16 | ngerujak

2.2K 100 149
                                    

__________________

Ratu Ular :
monnn
monmon
MON
gausa sok sibuk deh
CEPET BALAS INI PENTING BGT
ai know yu lagi online and read this message
pura-pura buta bgini nih yg dikit lagi matanya bnran diambil sama malaikat.
MONN!!

Monita yang baru turun dari pohon usai menjalankan misi sebagai tarzan, hanya bisa tersenyum tipis membaca rentetan pesan nggak penting yang muncul di notifikasinya ini. Ngomong-ngomong sebelum ada yang bertanya, si Ratu Ular nggak lain nggak bukan adalah Kak Sera, dan tak perlu dijabarkan lagi mengapa Monita menamainya begitu sebab hampir semua dari kalian pasti sudah tahu.

Baru mau mengetik balasan yang sopan nan santun ala adik berakhlak, sang kakak yang stok kesabarannya kosong melompong itu duluan menelepon. Jadi, Monita lekas menjauhkan ponsel ke jarak yang cukup aman, barulah menekan tombol terima. Ini ia lakukan semata-mata demi melindungi gendang telinga dari hal berbahaya yang nggak diinginkan.

"HEH! PAMELA MONITA MAHESWARA!!"

Nah kan, Monita bilang juga apa. Nggak pakai loud speaker pun, suara Kak Sera sudah melengking bikin tuli.

Aiden, Biru, Calvin, serta Denil kompak menoleh dan menatap penuh tanda tanya, sementara Kak Cleo yang mengekor di belakang, fokus memungut beberapa mangga yang nggak sengaja Calvin jatuhkan.

"Siapa, Mon?" tanya Biru tanpa suara.

"Medusa." Ia menjawab tanpa suara juga.

Empat cowok itu sejenak saling melempar tatap, kemudian kembali sok sibuk mengerjakan ini itu.

Sedikit cerita, sudah menjadi rahasia umum bahwa teman-temannya sangat anti berurusan dengan Kak Sera. Mereka bilang aura mencekam sang kakak terlalu ganas dan beringas, macam nggak segan bikin nyawa melayang. Bahkan kalau ditanya nih, lebih seram Kak Sera atau Badarawuhi—si penari gaib yang belakangan ini lagi tenar menyaingi para kunti—maka tanpa ragu serta pikir panjang cowok-cowok itu akan menjawab Kak Sera.

Cih, memang lebay akut!

Padahal sang kakak sebenarnya nggak seram-seram amat. Paling kalau lagi kesal terus kesurupan singa betina, barulah rambut orang di sekitar dia menjadi korban. Monita bisa bilang begini, karena terhitung sudah delapan belas tahun rambut badai nan semriwingnya menjadi langganan jari-jemari si kakak. Untungnya sih nggak ada yang rontok, sebab dia selalu keramas menggunakan sampo—

"MONITA!! KAMU DENGAR SUARA KAKAK NGGAK SIH?!"

Oke, iklannya kita tunda dulu, mari lanjut ke cerita.

Monita berdeham singkat, lalu menjawab dengan suara super lembut nan ayu, "dengan Bulan Purnama di sini, ada yang bisa saya bantu?"

"KAMU KELAYAPAN KE MANA, HAH?! KOK JAM SEGINI BELUM PULANG?!!"

"Kak..."

"APA?!!"

"Ngomongnya bisa selow aja, nggak? Aku belum mau budek."

"HALAH, KAKAK NGGAK NGE-GAS GINI PUN PENYAKIT BUDEK KAMU UDAH ADA SEDARI EMBRIO!"

"Untuk itulah jangan bikin aku semakin bolot. Lagian kasian urat-urat di leher kakak udah hampir putus tuh, gegara teriak mulu."

"SOK TAU. BURUAN JAWAB KAMU LAGI DI MANA?!"

Monita kembali mendekatkan ponsel di telinga dan menjawab. "di rumahnya Aiden."

"Ngapain?"

"Bermain permainan papan, bermain tic tac toe, minum coklat panas, menyelesaikan puzzle, bermain tic tac tie, bermain—"

Defenders ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang