___________________
Hingga hari-hari berikut, ekspektasi Monita untuk full bersenang-senang dengan empat temannya pada acara Pentas Seni, ternyata sama sekali nggak terjadi.
Iya, boro-boro bisa ngumpul bareng. Dari hari pertama saja, Denil selaku si bintang utama merangkap panitia inti, lebih sering berada di ruang ekskul guna latihan bersama anggota bandnya, serta memantau persiapan siswa lain yang mau isi acara. Calvin juga nggak datang sekolah, karena fokus mengikuti lomba melukis. Aiden yang sebenarnya nggak punya jadwal tampil pun, lebih banyak nongkrong bersama teman-teman tim basket dengan alasan mau membahas seputar DBL yang akan berlangsung dua bulan depan. Sementara Biru... entahlah. Untuk yang ini, Monita rada bingung mau jelaskan bagaimana.
Semenjak kejadian di lapangan indoor, bohong kalau Monita bilang nggak merasakan sesuatu yang berbeda antara dia dan cowok pemilik rambut warna biru itu. Mereka seperti 'agak lebih' dekat dari sekadar teman, tapi terlalu dangkal untuk disebut pedekate ala sejoli yang lagi kena demam cinta.
Contoh paling sederhana nih. Berhubung Biru juga panitia pensi, jelas dia sama sibuknya dengan Denil. Namun setiap ada kesempatan atau waktu luang, cowok itu selalu menghampiri Monita yang asik bengong dalam kelas, sembari membawa beragam makanan dan minuman hasil borong jualan ekskul boga. Setelah memastikan perut Monita telah terisi penuh, barulah cowok itu kembali sibuk mengurus tetek-bengek acara. Momen lainnya, tiap kali Monita mau menonton penampilan Denil, Biru setia menjadi bodyguard dadakan yang menjaganya biar nggak berdesakkan dengan para fangirl yang terkenal ganas. Bahkan kemarin cowok itu nekat mengambil kursi, supaya dia bisa menonton lebih jelas. Ini belum termasuk perhatian-perhatian kecil seperti mengirim puluhan video random yang bisa Monita tonton demi mengusir kebosanan, menyuruhnya pulang lebih awal kalau di hari itu Denil nggak ada jadwal tampil, hingga membeli vitamin C rasa jeruk serta obat maag sebagai antisipasi, karena hafal betul kebiasaan Monita yang nggak akan membawa kotak obat jika bukan hari belajar efektif.
Bagi orang lain, hal ini mungkin wajar dilakukan teman yang sudah saling mengenal lebih dari lima tahun. Tapi, kayak yang Monita katakan di awal, dia nggak akan terlalu kepikiran andai saja antara mereka nggak hadir sebuah euforia yang macam permen Nano-nano alias ramai rasanya. Senang, nyaman, asing, grogi, canggung, pokoknya susah dijabarkan.
Jika boleh jujur, Monita menyukai perasaan ini terlebih bagaimana sikap Biru menjadi manis. Hanya saja, dia nggak berani jatuh terlalu jauh atau mengizinkan hatinya terombang-ambing pada sesuatu yang samar. Maksudnya, bagaimana kalau dalam kenyataan, cuma dia yang merasakan euforia itu? Bagaimana kalau perhatian Biru sebenarnya nggak ada arti khusus? Bukankah itu berarti, dia yang kelewat ge'er dan ngarep ketinggian? Membayangkannya saja sudah miris.
Namun, sesuai kutipan bijak ala anak senja yang doyan seliweran di efyepe Tiktok yakni urusan hati manusia dan ke mana ia akan berlabuh sesungguhnya teka-teki dan rahasia Sang Pencipta, maka marilah kita lupakan sejenak hal yang bikin puyeng kepala ini, lalu berfokus pada bahasan lain yang lebih mantulita untuk diceritakan.
Jam baru menunjuk pukul sebelas siang, ketika Monita pulang rumah. Berhubung hari ini dia terlampau malas ngang ngong dalam kelas plus refill kadar kebloonan, jadilah ia ikut pulang bersama Disi (sekadar info serempet gibah nih, bahkan saat Pensi yang mana kesempatan buat berleha-leha dan mengabaikan segala kampretnya pelajaran, si bocil mulut boncabe itu masih saja menghabiskan waktu di perpustakaan untuk mengerjakan kumpulan soal Fisika yang tebalnya macam ensiklopedia, atau berada di ruang guru guna ikut bimbingan singkat) dan berencana ingin rebahan santuy di kamar super nyaman nan aesthetic miliknya, yang baru kemarin ditempeli ratusan stiker glow in the dark bentuk bulan bintang, pemberian dari Kak Dara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Defenders ✔️
Novela Juvenil• PERFECT SERIES • [Completed] [Dapat dibaca terpisah] _____________________________________ de·fend·er /dəˈfendər/ (noun.) a person who defends someone or something from attack, assault, or injury. • • • Tentang Monita yang merasa tidak pernah m...