10

18.8K 1.4K 5
                                        

H A P P Y 💫 R E A D I N G

Setelah kejadian di bawah kolong meja tadi. Saat ini, putra tungal dari tuan Adam yang terhormat masih tetap bermain ludo. Tapi bedanya, saat ini ada Bian yang ikut bermain bersama Rio.

Sedangkan Adam, ia masih fokus mengerjakan pekerjaannya tanpa menghiraukan dua orang lainnya yang sedari tadi berteriak heboh karena permainan mereka.

Tok.... Tok... Tok....

"Masuk!"

Seseorang yang megetuk pintu itu membuka pintu dengan perlahan dan hal pertama yang ia lihat adalah Rio dan Bian yang masih fokus pada permainan mereka.

"Ini pak, tehnya." seseorang itu a.k.a Rani menaruh teh yang tadi Adam suruh buatkan di meja Adam.

"Terima kasih, Rani." Adam sedikit tersenyum dan dibalas anggukan kepala oleh Rani.

Setelah itu, Rani pamit undur diri karena masih ada pekerjaan yang perlu ia kerjakan.

Saat Adam mulai menikmati tehnya, sesuatu di ujung ruangan mampu membuat Adam menyatukan alisnya bingung. Adam bangkit dan berjalan menuju sudut ruangan guna melihat apa yang ada disana.

"Yo, ini ponsel kamu, bukan?" tanya Adam dengan membalik-balikkan ponsel yang sudah sedikit retak itu.

Rio mengalihkan perhatiannya dari ludo dan menatap Adam bingung. Dan sedetik kemudian mengangguk lalu kembali fokus pada ludonya.

"Kok bisa disini?" tanya Adan sekali lagi.

"Entah, mungkin tadi kelemparnya kesana. Tapi akunya yang gak sadar," jawab Rio santai.

Adam menggelengkan kepalanya tak habis pikir dengan kelakuan anak semata wayangnya itu.

💫💫💫

"Nanti kerkomnya dimana?" tanya Rati pada keenam anggotanya.

"Jangan dirumah gue, adek gue rusuh soalnya." Deva menyahut tanpa mengalihkan perhatiannya dari ponselnya.

"Yaudah di apartemen gue aja," timpal Rio.

"Emang bokap lo ngasi?" tanya Zino ragu.

Rio berpikir sebentar, benar juga sih. Emang Adam ngasi?

"Bentar, gue tanya dulu." Rio merogoh saku celananya mengambil ponsel miliknya lalu dengan segera menelpon Adam.

"Halo? Ada apa, sayang?"  Tanya Adam begitu telepon tersambung.

"Temen-temen aku mau kerkom di apartemen, boleh?"

"Boleh kok, kapan emang?"

"Hari minggu nanti."

"Ya datang aja. Nanti papa siapin cemilan. Oh ya, hari ini yang jemput kamu Pak Cahyo ya. Soalnya Papa masih sibuk, nanti langsung pulang aja ke apartemen. Pak Cahyo juga udah gerak tadi dari kantor."

"Oke, bye." Rio langsung mematikan sambungan telepon tanpa mendengarkan jawaban Adam.

"Boleh kok," ucap Rio sambil memasukkan ponselnya kembali ke saku.

"Hari minggu jam sepuluh ya." semuanya mengangguk mendengar perkataan Deon.

"Tapi nanti siapa yang jemput gue? Hari minggu mah sepulang dari gereja keluarga gue pada balik kerja. Dah gitu gue'kan gak punya sodara yang bisa nganter." Vina mengerucutkan bibirnya dan memandang mereka memelas.

"Gue nanti yang jemput. Tu bibir mau gue tampar?" sinis Deva

Raut wajah Vina seketika berubah menjadi sinis.

"Suka-suka gue lah. Kok lo yang sibuk!" sinis Vina.

"Ya gue sibuk lah, karna gue jijik liatnya!" balas Deva tak kalah sinis.

"Udah-udah, kalian ini. Jadi ini piks ya di apartemen Rio?" tanya Rati dan dibalas anggukan oleh mereka semua.

"Kalo gitu, kami duluan ya." Vina melambaikan tangannya lalu berjalan menuju ke arah mobilnya diikuti oleh Rati dan Deva karena mereka satu jalan.

"Lo masih lama, Yo?" tanya Aldo yang sudah duduk anteng di motornya.

"Keknya enggak sih. Soal Pak Cahyo tadi katanya udah gerak." mereka mengangguk mengerti dan tetap duduk diam di tempat.

"Kalo mau luan, ya luan aja. Ini juga keknya gak bakal lama kok."

"Nunggu lo aja. Lagian kita juga hari ini gak ngapa-ngapain. Dari pada bosen di rumah kan," balas Deon.

Rio hanya mengangguk mengerti, dan benar saja. Tak lama kemudian, sebuah mobil yang bisa dikatakan mewah berhenti di depan mereka.

"Udah dateng ni, yaudah yuk pulang." Rio berjalan menuju mobil jemputannya.

Dan disusul oleh Zino, Aldo, Deon, yang mulai menghidupkan motor mereka. Diantara mereka, memang hanya Rio yang masih diantar jemput karena memang belum diperbolehkan untuk mengendarai kendaraan sendiri.

Mobil jemputan Rio mulai melaju meninggalkan kawasan sekolah diikuti oleh para temannya Rio di belakangnya.

-T B C-

Halo semua
Ari mau ngasi tau
Kalo semua part cerita ini alias '1 tahun bersama papa' itu semua partnya pendek.

Bahkan jumlah katanya cuma 600-800 aja
So, maafkeun Ari oke kalo kalian merasa kurang puas sama panjang ceritanya 🙃

1 Tahun Bersama Papa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang