H a p p y 💫 R e a d i n g
Makanan mereka telah datang beberapa saat yang lalu. Kerja berempat makan dengan lahap, namun terkesan santai.
Di sela-sela makan mereka, ponsel milik Aldo berdering. Mereka seketika memusatkan perhatian mereka ke arah Aldo yang kini sedang mengangkat panggilan itu.
"Halo, dek."
"......"
"KOK BISA!" teriak Aldo yang tanpa sengaja menggebrak meja mereka.
Membuat ketiga pemuda lainnya seketika mengelus dada mereka kaget. Mereka menatap Aldo yang kinu mengepalkan tangannya menahan emosi.
"Iya, kakak kesana sekarang."
Aldo dengan buru-buru mengambil tasnya lalu berlalu keluar cafe. Diikuti oleh ketiga pemuda lainnya. Tapi sebelum itu, Deon lebih dulu pergi ke kasir dan memberikan dua lembar uang berwarna merah yang ia sendiri tidak tau cukup atau tidak. Karena yang penting adalah sesegara mungkin menyusul teman-temannya.
Aldo menaiki motornya dengan terburu-buru, membuat Rio dengan cepat mencekal tangan Aldo.
"Lo mau kemana?"
Aldo dengan kasar menyentak tangan Rio.
"Lo awas dulu! Gue mau ke rumah sakit! Mama gue ngedrop!" Aldo menghidupkan motornya dan langsung tancap gas.
Rio yang melihat itu langsung naik ke motor milik Zino yang sudah ada Zino sendiri di atasnya. Bertepatan dengan Deon yang keluar dari cafe.
"Kita kejar Aldo."
Mereka mulai tancap gas mengikuti Aldo yang kini sudah mulai menjauh. Melajukan motor dengan kecepatan di atas rata-rata sehingga hanya memerlukan waktu lima menit untuk sampai di rumah sakit Putih kasih yang memang lokasinya tak jauh dari cafe tempat mereka makan tadi.
Keempat pemuda itu berlarian di lorong rumah sakit menuju ruangan Mamanya Aldo yang berada di lantai dua. Bahkan, sangking khawatir dan cemasnya, mereja melangkahkan dua anak tangga dalam satu langkah.
Begitu sampai di ruangan tempat Mamanya Aldo dirawat. Terlihatlah adik kembar Aldo yang kini sudah menangis sambil berpelukan. Aldo langsung berlari ke arah kedua adiknya.
"Kenapa mama bisa ngedrop?" tanya Aldo cemas.
Dua bersaudara yang tadinya sedang berpelukan itu langsung melepaskan pelukan mereka dan menatap Aldo dengan mata yang berkaca-kaca.
"Ta-tadi, Pa-papa da-datang bareng sa-sama se-selingkuhannya hiks. Te-terus, Pa-pa na-nampar ma-mama ka-karna Ma-ma mi-minta cerai hiks. M-mama la-langsung nge-drop hiks." Aldi -adik kembar pertama Aldo- berkata dengan sesegukan.
Aldo mengepalkan tangannya kuat. Meninju dinding rumah sakit yang berada di samping kirinya dengan kuat.
Hingga membuat kedua adiknya bergetar ketakutan. Deon dan Zino yang melihat itu langsung mencoba untuk menenangkan Aldo dengan mengusap pungung Aldo sambil mengatakan 'semua akan baik-baim saja'.
Sementara Rio, ia memeluk Aldi dan Adli yang masih bergetar ketakutan.
Tak lama setelah itu, dokter keluar. Mereka langsung bangkit dan menunggu penjelasan sang dokter.
"Alhamdulillah kondisi pasien sudah baik-baik saja. Hanya perlu pemekrisaan beberapa kali dan pasien sudah boleh pulang."
Sontak, keenam pemuda yang berada disana seketika menghela nafas lega.
"Pasien sudah boleh di jenguk. Kalau begitu saya permisi dulu."
Aldo langsung berlari masuk, diikuti oleh yang lainnya.
Ternyata Mamanya Aldo sudah sadar. Ia menatap Aldo dengan tersenyum lembut.
Aldo langsung memeluk sang mama erat. Menumpahkan semua tangisnya di dekapan sang Mama."Udah, mama gak papa kok."
Mama menepuk punggung Aldo menenangkan, ia tersenyum lembut pada Rio, Zino, dan Deon.
"Jangan nangis ih, gak malu apa sama teman-temanmu?"
Mama terkekeh pelan setelah Aldo bangkit dan mengusap hidungnya kasar untuk menghilangkan ingus yang sempat keluar.
"Halo, tante." ketiganya kompak menyapa dan membungkuk ke arah Mama Aldo.
"Halo juga." Mama Aldo tersenyum lembut ke arah tiga pemuda itu.
Setelah itu, kini gantian si kembar Aldi dan Adli yang memeluk sang Mama. Mereka kembali menangis, namun kali ini lebih histeris dari yang sebelumnya.
"Sudah-sudah."
💫💫💫
Tanpa terasa, sudah beberapa jam mereka berada di rumah sakit. Terlalu asik bercerita satu sama lain hingga tak menyadari bahwa waktu terus berjalan. Hingga, tidak ada yang menyadari bahwa sekarang jam sudah menunjukan pukul 20:00 WIB.
Let's play ball..
Let's play ball...Suasana yang tadinya ramai seketika berubah menjadi hening saat mendengar nada dering telepon milik Rio.
"Permisi."
Rio bangkit dan berjalan keluar ruangan untuk mengangkat telepon.
'Not My Papa'
Rio langsung mengangkat panggilan dari Adam.
"Halo, Pa. Maaf kayaknya aku pulang agak telat hari ini. Soalnya masih di rumah sakit tempat Mamanya Aldo di rawat."
"Halo, perlu Papa jemput gak?"
"Gak usah, Pa. Nanti aku pulangnya bareng Deon atau Zino aja."
"Kamu sama Deon aja. Bilang sama Deon jangan ngebut."
"Iya, Pa."
"Yaudah kalo gitu. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Rio menutup sambungan telepon. Kembali memaduki ruang rawat Mamanya Aldo.
"Tante, kami permisi dulu ya. Udah larut ini."
"Iya nak, Rio. Hati-hati di jalan."
-t b c-

KAMU SEDANG MEMBACA
1 Tahun Bersama Papa
Teen FictionSebelum baca, follow akun Arii dulu 😗 17 tahun ia telah hidup, namun tidak pernah sekalipun ia berinteraksi dengan sang Papa. Mamanya telah meninggal saat melahirkan dirinya, semenjak itu pula kakek dan neneknya yang membesarkannya. Sedangkan, Papa...