H a p p y 💫 R e a d i n g
Pukul 02:30 pagi pada waktu Indonesia bagian barat. Waktu yang cukup larut bagi seseorang yabg masih membuka matanya.
Sedari tadi, Rio tak henti-hentinya menatap ponselnya dimana menampilkan room chatnya bersama Adam. Sudah selarut ini dan Adam belum juga pulang.
Ingin sekali rasanya Rio menelepon Adam untuk yang kesekian kalinya. Tapi hal itu tak ia lakukan karena hanya akan membuatnya semakin kecewa.
Sudah berkali-kali ia mencoba untuk menghubungi Adam, namun tak satupun panggilan darinya yang diangkat oleh Adam.
Rio yang sudah mengantuk pun memilih untuk mengirim pesan pada Bian.
To Om Bian
Om
Om lagi sama Adam?Sementara Bian yang mendapati Rio mengirim pesan padanya langsung menyatukan alisnya bingung.
Pasalnya, ini sudah jam berapa? Dan anak dari atasan sekaligus bosnya itu masih belum tidur juga.
From Om Bian
Iya nih, Yo
Emang kenapa?
Betewe, kok kamu belum tidur?Rio masih mencoba untuk berpikir positif, mungkin saya Adam dan Bian masih sibuk soal pekerjaan.
To Om Bian
Emang Om sam Adam lagi sibuk ya Om?
Kok belum pulang juga?
Rio sendiri nih di apartemenRio berdoa agar jawaban iya yant ia dapat dari Bian. Namun, setelah itu harapannya pun pupu saat ia menerima pesan dari Bian.
From Om Adam
Enggak, Yo
Ini Om sama Papa kami lagi ngumpul aja mumpung Papamu yang traktir
Perlu Om suruh Pala kamu pulang?Rio menghela nafas kasar, ia dengan cepat memasukkan kue yang sudah ia sediakan ke dalam kulkas lalu pergi menuju kamarnya tanpa membalas pesan dari Bian.
Kecewa, itulah yang ia rasakan saat ini. Ia sudah rela tetap melek walau ia sudah menahan kantuk sedari tadi demi merayakan ulang tahun Sang Papa bersama-sama walau hari telah berganti. Tapi apa? Bahkan ia lebih memilih untuk merayakannya bersama temannya dari pada merayakannya bersama dirinya yang notabenya adalah anak kandungnya.
Sementara di ujung sana, Bian semakin kebingungan saat tak mendapatkan balasan apapun dari Rio.
"Kenapa?" tanya Adam yang begitu melihat Bian yang sedang kebingungan.
Saat ini, mereka berada di sebuah restoran dua puluh empat jam untuk merayakannya ulang tahun Adam. Tenang, mereka tak meminum minuman yang beralkohol kok.
"Ini si Rio ngechat gue, nanya gue lagi sama lo atau bukan. Pas dah gue jawab, eh gak dibalas lagi sama Rio."
Adam menyatukan alisnya bingung. Berpikir sejenak, lalu tebelalak kaget saat mengingat isi pesan dari Rio.
Dengan cepat, Adam menyambar kunci mobil dan ponselnya lalu pergi begitu saja meninggalkan Bian yang kini sedang kebingungan. Lalu memilih acuh dan kembali memakan makanannya. Sayang kalau gak dibayar, ni makanan mahal soalnya. Sudah gitu ini makanan sudah dibayar oleh Adam.
Sementara Adam, ia tak henti-hentinya merutuki kebodohannya sampai melupakan pesan yang dikirim oleh Rio.
Adam melajukan mobilnya dengan kecepatan diatas rata-rata. Sampainya di gedung apartemen, Adam berlari dengan kenang memasuki lift dan menekan tombol lantai dua belas.
Selama menunggu lift, Adam kembali merutuki dirinya sendiri. Ia sangat-sangat yakin setelah ini hubungannya dengan sang anak pasti akan merenggang.
Begitu pintu lift terbuka, Adam kembali berlari menuju unit apartemennya. Menekan sandi dengan terburu.
Begitu Adam memasuki Apartemen, ia terdiam seketika. Seluruh tubuhnya kaku melihat pemandangan di depannya.
Ruangan yang semula biasa saja kini sudah terlihat cantik dengan diriasi Owlh dekorasi ulang tahun. Ada memandangi sekalipun dengan mata yang berkaca-kaca.
Tanpa sengaja, netra Adam tertuju pada sebuah balon yang tersusun rapi. Sebuah kalimat yang mematahkan segala prasangkanya pada Rio.
'Happy birthday Papa'
Adam tersenyum memandangi balon itu. Lalu, pandangan Adam tak sengaja tertuju pada kulkas di dapur yang berada tak jauh dari sana.
Adam membuka pintu kulkas, dan kembali tertegun melihat sebuah bolu di dalam kulkas itu.
Adam mengeluarkan bolu itu, dan seketika senyum Adam luntur mengetahui adanya matcha dan strobery di kue itu.
Namun, Adam kembali tersenyum saat membaca tulisan di atasnya.
'Happy birthday babuku'
Adam menghela nafas kasar, kemudian ia memilih untuk pergi ke kamar Rio. Membuka pintu kamar itu pelan agar tak membangunkan yang punya kamar.
Dengan pelan, Adam berjalan menuju ranjang Rio. Duduk di pinggir ranjang Rio dan mengeluarkan rambut Rio dengan sayang.
"Maafin, Papa. Dan makasi atas semuanya hari ini."
Adam mencium puncak kepala Rio yang sudah tertidur lelap lalu memilih untuk keluar dari kamar Rio sebelum yang empu kamar terbangun akibat terganggu.
-t b c-
Tadi ada yang mint double
Jadi Ari kabulin deh heh 😁Tapi, Ari ngambek sama Wp
Pas Ari udah seneng di peringkat tinggi per hastag an wp
Eh malah di turunin :(
KAMU SEDANG MEMBACA
1 Tahun Bersama Papa
Genç KurguSebelum baca, follow akun Arii dulu 😗 17 tahun ia telah hidup, namun tidak pernah sekalipun ia berinteraksi dengan sang Papa. Mamanya telah meninggal saat melahirkan dirinya, semenjak itu pula kakek dan neneknya yang membesarkannya. Sedangkan, Papa...