H A P P Y ❤ R E A D I N G
Mama:
Mama dan Papa akan pindah ke Canada, dan kamu tau sendiri bukan anakmu sekarang berada di bangku kelas tiga SMA? Jadi Rio akan tinggal bersamamu selama satu tahun ini dan setelah Rio lulus nanti Rio akan menyusul ke Canada. Kau nggak keberatan bukan? Jika kau keberatan, maka kau adalah Papa paling buruk yang pernah ada! Bahkan kalian sama sekali nggak pernah terlibat sebuah interaksi. Rio akan tiba hari ini setelah makan siang. Mama harap besok kau bisa menyambutnya. Jaga dirimu baik-baik dan jaga Rio dengan baik juga. Sudah dulu oke, Mama menyayangimu❤Sebuah pesan panjang itu mampu membuat seorang pria yang tidak lagi muda namun juga tidak terlalu tua karena umurnya masih 39 tahun itu memijit pangkal hidungnya pusing.
Oh ayolah, mengapa Mamanya harus mengabarinya saat ini sudah jam 10:15 wib. Itu artinya ia hanya mempunya waktu beberapa jam saja sebelum anaknya datang?
Oh astaga, bahkan ia saja belum membersihkan apartemenya yang super duper berantakan itu.
Lelaki itu a.k.a Adam hanya bisa menoleh nafas kasar karena sang Mama memberitahunya secara mendadak.
Adam menyandarkan badannya pada sandaran kursi kebesarannya yang berada di ruangan pribadi miliknya.
Tok.... Tok... Tok...
"Masuk,"
Setelah itu masuklah sebuah pria yang mungkin umurnya tidak jauh berbeda dari Adam.
"Ada yang bisa saya bantu, pak?" tanya pria itu a.k.a Bian.
Bian merupakan sekertaris sekaligus asisten pribadi Adam. Hal itu membuat Adam terkadang menjadi tidak tau diri karena terlalu sering menyuruh Bian hal-hal yang tidak ada sangkut pautnya dengan pekerjaannya.
"Hari ini aku tak memiliki jadwal, bukan?" tanya Adam dan dibalas anggukan oleh Bian.
"Baiklah, lebih baik sekarang kita pulang dan kau bantu aku membereskan apartemen." suruh Adam dengan bangkit dari duduknya.
Menyambar jas yang sedari tadi bertengger rapu di gantungan yang tidak jauh dari meh kerjanya.
Bian mengerutkan alisnya bingung. Tidak biasanya bos sekaligus sahabatnya itu memberseihkan apartemen.
Terkadang, Adam bahkan lebih memilih untuk menyerah seorang cleaning servis untuk membersihkan apartemennya.
"Mengapa tidak menyewa seorang cleaning servis saja?" tanya Bian bingung.
Adam melirik Bian sekilas lalu berjalan keluar dari ruangannya dengan santai dan diikuti oleh Bian di belakangnya.
"Aku ingin memastikan sendiri kalau seluruh ruangan hang ada di apartemen bersih seutuhnya karena aku akan menyambut seorang tamu yang sangat-sangaat penting!" jelas Adam.
"Tamu? Sangat penting? Siapa?" tanya Bian penasaran.
"Rio," jawab Adam singkat.
Bian membulatkan matanya terkejut. Tentu saja ia mengenal Rio, putra tunggal dari seseorang yang kini berjalan di depannya.
"Waw, apa yang terjadi hingga Rio mau mengunjungimu?" tanya Bian lagi.
Mungkin tidak ada yang aneh dengan pertanyaan yang dilontarkan oleh Bian. Akan tetapi Adam sadar jika pertanyaan yang dilontarkan oleh Bian mengandung sedikit ejekan didalamnya.
Bagaimana tidak? Rio tidak pernah sama sekali mengunjungi apartemen Adam. Jangakan mengunjungi apartemen, bahkan Bian berani bertaruh kalau Adam dan Rio bahkan tidak pernah berinteraksi.
Mau itu sebagai keluarga, orang asing, teman, apa lagi ayah dan anak. Sangat-sangat mustahil.
Oke back to topik...
"Mama dan Papa memutuskan untuk pindah ke Canada. Dan Rio berada di bangku kelas 3 SMA. Sangat tidak mungkin untuk Rio ikut pindah ke Canada. Jadi mereka memutuskan untuk mengirim Rio untuk tinggal bersamaku," jelas Adam dengan terus berjalan dengan santai.
Bian mengangguk-anggukan kepalanya paham. Lalu terus berjalan mengikuti Adam yang kini sudah berjalan dengan cepat di depannya.
Sedangkan di tempat lain atau lebih tepatnya di bandara. Terdapat seorang remaja laki-laki yang kini memandang kedua orang paruh baya atau lebih tepatnya Opa dan Omanya dengan tatapan sedih.
Bagaimana ia tidak sedih, Opa dan Omanya lah yang selama ini mengurusnya. Merawatnya saat sakit, membesarkan dirinya dengan penuh kasih sayang hingga ia melupakan bahwa bukan orang tuanya lah yang membesarkanya.
"Nggak bisa ya Rio ikut kalian saja?" tanya remaja itu dengan sedih.
Yap, remaja itu adalah Rio, anak tunggal dari tuan Adam yang terhormat.
"Nggak bisa, sayang. Kau sudah berada di bangku akhir SMA, sangat nggak mungkin untukmu pindah sekolah." Opa mengelus sayang surai kecoklatan milik cucunya itu.
Rio menghela nafas pelan dan memandang ke arah Oma dengan tatapan penuh harap. Akan tetapi tatapan itu seketika lenyap saat melihat gelengan kepala dari sang Oma.
"Setelah ini langsung pergi ke apartemen, Papamu. Ingat, jangan pernah menggunakan bahasa gaulmu kepadanya, dan patuhi segala ucapan Papamu. Kau paham?" nasehat Oma dengan diakhiri oleh sebuah pertanyaa.
Rio menganggukkan kepalanya tanda mengerti.
"Tapi," Rio menjeda ucapannya dan menatap Opa dan Oma ragu.
"Rio nggak pernah berinteraksi dengannya," sambung Rio pelan.
Oma tersenyum lembut lalu mengelus surai kecoklatan Rio.
"Oma tau, maka dari itu sekarang adalah waktu yang tepat untuk kalian memperbaiki hubungan kalian." Rio memandang Omanya ragu.
"Oh ya, panggil dia dengan sebutan, Papa. Bagaimana juga, dia tetap Papamu," ujar Opa.
"Itu akan membuat suasana jauh lebih canggung karena Rio nggak pernah memanggilnya dengan sebutan, Papa. Rio mohon, ajak Rio bersama kalian." Rio menyatukan kedua tangannya berharap penuh.
"Nggak sayang. Sama seperti yang Oma katakan, sekarang adalah waktu yang tepat untukmu dan Papamu memperbaiki hubungan kalian. Jangan terus-terusan bersikap seolah kalian adalah orang asing yang saling nggak mengenal hingga kalian melupakan bahwa kalian adalah sepasang ayah dan anak. Darahnya mengalir di tubuhmu, Rio. Bagaimana sifatmu, itulah sifat Papamu karena Rio adalah duplikat dari Papa Rio. Paham sayang?" tanya Opa lembut.
Rio menganggukkan kepalanya pelan lalu tersenyum tipis memandangi Opa dan Oma nya.
"Kalau begitu, Opa dan Oma pergi dulu. Jaga diri baik-baik, bilang sama Papa kalau Opa dan Oma menyayangi dirinya." perlahan tapi pasti, tubuh Opa dan Oma mulai menghilang dibalik kerumunan banyak orang.
Rio menghela nafas sebelum memilih untuk berjalan menuju parkiran dimana sang sopir sudah menunggunya.
Lalu pergi menuju apartemen sang Papa yang berada tidak jauh dari bandara.
-T B C-
KAMU SEDANG MEMBACA
1 Tahun Bersama Papa
Genç KurguSebelum baca, follow akun Arii dulu 😗 17 tahun ia telah hidup, namun tidak pernah sekalipun ia berinteraksi dengan sang Papa. Mamanya telah meninggal saat melahirkan dirinya, semenjak itu pula kakek dan neneknya yang membesarkannya. Sedangkan, Papa...