22 | loser

1.9K 86 139
                                    

___________________

Meski tergolong tipe manusia mager yang doyan rebahan sambil bengong berjam-jam demi menambah kadar kebloonan, sejujurnya Monita cukup senang mengikuti pelajaran olahraga, yang mana kalian semua pun tahu pelajaran itu paling berpotensi bikin tulang jompo meraung keras minta pensiun—sebab tiap pemanasan pastilah diakhiri dengan lari keliling lapangan sampai keringat sebesar biji jagung, plus semua siswa wajib bergerak aktif macam barongsai oplos reog—dia nggak pernah mengeluh apalagi misuh-misuh.

Serius. Ini bukan hoax atau sekadar pencitraan.

Terbukti pagi ini, berhubung kelasnya ada jadwal olahraga dan tempat yang sering mereka pakai adalah lapangan indoor, Monita tampak semangat lakukan stretching ringan bersama Aiden dan Denil, mengabaikan Biru yang terpantau masih tiduran santai di tribune, juga Calvin yang asik lesehan sambil serius menggambar sesuatu di buku sketsa.

Entah kelewat rajin atau bagaimana, mereka berlima tiba paling awal di lapangan, sementara anak-anak kelas termasuk Pak Adi, sang guru olahraga, belum terlihat batang hidungnya.

"Aiden, ajarin stretching yang bener, dong. Ini napa jadi kayak goyang poco-poco??" protes lekas Monita layangkan, kala menyadari pemanasan yang mereka lakukan mulai amburadul.

"Tau tuh, bagusan juga goyang zumba," tambah Denil, yang tetap setia mengikuti gerakan pinggang Aiden, bahkan saking lenturnya malah lebih mirip penari latar di acara Dangdut Academy.

Oknum yang berdiri paling depan dan tengah antusias patah-patah pinggang itu pun melirik singkat, kemudian berujar, "ini namanya latihan kelenturan pinggang, brader and sister. Biar pas disuruh koprol, kayang, sikap lilin, loncat harimau, sampai loncat pocong sekali pun, lo pada kaga encok."

"Emang materi hari ini senam lantai?" tanya Monita.

"Kaga tau."

"Terus ngapain latihan kelenturan—yaelah, Nil! Pemanasannya di tempat aja, nggak usah geser-geser!"

Satu alis Denil langsung terangkat naik, saat bahunya didorong pelan oleh Monita. "Siapa yang geser? Gue dari awal udah tanam kaki di sini."

"Tadi pas rentangkan tangan, jarak kita tuh masih satu meter, ya. Gimana ceritanya sekarang sikut lo udah kena sikut gue?!"

"Lo tinggal geser dikit 'kan bisa."

"Nggak mau. Kaki gue juga udah tertanam dan berakar serabut di sini."

"Oh, yauwes."

"Geser, Nil!"

"Moh."

"Aiden, lihat Denil, nih!"

"Gue udah muak lihat dia, Mon," jawab si kapten basket sembari mengangkat kedua tangan, lalu mulai berputar-putar macam menari balet, versi orang kena stroke ringan. "Buruan ikut, ini namanya latihan puting beliung."

Denil lantas menurut, sementara Monita makin gereget.

"Sebloon-bloonnya gue, gue tau gerakan abnormal begini nggak ada dalam pemanasan ya, nyet."

"Iyalah kaga ada, wong ini gerakan gue yang ciptain."

"Manfaatnya apa, Suhu?" tanya Denil.

"Guna melatih tubuh lo kalau-kalau kena tiup badai tornado. Konsepnya ialah belajar dari alam dan menyatu dengan alam."

"Ahsiyaaap!"

"Ayo, Mon. Masih ada delapan latihan lagi yang belom gue ajarin."

"Jangan bilang ada latihan meliuk-liuk macam kobra juga?"

Defenders ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang