H A P P Y 💫 R E A D I N G
Rio memandangi ruangan Adam dengan tatapan kagum. Menatap ke sekeliling yang dipenuhi oleh barang-barang Adam, yang mungkin sekitar tujuh puluh persen adalah berkas-berkas.
Setelah selesai memandangi seluruh ruangan Adam. Rio memilih untuk mendudukkan dirinya di kursi kebesaran Adam. Mengeluarkan ponselnya dari saku celana dan mulai bermain game untuk menghilangkan rasa bosannya.
Terlalu sibuk dengan gamenya, Rio sampai tak menyadari bahwa Adam dan Bian telah memasuki ruangan. Mereka berdua menatap Rio yang kini masih memainkan gamenya dengan tatapan bingung.
Memilih untuk diam, Adam dan Bian pun duduk di sofa sambil membahas beberapa masalah pekerjaan.
Saat mereka sedang sibuk pada percakapan mereka. Mereka dibuat terkejut mendengar kalimat umpatan yang diucapkan dari mulut Rio.
"Anjing! Kalah lagi, bangsat!" teriak Rio kesal.
Bahkan, Rio melempar ponselnya ke sembarang arah yang ia sendiri tak tau dimana. Rio menyenderkan badannya dan mulai mengatur nafasnya.
Beberapa saat kemudian, Rio terdasar akan ponselnya yang sudah hilang entah dimana. Rio memutar kursi Adam dan mulai memandangi ke sekeliling.
Dan tatapan Adam dan Rio pun bertemu. Adam yang melihatnya dengan tatapan bertanya, serta Rio yang melihat Adam dengan tatapan terkejut.
"Ada apa?" tanya Adam.
Rio menggeleng untuk mejawab pertanyaan Adam. Lalu memilih untuk kembali fokus mencari ponselnya.
Adam mengedikkan bahunya acuh dan memilih untuk melanjutkan pekerjaannya, begitu pula dengan Bian.
Biarkan saja Rio melakukan sesukanya, toh agar ia tak bosan menunggu Adam yang masih memiliki banyak pekerjaan.
"Mana sih, ponselnya." kesal Adam yang kini sudah menunduk untuk melihat ke bawah meja kerja Adam.
Dan pada akhirnya, Rio sudah duduk anteng di bawah meja kerja Adam dan melupakan niat awalnya mencari ponsel miliknya. Ia fokus memainkan ludo yang memang sudah ada di tasnya karena dulu ia pernah membeli kado dari sebuah toko mainan dan lupa mengeluarkannya dari dalam tas. Memainkan ludo itu sendiri dan masih berada di bawah meja Adam.
Buset si Rio random amat dah :)
Sedangkan, Adam yang mulai merasa kalau ada yang aneh pun menghentikan kegiatannya dan menatap ke arah meja kerjanya. Seketika, Adam membulatkan matanya saat tak melihat keberadaan Rio.
"Loh, anakku mana?" tanya Adam kaget.
Bian juga menghentikan pekerjaannya dan ikut memandang ke arah meja kerja milik Adam.
"Kayaknya Rio gak ada keluar deh. Tapi, kok ilang?" tanya Bian dengan bingung.
Adam bangkit dari duduknya dan menatap ke sekeliling dengan bingung. Dengan cepat, Adam berlari keluar ruangan guna menanyakan apakah Rio ada keluar dari ruangannya.
"Rani, ada liat anak saya keluar?" tanya Adam pada Mita, sekretarisnya.
"Tidak ada, Pak. Sedari tadi Tuan Muda tidak ada keluar dari ruangan, bapak," jawab Rani sopan.
Adam kembali masuk ke ruangannya dengan panik, begitu pula dengan Bian yang sudah berkeliling ruangan Adam tapi tak kunjung melihat Adam.
"Aku udah keliling, tapi tetap gak ada."
Adam menoleh nafas kasar dan mendudukkan dirinya di kursi kebesaran miliknya. Tapi kok, ada yang aneh di bawah meja kerjanya.
Saat Adam ingin memajukan kakinya ke dalam meja, dan...
Plak...
"Awas, kakinya, is!" ucap seseorang dengan kesal.
Adam dan Bian sama-sama terkejut mendengar suara itu. Dengan kompak mereka berdua melihat ke kolong meja. Dan saat itu pula, mereka hanya bisa terdiam saat mendapati seorang pemuda berusia tujuh belas tahun yang kini masih asik dengan ludonya.
"Kamu ngapain, Astagfirullah!" ucap Adam frustasi setelah sadar dari keterkejutannya.
"Ngepet," jawab Rio asal.
Bian yang baru sadar hanya bisa tersenyum paksa melihat adegan di depannya itu.
"Astagfirullah, keluar dari kolong." Adam menarik tangan Rio dengan kuat agar anak itu segera keluar dari kolong meja.
Rio keluar dengan ogah-ogah'an, menatap malas ke arah Adam yang kini mash mengucapkan istigfar yang entah untuk keberapa kalinya.
"Kamu ngapain di bawah kolong meja kerja Papa?" tanya Adam tak habis pikir. Bahkan dari nada bicara Adam yang terdengar frustasi dapat membuat orang menyimpulkan seberapa frustasinya duda anak satu itu.
"Dah dibilang ngepet, ya ngepet. Lagian masa gak liat tu ada ludo di bawah." Rio menunjuk kolong meja Adam asih dengan ogah-ogahah.
"Ya tapi jangan di kolong meja juga, Riooo! Lagian kenapa tadi gak nyaut pas dipanggil?" tanya Adam gemas.
Sangking gemasnya sampai ia sangat ingin menyekek anak semata wayangnya itu. Tapi tentu saja itu tidak ia lakukan, karena ia tak ingin dicoret dari ahli waris dan juga ia sangat tak ingin jika harus kehilangan ahli warisnya.
"Gak denger," sahut Rio acuh lalu kembali duduk dan memainkan ludonya dengan santai.
Tanpa memperdulikan Adam dan Bian yang kini hanya bisa terdiam membisu.
-T B C-
Heheh
Plis part ini aneh banget.
Ide mumpet
Pikiran berkecabang memulai komplik
Hadeehh

KAMU SEDANG MEMBACA
1 Tahun Bersama Papa
Novela JuvenilSebelum baca, follow akun Arii dulu 😗 17 tahun ia telah hidup, namun tidak pernah sekalipun ia berinteraksi dengan sang Papa. Mamanya telah meninggal saat melahirkan dirinya, semenjak itu pula kakek dan neneknya yang membesarkannya. Sedangkan, Papa...