mengangguk mendengar ucapan Aldo.

Saat mereka masih fokus bercerita, tiba-tiba seseorang datang menghampiri mereka. Seseorang itu a.k.a Nio dengan santainya langsung duduk di samping Aldo.

"Gue gabung ya, bang." Nio tersenyum lalu memakan makanannya dengan santai.

Mengabaikan tatapan terkejut dari yang lainnya karena ia datang tanpa diundang dan langsung duduk dengan santai.

"Lo bisa gak sih, gak usah sok asik sama kita? Lo tu cuma orang baru yang tiba-tiba sok akrab sama kita. Janan karna pas lo pertama masuk Rio nolongin lo dari hukuman, lo ngerasa dekat sama kita. Emang lo gak punya kawan sampe gabung terus sama kita?" tanya Zino sinis.

Rio, Deon, dan Aldo semakin terkejut mendengar pertanyaan sinis dari Zino. Tak biasanya teman mereka satu ini mengeluarkan kata-kata sinis.

Nio menghentikan makannya dan memandang Zino polos. Namun, tanpa sengaja mata Rio menangkap pemandangan yang sebaliknya di tangan Nio. Tangan Nio terkepal kuat seakan siap untuk menonjok seseorang.

"Maaf, Bang. Tapi semua meja udah pada penuh."

Zino terkekeh sinis menegar alasan Nio.

"Lo buta, ya? jelas-jelas kantin lagi sepi, lo bilang semua meja penuh? Gila, buta banget lo."

Nio menundukkan kepalanya mendengar ucapan sarkas dari Zino. Tapi lagi-lagi, Rio menangkap penampakan tangan Nio yang semakin terkepal kuat.

-t b c-

Tangan gatel mau publis:(

Gess
Ari mau cerita
Tadi, tiba tiba Ari dikeluarkan daei grub kelas
Dan yang ngeluarkan Ari itu wali jelas Ari
Ari yang merasa gak punya salah ngechat tu guru dong
Eh ternyata alasannya karna Ari gak punya Pp
Padahal pp Ari tu udah muka Ari full
Eh si bapaknya ngenyel bilang Ari gak pp
Alhasil Ari ss kan tu pp sama pengaturan privasi barulah tu guru percaya
Serius
Tu guru mancing emosi banget :(

1 Tahun Bersama Papa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang