___________________
Untunglah, di tengah penyiksaan yang Denil alami dari Maya and the gank (iya, ini boleh disebut penyiksaan sebab cewek-cewek bergaya anggunly tapi berjiwa preman pasar itu kompak menarik rambut, kuping, dasi, baju, sampai celananya dengan amat brutal macam satwa liar sedang mencabik mangsa) muncul sosok Aiden dan Biru, yang berlari sambil memeluk dua kantung plastik besar berisi puluhan jenis pembalut yang kayaknya bakal jadi persediaan untuk Monita sampai tahun depan.
Setelah Biru memberi penjelasan panjang tentang kronologi yang sebetulnya terjadi, disusul oleh penguatan bukti dari saksi mata alias Aiden, barulah dengan agak terpaksa Maya melepas cengkeraman tangannya dari kerah baju Denil, batal menyeret dia menghadap Bu Jasmine.
Penampilan Denil sudah nggak karuan. Rambut klimis anti badai sebagai penunjang ketampanannya kini acakadut persis sarang burung, dua kancing seragam copot entah ke mana bikin dada dia terumbar asoy, serta celana yang hampir melorot—andai hari ini dia nggak pakai ikat pinggang sebagai pertahanan utama, sudah pasti sempak seksinya bakal go public.
Si Maya memang kampret kuadrat! Ingatkan Denil untuk balas dendam, dengan diam-diam patahkan gincu merah muda yang sering cewek itu bawa, atau tuang seluruh isi parfum harga puluhan jutanya ke selokan, biar tuh air comberan bau ketek genderuwo jadi wangi semerbak dan bisa dipakai gantikan molto atau downy.
"Sekarang lo bisa bebas, Daniel. Tapi kalau sampai gue ciduk lo ngintip cewek lagi, lo betulan kita kebiri!" Ancam Maya seraya menatap tajam Denil, yang bikin dia bukannya takut justru balik mengerling sinis.
"Otak lo tuh yang kudu dikebiri duluan. Udah dikasitau gue kaga ngintip siapa-siapa, masih aja kaga percaya."
"How can I trust a bastard like you?"
"Nyinyinyinyi, bacot," cibir Denil kemudian mengibaskan tangan tanda mengusir. "Syuh, syuh, go away minimal seratus meter. Sengaja ya, lo berdiri lama-lama biar puas lihat aurora gue?"
"Aurora—oh, what the hell." Maya merotasi mata sebelum berujar, "dada kurus kering lo sama sekali nggak bikin gue tertarik!"
"Yaudah, nggak usah lo lirik-lirik."
Yang dituduh makin nggak terima. "Gue nggak lirik!"
"Itu mata lo ngelirik."
"Enggak!"
"Kalo gitu kalung yang gue pake bentuknya apa?"
"Salib," jawab Maya begitu spontan, lalu kaget sendiri diikuti wajah yang merah padam.
"NAH KAN, KETAHUAN!"
"WHATEVER! MINGGIR LO!"
Karena kelewat malu, cewek itu dengan kesal menubruk kuat bahu Denil dan pergi, disusul oleh dayang-dayangnya. Sampai punggung mereka hilang di ujung koridor, barulah Denil layangkan protes pada Aiden dan Biru.
"Lo berdua napa lama banget sih, cok? Gue telpon puluhan kali kaga diangkat."
"Si Haidar nyoh yang asu banget," balas Aiden masih menyimpan emosi. "Nek dudu situasi urgent, wes tak betot lehernya nganti pedot."
"Emang tuh kutu kupret ngapain?"
"Bayangin ya, dia tuh—"
"Ceritanya panjang." Biru duluan memotong, sebab bisa habis satu jam lebih kalau biarkan Aiden curhat panjang lebar mengenai kampretnya Haidar. Sejenak cowok itu celingak-celinguk, lalu bertanya, "si Kelpin napa belom sampai, ya?"
"Kaga tau. Masih nyari—nah itu, baru diomong orangnya udah muncul."
"Buset! Tuh anak nyolong rok cewek seantero sekolah apa begimana??"
KAMU SEDANG MEMBACA
Defenders ✔️
Ficção Adolescente• PERFECT SERIES • [Completed] [Dapat dibaca terpisah] _____________________________________ de·fend·er /dəˈfendər/ (noun.) a person who defends someone or something from attack, assault, or injury. • • • Tentang Monita yang merasa tidak pernah m...