H a p p y 💫 R e a d i n g
Adam yang sedang menonton televisi sambil mengunyah beberapa cemilan seketika menghentikan kegiatannya saat mendengar notifikasi pesan dari seseorang.Mengelap terlebih dahulu tangannya menggunakan celana bagian pahanya, lalu mengambil ponsel yang sedari tadu terbarung di meja di depannya.
0813xxxxxx
Send a pictureBukankah dia anak yang tak pernah kau harapkan karena telah membunuh anakmu?
Bagaimana?
Menyukainya?
Aku akan membantumu untuk membunuhnya
Atau kau ingin berpartisipasi untuk membunuhnya?
Atau melihatnya terbunuh di depan matamu?
Bukanlah sebuah nyawa dibalas dengan nyawa?
Maka tunggulah saatnya tuan Adam yah terhormat.
Anak semata wayangmu akan mati tepat di depan matamu.Adam mengepalkan tangannya kuat. Matanya memanas saat melihat foto yang dikirim seseorang itu.
Foto dimana Rio dalam keadaan kedua tangan serta lehernya yang terikat rantai. Keadaan wajahnya yang babak belur serta terdapat beberapa bercak darah di beberapa bagian tubuhnya.
Dengan terburu-buru, Adam menelepon ponsel Rio. Dering pertama tidak diangkat, begitu pula dengan dering kedua. Pada saat dering ketiga, panggilan di angkat. Adam menghela nafas lega dan mengira kalau pesan tadi hanyalah orang iseng walau foto itu terlihat sangat-sangat nyata.
Tapi naas, ternyata bukan Rio yang mengangkat panggilan itu, tetapi...
"Waah, anda sungguh tidak sabar ya tuan Adam? Tunggulah beberapa saat lagi."
Tutt...
Panggilan seketika terputus sepihak, bahkan Adam belum mengatakan sepatah katapun. Taou mengapa suara itu terdengar sangat akrab di telinganya? Terdengar seperti suara sakah satu teman dari putra semata wayangnya.
Adam mengepalkan kedua tangannya kembali. Tatapannya menajam, deru nafasnya memburu.
💫💫💫
"Hai, teman?"
Deon, Rio, dan Zino yang baru sadar menatap benci seseorang itu a.k.a Aldo.
Dengan sesekali meringis menahan sakit yang teramat di telapak tangan mereka. Serta Rio du lengan atasnya.
Mereka yang saat ini setengah berlutut karena rantai yang mengikat mereka dengan kuat hingga sulit untuk mereka melepaskan diri.
"Gimana-gimana? Keren bukan? Ck ck ck."
"Ini semua cuma bohongan kan? Lo pasti cuma nipu kan? Sumpah, ini semua gak seru, Do!" teriak Deon marah.
"Enggak kok. Ini semua real, ini semua nyata."
Aldo berjalan menuju Zino, lalu menatap lekat dua teman temanya sambil tersenyum licik.
"Apa yang buat lo lakuin ini? Kita teman kalo lo lupa."
Aldo tertawa kencang mendengar ucapan Rio.
"Teman? Tau apa lo tentang gue? Apa lo tau apa yang dibuat bokap lo dan bokapnya Deon tujuh taun yang lalu? Awalnya gue cuma nargetin Deon doang buat balas dendam. Tapi pas tau kalo lo anaknya Adam, gue malah makin benci sam lo berdua."
Tangannya dengan perlahan membuka rantai yang mengikat kedua tangan dan leher Zino.
"Oh ya, lo berdua tuh tolol karna gak bisa tau kalo berdua tuh gak tulus temenan lo berdua. Kalo aja lo berdua gak anak orang kaya. Kita gak bakalan mau temenan sama lo berdua."
Zino yang sudah bebas langsung berjalan dengan santai keluar ruangan. Membuat kedua orang lainnya kemana dirinya tak percaya.
Sedangkan Aldo? Ia berjalan dengan santai menuju Rio.
Plak...
"Ini karna papa lo bikin papa gue bangkrut dan juga benci sams mama gue."
Plak...
"Ini karna bokap lo yang bikin bokap gue jadi suka mabuk-mabukan dan nyiksa kami sekeluarga."
Plak....
"Ini karna gue benci sama lo!"
Kedua sudut bibir Rio sudah mengeluarkan darah karena tamparan dari Aldo.
Aldo berjalan menuju Deon, melakukan hal yabg sama seperti yang ia lakukan tadi pada Rio.
Plak...
Plak...
Plak....
Plak..
"Ih iya, Rio. Lo mau tau sesuatu? Sesuatu yang selalu di sembunyikan sama bokap lo?"
Rio menatap Aldo bingung dan juga benci. Berbeda dengan Deon yang hanya diam menunduk. Karena jujur ia sama sekali tak mengetahui apa yang terjadi sekarang. Begitu pula dengan Rio.
"Lo anak yang gak pernah diharapkan kehadirannya. Karena apa? Karna lo udah bunuh orang yang saat dicintai sama bokap lo. Yaitu nyokap lo. Dan juga, saat bokap lo tau kalo nyokap lo lebih milih lo dari pada dirinya sendiri. Bokap lo punya niatan untuk ngebunuh lo. Kejam bukan?"
Rio menatap Aldo tak percaya, walau sedikit di lubuk hatinya menpercayai perkataan Aldo. Tapi ia tak akan lagi terpengaruh oleh perkataan Aldo yang menurutnya penuh dusta.
"Dia mana mungkin percaya sama perkataan lo. Lo cukup perlihatkan aja rekamannya," tinpal Zino yang tiba-tiba saja sudah berada disana.
Dengan keadaan yang jauh lebih baik dari sebelumnya.
"Oh iya benar juga. Tapi sebelum itu, gimana kalo kita jelaskan dulu apa yang terjadi selama ini?" tanya Aldo ddnya tersenyum manis.
"Ide bagus!"
- t b c-
Kelas lagi gada guru makanya bisa lanjut hihi ><

KAMU SEDANG MEMBACA
1 Tahun Bersama Papa
Teen FictionSebelum baca, follow akun Arii dulu 😗 17 tahun ia telah hidup, namun tidak pernah sekalipun ia berinteraksi dengan sang Papa. Mamanya telah meninggal saat melahirkan dirinya, semenjak itu pula kakek dan neneknya yang membesarkannya. Sedangkan, Papa...