H a p p y 💫 R e a d i n g
"RIOOO!"
Adam terbangun dengan nafas ngos-ngosan. Kemeja putih yang ia kenakan basah karena keringat. Bahkan, ramputnya sudah sangat lepas karena keringat juga.
Adam mengatur nafasnya beberapa saat. Menatap ke sekeliling lalu menghela nafas lega.
'Ternyata cuma mimpi,' batinnya lega.
Ternyata ia ketiduran saat sedang sibuk mengerjakan berkas-berkas miliknya. Sepertinya ia nanti akan istirahat sejenak untuk menghindari kembali bermimpi buruk.
Menatap ke arah jam tangan yang berada di lengan kirinya. Adam dengan cepat bangjut dan meraih jasnya.
Ia akan pergi ke sekolah Rio untuk memastikan anak semata wayangnya itu baik-baik saja.
💫💫💫
Bel pulang sekolah telah berbunyi bebrtap menit yang lalu. Tapi, karena tak mau berdesak-desakan, akhirnya mereka memilih untuk pulang terakhir dan duduk dulu di kantin.
Dan saat ini, suasana sekolah sudah sepi, hanya tinggal siswa-siswi yang mengikuti extrakurikuler saja yang masih berada di pekarangan sekolah.
Mereka berjalan dengan santa menuju parkiran. Bercanda gurau satu sama lain hingga membuat suasana tidaklah hening.
"Gess nanti langsung kan?" tanya Aldo pada ketiga temannya.
"Ngapain?" tanya Deon bingung.
"Yaelah, lo kan hari ini ulang tahun. Makan-makan dong." Zino merangkul Deon mesra.
Membuat pemuda yang hari ini berulang tahun itu memutar bola katanya malas.
"Tapi kita mau makan dimana?" tanya Rio bingung.
"Gimana kalo di cafe Mawar?" usul Deon.
"Kita mah gas aja. Orang kita gak bayar kok."
Deon kembali memutar bola matanya malas mendengar ucapan Aldo.
"Emang lo gak mau ngerayain bareng keluarga lo?" tanya Rio bingung.
"Kalo sama keluarga gue mah, kita nanti malam ngerayainnya."
Ketiganya kompak menganggukkan kepala mereka mengerti.
"Lo bisa bolos kan, Yo, hari ini?" tanya Aldo pada Rio yang kini fokus pada ponselnya.
"Ini gue mau izin sama Papa." Rio mengangkat kepalanya dan juga ponselnya seakan memberi bukti.
Ketiga temannya seketika bersorak girang.
"Cieee lah yang udah manggil papa!" ucap ketiganya kompak.
"Bacot!" Rio memutar bola matanya malas.
Bertepatan dengan itu, sebuah mobil yang sangat mereka kenal berhenti di depan mereka.
Dan keluarga Adam dengan raut wajah khawatir.
Adam sedikit berlari menuju Rio. Membolak balikkan sang anak untuk memastikan kalau anak semata wayangnya itu baik-baik saja.
Keempat pemuda yang berada di depan Adan seketika menautkan alis mereka heran.
"Kenapa sih?" tanya Rio yang kini mulai jengah.
Adam menghentikan askinya. Menghela nafas lega, lalu tersenyum pada keempat pemuda yang masih kebingungan itu.
"Gak papa, kok. Pulang yuk!" ajak Adam semangat.
"Aku baru aja mau izin kalo pulang telat sama bolos les sehari ini. Soalnya Deon ulang tahun, jadi kita mau makan-makan. Boleh kan?" tanya Rio.
Adam menatap keempat pemuda berusia tujuh belas tahun ifu satu persatu.
"Yaudah, hati-hati di jalan. Dan juga, jangan pulang malam-malam."
Adam menepuk puncak kepala mereka satu persatu. Saat tangan Adam akan menepuk puncak kepala Zino, ada sedikit keraguan di lubuk hatinya. Namun, ia tetap menepuk puncak kepala Zino walau sedikit tidak ikhlas.
"Aman om/Pa!" balas keempatnya kompak.
"Yaudah. Kalo gitu saya pergi dulu. Hati-hati di jalan."
Adam berjalan dan memasuki mobil miliknya. Mengklekson sekali lalu melajukan mobil di kecepatan rata-rata.
💫💫💫
Saat ini, mereka bertiga yaitu Rio, Aldo, dan Deon, sedang duduk di kursi pojok sebuah cafe. Sedangkan Zino, ia sedang izin ke toilet baru-baru saja.
Mereka bertiga fokus pada ponsel masing-masing. Hingga, sebuah notifikasi dari ponsel mereka yang berbunyi secara bersamaan membuat mereka bingung.
Mereka melirik satu sama lain, lalu mengecek ponsel masing-masing.
0813xxxxxx
Jangan percaya padanya
Karena dia tak sebaik yang kalian kira
Aku gak mau kalian nyesal
Hanya itu yang ingin kuberi tau
Kuharap kalian gak terlambat
Maaf untuk semua yang terjadi selama injPesan yang entah siapa mengirim itu mampu membuat ketiga pemuda itu menyatukan alisnya.
Secara bersamaan, Zino datang dengan raut wajah yang bingung.
"Kalian dapat pesan gak sih?" tanya Zino setelah dia duduk di kursinya.
"Pesan? Maksud lo?" tanya Deon bingung.
"Itu loh, pesan yang kayak gai mau kita nyesel."
"Kok lo tau? Gue baru aja dapat pesan kayak gitu. Kalian juga?" tanya Aldo dan dijawab anggukan oleh ketiganya secara kompak.
-t b c-
KAMU SEDANG MEMBACA
1 Tahun Bersama Papa
Fiksi RemajaSebelum baca, follow akun Arii dulu 😗 17 tahun ia telah hidup, namun tidak pernah sekalipun ia berinteraksi dengan sang Papa. Mamanya telah meninggal saat melahirkan dirinya, semenjak itu pula kakek dan neneknya yang membesarkannya. Sedangkan, Papa...