_________________
Meski sudah pernah menduga Olivia akan bertindak nekat, Monita tetap dibikin syok berat ketika membaca pesan dari cewek itu, yang mana berisi formulir pendaftaran dengan identitasnya telah tertulis lengkap, pun telah terkonfirmasi sebagai salah satu peserta kontes yang siap mengikuti masa penilaian mulai bulan depan.
Sumpah. Asli. No fek.
Sesi menye mellow dramatis Monita seketika buyar total, air matanya juga auto kering dan lebih dari tiga puluh detik dia bergeming tanpa kedip, membuat Papi Mami jadi ikut terheran-heran, lalu mulai berspekulasi kalau otaknya lagi mendadak non-aktif.
Monita betul-betul blo to the on kuadrat!
Saking sibuk meratapi diri nan bergalau ria, dia sampai lupa akan satu hal luar biasa penting, yakni caranya mendapat izin dari Mami untuk ikut lomba-lombaan lagi.
Seperti yang kalian sudah tahu, sejak insiden pingsan dan masuk rumah sakit waktu lalu, Mami jadi lebih protektif bahkan membatasi segala kegiatan yang berpotensi bikin Monita terlalu kelelahan. Boro-boro mau ikut lomba, begitu pulang dari sekolah saja dia dilarang keluyuran sana-sini, kecuali situasinya urgent. Mau kelayapan dan mengeksplor dunia bareng teman-teman pun, cuma boleh di hari weekend. Selain dari itu, Monita cukup berleha-leha dalam rumah, entah mau rebahan dari pagi tembus pagi juga nggak masalah.
Lantas, kalau sekarang Monita bilang dia ingin ikut kontes—yang tentu saja butuh latihan setiap hari dan aktivitas di luar rumah yang lebih banyak—bagaimana ia bisa membujuk Mami untuk setuju??
Belum sempat memutar otak lebih jauh, lamunan Monita duluan hancur tatkala Papi tiba-tiba menangkup kedua pipinya, lalu beri tatapan super serius macam orang yang siap usir setan.
"Answer ndhis question dengan cepat dan tepat!" Tegas beliau diikuti oleh anggukan Mami.
"... ha?"
"Siapa nama kamu?"
Monita mengerjap ngang ngong. Ini bapaknya lagi kena serangan amnesia kah?
"Jawab, young girl."
Berhubung tampang Papi kelihatan nggak bercanda, dia pun tergerak menjawab, "Moni... ta?"
"Nama lengkap?"
"Pamela Monita Maheswara."
"Tempat tanggal lahir?"
"Rumah Sakit Siloam, 18 Agustus."
"Nama ayah dan bunda?"
Monita refleks menggeleng. "Nggak punya ayah bunda, punyanya papi mami."
"Woya sama aja sih," balas Papi kemudian berdeham. "Tapi baiklah. Nama panjang Papi?"
"Ini sebenarnya kita mau ngapain, ya?"
"Jawab aja, Moon." Desak Mami dengan wajah yang nggak kalah tegang.
"Reynaldi Maheswara." Ia patuh menjawab.
"Nama Mami?"
"Shania Maheswara."
"Kapan Papi dan Mami met for the first time?"
"Mana aku tau, wong aku belum brojol."
"Kalau gitu, kapan Papi dan Mami menikah?"
"Sudah pasti sebelum aku lahir."
"Tanggal spesifiknya, girl."
"Maap, nggak remember. Kalian rayain wedding anniversary almost every month sih."
KAMU SEDANG MEMBACA
Defenders ✔️
Teen Fiction• PERFECT SERIES • [Completed] [Dapat dibaca terpisah] _____________________________________ de·fend·er /dəˈfendər/ (noun.) a person who defends someone or something from attack, assault, or injury. • • • Tentang Monita yang merasa tidak pernah m...