57 | waduh!

740 69 99
                                    

____________________

Tidak jauh berbeda dengan Papi Mami, Aiden, Biru, Calvin, dan Denil also known as para begundal pun lakukan persiapan yang nggak kalah totalitas, demi mendukung satu-satunya teman bloon mereka, ya siapa lagi kalau bukan Monita.

Berhubung dari awal cewek itu sudah memberitahu bahwa acara final nanti akan cukup resmi, jadi mereka sangat diharapkan nggak datang dengan serampangan macam gembel pinggir jalan, karena dijamin belum sampai pintu gerbang pun auto kena tendang dari security.

Aiden sempat kasi ide briliant biar mereka pakai tuxedo ala anak-anak bangsawan, sekalian cosplay jadi F4 alias Gu Jun Pyo and friends. Namun rencana dia ditolak mentah-mentah sama Calvin, dengan alasan yang mau mereka hadiri hanyalah kontes kecantikan remaja, bukan acara lamaran Monita.

Alhasil setelah rapat dadakan selama hampir tiga jam—setengah jam debat serius perkara outfit, selebihnya bacot ngalor ngidul mulai dari awal mula penciptaan manusia sampai teknik beternak babi ngepet—mereka pun sepakat pakai kemeja lengan panjang yang modelnya sama, tapi warnanya berbeda.

Aiden dapat warna merah, yang syukurnya sih bukan ngejreng macam kain kesukaan banteng, Biru gercep memilih warna sesuai namanya, Calvin ambil warna hijau sebab dirasa itu yang paling cocok sama kulit, sementara Denil terpaksa dapat warna kuning karena tidak ada pilihan lain.

Masalah baju telah beres, maka lanjut ke hal yang nggak kalah penting. Dari pagi buta, Kak Cleo sigap meng-hire beberapa orang untuk mendandan sekaligus menata rambut brekele para begundal ini, biar aura jamet kuproy mereka sedikit luntur. Makanya ketimbang jadi suporter, mereka kini lebih mirip boygrup cabang Sudirman versi premium, yang siap perform bawakan lagu Demam Unyu-Unyu punya Coboy Junior sunbaenim.

Sudah cakep paripurna dari ujung kepala sampai ujung kaki, lantas apa yang perlu dilakukan? Yap, tentu saja tebar pesona.

Dengan tampang yang amat songong, sunglasses bertengger di hidung, dagu yang terangkat tinggi, plus langkah kaki sangat percaya diri, matahari seakan hanya bersinar untuk mereka, sementara manusia lain gelap gulita. Belum lagi embus angin sepoi bikin comma hair mereka tertiup aesthetic, seolah ingin mempertunjukkan pada dunia akan indahnya jidat kinclong nan mulus kebanggaan nusa bangsa.

Ini kalau ditambah backsound dari drama Boys Before Flowers, fix, para wanita auto lupa eksistensi Gu Jun Pyo dan antek-anteknya, lalu balik memuja Aiden, Biru, Calvin, dan Denil sebagai malaikat yang baru nyungsep dari surga.

Almost paraaadiseee

"HEH! KALIAN MAU LURUS KE MANA?!"

pyarrrr

Suara cempreng nan menggelegar milik Olivia masuk telak ke gendang telinga, dan berhasil menghancurkan khayalan yang sedang tinggi melintasi angkasa.

Begitu mereka kompak menoleh ke belakang, dari jarak sepuluh meter cewek itu terlihat melipat tangan depan dada, dibarengi wajah yang seratus persen tak ada sukacita.

"He? Lo ngapain masih di situ, Lip?" tanya Denil mewakili yang lain.

Olivia sempat merotasi mata, sebelum berujar sewot. "Aula kontesnya belok sini, gobs, bukan lurus!"

Para begundal refleks saling pandang, lalu serentak mentertawai kebodohan sendiri. Syukurnya koridor lagi sepi, jadi nggak terlalu malu-maluin.

"Bilang dong daritadi," balas Aiden.

"Gue udah kasitau hampir empat kali, telinga lo pada tuh yang budek maksimal!"

"Ckck, sinis amat." Kali ini Calvin yang buka suara. "Pasti nggak ikhlas nih bantuin kita."

Defenders ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang