20

12.9K 1K 22
                                        

H a p p y 💫 R e a d i n g

Terlalu asik mengeluarkan keluh kesah, sampai mereka tak menyadari bahwa hari sudah mulau gelap. Rio mengambil ponselnya untuk melihat jam berapa sekarang.

Ternyata sudah pukul 17:20 WIB. Wah, sebentar lagi Adam pulang nih.

"Pulang, yok. Udah mulai gelap ni."

Zino mengangguk dan mulai bangkit dari duduknya. Menjulurkan tangannya pada Rio, dan disambut baik oleh Rio.

"Lo pulangnya gimana? Kan lo biasanya dijemput Pak Cahyo."

Zino memandangi sekeliling, tidak ada orang lain selain mereka disana.

"Gampang kalo gue mah. Nanti gue suruh Adam jemput gue. Lagian gue mau ke toko kue dulu."

Zino menyatukan alisnya bingung. 'Untuk apa Rio ke toko kue?' batin Zino bertanya.

"Ngapain lo ke toko kue?"

Rio memutar bola matanya malas mendengar pertanyaan Zino.

"Mau beli nasi padang! Jelas-jelas mau ke tomo kue. Ya pastinya beli kue lah!" kesal Rio.

"Ck. Bukan itu maksud gue, Adam. Maksud gue, lo mau beli bolu untuk apa?" sinis Zino.

"Untuk dimakamlah."

Zino hanya mengangguk malas.

"Naik gih, biar gue antar lo."

"Gak usah, nanti gue bisa minta jemput sama Adam atau Pak Cahyo. Lo pulang aja." tolak Rio halus.

"Bener ni? Gak papa kan?" tanya Zino ragu.

"Santai aja."

"Kalo gitu, gue luan ya."

Rio mengangguk, lalu ia kelambaikan tangannya. Zino menghidupkan mesin motornya dan langsung melaju meninggalkan Rio.

Rio berjalan meninggalkan danau dengan santai. Memandangi ke sekeliling dengar terus berjalan.

Tiba-tiba, pikiran Rio tertuju pada satu hal. Rio mengambil ponselnya dan menghubungi sang Oma.

Sering pertama, tidak ada jawaban. Rio masih setia menunggu, hingga pada dering kedua sang Oma mulai mengangkat telepon darinya.

"Halo, Assalamualaikum, sayang?"

"Waalaikumsalam, Oma. Oma, Rio mau nanya deh. Kira-kira, Papa itu kue kesukaannya sama yang gak paling Papa suka itu apa ya?"

"Papamu paling suka rasa Vanila dan paling gak suka rasa Matcha."

"Kalo buah yang paling gak disuka Papa, Oma?"

"Papamu itu paling gak suka strobery. Emang kenapa sayang?"

"Gak Papa, Oma. Cuma mau nanya aja. Makasih Oma, Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Bertepatan dengan Rio yang menutup teleponnya. Ia sudah berada di depan toko kue. Toko kue yang tak terlalu besar namun sudah terjamin keenakan kuenya. Karena toko kue ini adalah langganan Rio beserta Oma-Opanya.

Rio membuka pintu kue, lalu berjalan menunggu etalase yang berisi beberapa kue. Ternyata, toko kue itu sedang sepi hari ini.

Rio memanangi beberapa potongan kue yang tersedia.

"Mau pesan kue yang mana, dek?" tanya salah satu pekerja di toki kue itu.

"Kue ulang tahun rasa matcha satu ya, kak. Di atas kuenya ada tulisan 'selamat ulang tahun, babuku' besok saya ambil."

Penjual itu mengangguk walau sedikit terkekeh mendengar kalimat yang akan di tulis di atas kue.

"Kuenya buat dua tingkat, polos aja kak. Oh ya, jangan lupa di sekitar kue di hiasi make buah strobery ya, kak."

"Baik, dek. Totalnya tiga ratus lima puluh ribu."

Rio menyerahkan kartunya pada pekerja toko itu. Setelah selesai melakukan pembayaran, Rio langsung pergi dari toko kue itu.

Rio berjalan beberapa meter menajuhi toko kue itu dan kembali mengeluarkan ponselnya.

Ia menelpon Adam agar menjemputnya karena tidak mungkin ia berjalan dari sini ke Apartemen. Hari sudah semakin gelap, dan juga sudah pasti Adam akan khawatir jika ia belun juga sampai di rumah.

"Halo, apa kau sibuk?" tanya Rio to the point.

"Tidak, emang kenapa sayang?"

"Bisa jemput aku di jalan Xxx?"

"Okey."

Rio langsung mematikan sambungan telepon. Ia memandangi sekeliling, dan tidak ada siapa-siapa disana selain dirinya.

Jalanan sungguh sepi, dan toko-toko sudah pada tutup walau ada beberapa yang masih buka.

Sekitar lima menit ia menunggu, hingga akhirnya Adam pun tiba. Rio langsung masuk ke mobil Adam dan mobil itu mulai melaju meninggalkan kawasan sepi itu.

-t b c-

1 Tahun Bersama Papa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang