51

4.8K 388 4
                                        

          H a p p y R e a d i n g

Pagi ini, disaat orang-oranga masih tertidur di atas kasur masing-masing. Tepat pada pukul 05:25 WIB, Adam sudah berdiri tegak di depan ruangan sang putra.

Sudah lima menit ia berdiri, namun tak juga mendapatkan keberanian untuk masuk.

Menghela nafas pelan, dan membulatkan tekadnya. Dengan perlahan, Adam membuka pintu ruang rawat Rio.

Saat ia akan masuk, rasa ragu yang tadinya sempat hilang seketika datang kembali. Membuat tangan Adam tanpa sadar menutup pintu kembali. Hingga suara dari dalam menghentikan aksinya menutup pintu.

"Masuk aja, pa."

Menghela nafas kembali, Adam pun masuk ke dalam ruangan. Sunyi, itulah yang saat ini terjadi di ruangan milik Rio.

Dapat Adam lihat, bagaimana Rio yang duduk bersandar sambil menatap ke arah jendela yang hordennya telah di buka. Baju pasien yang dipakainya serta jarum impus yang terpasang sempurna di tangan kirinya, juga jangan lupakan bahwa banyak bagian tubuhnya di balut dengan perban.

"Oma mana, Yo?" tanya Adam, begitu tak mendapati sang Mama serta yang lainnya di ruangan Rio.

"Tadi bilangnya mau pulang dulu sekalian beres-beres sama masak. Baru sepuluh menit yang lalu kok perginya. Jadi mungkin gak ketemu." jelas Rio tanpa mengalihkan pandangannya.

Adak menganggukkan kepalanya tanda mengerti, berjalan menghampiri Rio lalu duduk di kursi samping brangkar.

"Gimana keadaan kamu sekarang?"

"Lebih baik dari kemarin. Mungkin cuma perlu beberapa hari saja di rawat inap."

Hening sesaat, tak ada dari mereka yang membuka suara. Terlalu sibuk dengan pikiran masing-masing hingga melupakan ada satu hal yang perlu mereka luruskan.

"Kamu mirip ya, sama Daddy kamu," ucap Adam sambil terus menatap ke arah Rio.

Rio memusatkan pandangannya pada Adam. Menatap Adam meminta penjelasan dari ap yang baru saja Adam ucapkan.

"Rambut coklat mirip Daddy kamu. Netra coklat juga mirip daddy kamu. Bibir lumayan tebal mirip daddy kamu. Haha, lucu ya? Padahal yang ngandung kamu sembilan bulan itu mommy kamu. Tapi dia cuma kebagian bagian hidungnya saja. Gak mancung dan gak pesek."

Mengabaikan tatapan Rio, Adam terus saja berbicara. Membuat Rio semakin muak mendengar ucapan Adam yang seolah mengatakan kalau memang benar ia bukan anak kandung pria patuh baya itu.

"Tinggi kamu juga mungkin mirip sama Daddy, kamu. Benar-benar jiplakan dari Daddy kamu."

"PLIS STOP! RIO MOHON STOP, PA! BILANG SAMA RIO KALO RIO ITU ANAK PAPA, RIO MOHON!" teriak Rio kuat dan menatap Adam memelas seakan meminta Adam agar mengatakan semua ini tidak benar.

"Satu yang kau harus tau, sayang. Kau mungkin bukan anak Papa, tapi kau tetap cucu Oma dan Opa. Kau tetap cucu tertua mereka. Yang paling penting, kau tetap cucu kandung mereka. Mau dengar cerita?" Menatap Rio yang kini sudah berkaca dengan tersenyum manis.

Rio menggeleng dengan kuat, sungguh, ia sangat tidak ingin mendengar apa-apa sekarang. Mengabaikan tanggapan Rio, Adam melanjutkan perkataannya.

"Dulu, tepatnya enam belas tahun yang lalu. Ada seorang anak kecil berusia satu tahun, anak kecil yang menjadi kebanggaan dari orang tuanya. Anak kecil yang menjadi kesayangan seluruh keluarganya. Dan itu kamu, Rio."

💫💫💫

Flashback....

"Ya ampun, Kak Nita! Anak kakak kok gemes banget sih!" gemas seorang wanita yang kiranya berusia dua puluh dua tahun dan juga dalam keadaan hamil besar.

Dia adalah Rina, istri dari Adam yang kini sedang mengandung anak pertama mereka.

"Na-na!"

Mendengar celotehan bayi itu, Rina semakin gemas. Mengambil tubuh gembul bayi itu dari gendongan kakak iparnya lalu meletakkannya di atas perutnya.

"Oh jelas, dong. Orang Mommynya cantik gini." Ibu dari bayi itu dengan percaya diri.

Dia adalah Nita, kakak kandung Adam dan juga merupakan ibu kandung dari Rio.

"Semua orang juga tau kali, kak. Kalo Rio mah mirip daddynya." balas Adam muda dengan nada yang menggoda sang kakak.

"Bener tuh, sama yang dibilang mas Adam. Rio mah mirip Daddynya kali, kak." timpal Rina.

Nita yang mendengar itu tentu saja tak terima, mengambil Rio kecil kembali lalu meneliti wajah bayi itu.

Rio kecil yang diambil tiba-tiba tentu saja kaget, namun, saat melihat wajah sang Mommy, Rio berubah menjadi girang. kedua tangannya terangkat ingin menggapai wajah sang Mommy.

"Mo-my!" ucap Rio kecil senang.

"Lah iya! Kok mirip dadymu, sih, dek?! Kan mommy yang ngadung kamu sembilan bulan. Mommy yang muntah-muntah sama lemes, kok malah mirip Daddy mu sih?" kesal Nita saat menyadari kalau sang anak mirip dengan suaminya.

Pantas saja orang-orang akan tertawa saat ia mengatakan kalau Rio kecil sangat mirip dengan dirinya.

Sedangkan, oknum yang menjadi bandingan mirip dengan Rio kecil hanya tertawa kecil. Duduk di samping sang istri dan memeluk istrinya itu sayang. Pria itu adalah David, seorang pria blasteran Kanada-Indonesia yang kini menjadi suami dari Nita.

"Ya kalo Rio mirip aku ya wajar dong, sayang. Kan Rio anak aku juga.” Mendengar ucapan sang suami, tentu saja Nita tak terima. Namun, apa boleh buat? Rionya saja sudah jadi, mau protes juga tak akan ada gunanya.

-t b c-

Nah untuk yang nanya
'Kok rio rambutnya warna coklat? Di cet ya?'

Bapaknya bule ges, wajar kalo rambutnya coklat.

1 Tahun Bersama Papa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang