19 | nggibah

2K 95 224
                                    

__________________

Sungguh peristiwa langka yang kayaknya hanya terjadi sekali seumur hidup, usai bikin kericuhan di kantin—aslinya nggak akan ricuh banget kalau saja cewek-cewek nggak menjerit gembar-gembor persis kesambet gorila—Aiden, Biru, Calvin, dan Denil selaku biang kerok nggak disuruh pergi ke ruang BK atau mendapat hukuman, padahal yang turun tangan guna melerai sekalian menyelamatkan Felix dari amukan para buaya adalah Bu Jasmine, guru tergalak menurut testimoni warga sekolah.

Tentu saja hal ini membawa tanda tanya besar, sampai-sampai dengan teramat begonya empat cowok itu nekat mengikuti sang guru, demi bertanya langsung apa alasan mereka nggak mendapat sanksi.

"Bu Jasmine, ini serius kami nggak dihukum??" tanya Aiden terhitung yang kelima kali.

"Nggak." Guru paruh baya itu menjawab singkat, berusaha mengabaikan empat begundal yang terus mengekornya macam anak tuyul.

"Nama kami nggak mau ditulis di buku hitam, Bu? Atau buku pelanggaran, deh," sambung Denil kemudian menunjukkan buku warna kuning terang di balik baju seragamnya. "Nih, saya bawa buat jaga-jaga."

"Nggak."

"Tapi kami 'kan abis berantem, Buuu," sahut Biru bernada protes. "Biasa mah dapat lima puluh poin terus masuk ruang BK buat disiram akhlak."

Dari belakang, Calvin berjinjit sambil mengangguk. "Kalau nggak, harus dikasi surat panggilan ortu."

"Atau surat peringatan," tambah Aiden. "Di rumah saya udah ada empat puluh sembilan, saya butuh satu lagi buat genapin jadi lima puluh."

"Ah, yang bener lu??" tanya Denil kaget.

"Kagalah, boong doang."

"YEU!"

Aiden terkikik geli, lalu kembali menatap Bu Jasmine. "Kami dapat surat peringatan 'kan, Bu??"

"Nggak."

"Yaaah."

Mereka kompak cemberut.

"Kenapaaa?"

"Kok kami nggak dihukum sih, Buu?"

"Saya salah loh, Bu, saya yang pukul si jamet paling pertama." Biru mengangkat tangan penuh keyakinan.

"Saya yang kedua!" lanjut Calvin.

"Saya tendang dia, Bu!" Denil nggak mau kalah, memperagakan kembali bagaimana ia menendang Felix. "Kayaknya sih nggak sakit, tapi bekas sepatu saya nempel di baju dia."

"Saya cubit ketek dia!" Aiden lekas menunjukkan tangan kirinya, sembari menutup hidung dan memberi tatapan jijik. "Bahkan masih kerasa bau najisnya."

"Saya cabut bulu tangannya!"

"Saya lempar sepatunya!"

"Saya bekap dia biar nggak bernapas!"

"Saya yang—"

"Stop!"

Ucapan Calvin nggak berlanjut, karena Bu Jasmine tiba-tiba berhenti dan balik memandang mereka dengan tampang datar sarat akan tertekan.

"Kalian mau tau kenapa kalian nggak dihukum?"

Empat cowok itu memberi anggukan.

"Karna saya bosan sama kalian!"

Suara Bu Jasmine boleh nge-gas, tapi nggak berefek apa-apa.

"Setiap minggu kaliaaaan mulu yang bikin masalah! Emang nggak bosan masuk ruang BK?!"

"Saya secara pribadi sih, enggak, Bu." Aiden menjawab tanpa beban. "Enak malah, AC-nya lebih adem daripada di kelas."

"Betul!" timpal Calvin. "Dan izin ralat, kami bikin masalahnya bukan tiap minggu, Bu, tapi tiap dua minggu."

Defenders ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang