27

10.2K 955 30
                                    

H a p p y 💫 R e a d i n g

Pukul 08:30 WIB, itu jam saat ini. Namun, sepasang anak dan ayah itu tak juga kunjung bangun.

Masih dengan krim kue yang memenuhi wajah mereka, dan juga Rio yang masih menggunakan seragam sekolahnya, dengan keadaan yang sangat-sangat berantakan.

Hingga, dengan perlahan, netra Adam mulai terbuka. Adam mendudukkan dirinya dengan kepala yang menunduk. Adam menggelengkab kepalanya pelan agar pandangannya tak lagi kabur.

Melihat sekeliling, Adam menggelengkan kepalanya tak habis pikir dengan apa yang mereka lakukan tadi malam. Bahkan, mereka tidur tanpa mandi dahulu.

Lalu, pandangan Adam terpusat pada Rio. Anak semata wayangnya itu masih tertidur pulas sambil memeluk dirinya.

Adam terkekeh pelan melihat wajah berantakan Rio. Dengan pelan, Adam mengguncang badan Rio untuk membangunkan anaknya itu.

"Prince, bangun, sayang."

Bukannya bangun, Rio malah melepaskan pelukannya  dan berbalik memunggungi Adam.

"Lima jam lagi."

Adam sontak tertawa mendengar gumama Rio, oh Ayolah, jika orang lain lima menit lagi, tapi kenapa anaknya ini malah lima jam lagi?

"Bangun, Prince. Udah siang ini. Bangun yuk, siap itu kamu beres-beres. Kita ke kampung Nenek."

Rio langsung membuka matanya, berbalik dan menatap Adam binar.

"Serius?" tanya Rio antusias.

"Iya. Kamu lupa kalo besok ulang tahun, Mama, eum?"

Mendengar ucapan Adam, Rio bangkit dan berjalan menuju kalender. Ternyata benar, besok adalah 15 november, ulang tahun sang Mama. Dan sang Papa adalah 12 november. Mereka hanya berbeda dua hari.

Rio kembali berlari menuju kamarnya, tanpa menoleh ke arah Adam. Rii masuk ke kamarnya dan mulai bersiap.

Masuk ke kamar mandi yang berada di kamarnya, mencuci muka yang dipenuhi oleh krim. Dan seketika itu pula Rio terbelalak kaget.

"What!" teriak Rio kaget.

Sementara, Adam yang berada di ruang tamu seketika berlari menuju kamar Rio begitu mendengar teriakan kaget Rio.

Adam membuka pintu kamar mandi dengan kasar, lalu seketika terdiam mematung. Begitu pula dengan Rio yang masih terdiam menatap dirinya dari pantulan cermin.

Dengan sedikit kasar, Adam mending Rio kesamping dan mencuci mukanya masih dengan sedikit kasar.

Mereka kembali terdiam saat melihat wajah Adam yang sudah bersih dari krim. Namun, banyak benjolan merah di wajah mereka mampu membuatnya terdiam.

"Ini semua salahmu!" teriak Rio kesal begitu mendapati wajahnya penuh dengan jerawat.

Adam yang tak terima pun membela diri.

"Kok salah, papa? Jelas-jelas kamu yang beli kuenya."

"Ya kalo kau tak mengoleskan krim itu ke wajahku, semua ini tak akan terjadi! Wajahku pasti tetap tampan!"

Adam memasang wajah julidnya. Menatap sang anak dengan sinis dengan mulut yang berlagak seolah mau muntah.

Plak..

Rio yang tak senang dengan raut wajah Adam dengan sengaja menggeplak kepala Adam. Sontak, Adam terbelalak kaget dan menatap Rio horor.

Plak...

"Gak sopan, ih!"  ucap Adam dengan ikut menggeplak kepala Rio.

"Sudah-sudah, lebih baik kita beres-beres."

💫💫💫

Setelah acara salah-menyalahkan antara Adam dan Rio. Saat ini, mereka sudah berada dalam perjalananan menuju desa Anyelir, desa dimana sang Mama dikuburkan, serta keluarga sang Mama tinggal.

Selama di perjalanan, keadaan antara mereka sangat ramai, karena mereka yang bercerita banyak hal. Mulai dari hal yang tak penting hingga penting mereka ceritakan guna mengeratkan hubungan mereka.

"Prince, kamu tau, gak? Dalam islam, babi boleh makan," ucap Adam yang entah kepikiran darimana.

Rio yang tadinya fokus menatap jalan seketika menatap Adam dengan penuh tanda tanya.

"Babi'kan, haram. Mana boleh dimakan."

Adam tersenyum di sela-sela ia menyetur, lalu kembali mengatakan hal yang sama.

"Dalam islam, babi itu boleh makan."

"Gak usah aneh-aneh, deh. Babi mana oleh dimakan, babi'kan haram!" kesal Rio.

Adam tertawa pelan.

"Coba kamu dengarkan baik-baik. Dalam islam, babi itu boleh makan."

Rio terdiam sejenak, memikirkan apa yang baru saja Adam katakan. Setelah beberapa saat mencerna maksud Adam. Kini, Rio berdecak kesal. Tapi, ia juga merutuki kenapa ia sangat bodoh hingga tak menangkap maksud Adam.

"Iya juga sih."

Adam yang mendengar gumaman Rio seketika tertawa.

"Siapa coba yang bodoh? Kan gak salah, Papa. Dalam islam, babi itu boleh makan. Kalo gak makan ya mati, babinya. Beda lagi kalo 'dalam islam, babi itu boleh dimakan.' baru gak boleh, haram soalnya."

Rio kembali berdecak. Memutar bolanya matanya malas lalu kembali memandangi sekitar jalan.

-t b c-

Gess Ari mo nanyak (sekalian promo 🤣)...
Ari kan punya ig, tapi ig nya kosong. Gada apapun disana 😔

Jadi, rencananya, Ari mau buat kek gini 👆 biar ig nya gak kosong

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jadi, rencananya, Ari mau buat kek gini 👆 biar ig nya gak kosong.

Kira-kira menurut kalian gimana?
Itu cuma percakapan-percakapan aja sih. Gak ada sangkutpautnya alur.

Betewe gess
Di part berikutnya keknya Ari bakal buka QnA deh hehe 😁
 

1 Tahun Bersama Papa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang