3 | calvin si percikan api

3.7K 126 208
                                    

_________________

Dari antara empat sohib Monita, bisa dibilang sosok Calvin Alvano adalah yang punya kesabaran hanya setipis tisu harga dua ribuan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dari antara empat sohib Monita, bisa dibilang sosok Calvin Alvano adalah yang punya kesabaran hanya setipis tisu harga dua ribuan.

Iya, ibarat kata nih, bila sehari dia belum nge-gas disertai mata melirik julid dan wajah dibuat se-songong mungkin, rasanya seperti makan nasi kosong nggak pakai lauk pauk atau garam, alias hambarnya bukan main.

Maka untuk alasan itulah, ketika Calvin bertemu Monita yang bloon-nya kadang suka kelewatan, mereka berdua nggak bisa kalau nggak ribut. Selalu saja ada pokok bahasan yang didebatkan dengan sengit dan baru berakhir jika si Monmon sudah menggunakan kekuatan otot untuk bikin Calvin diam.

Monita sering bilang, Tuhan pasti lagi nggak ada mood waktu menciptakan Calvin. Makanya cowok itu suka emosian dan nggak ada secuil pun rasa sabar, lebih-lebih kepada dia yang hatinya lemah lembut dan mudah hancur ini.

Calvin sering jawab, dulu waktu pembagian otak si Monita pasti datang terlambat terus dapat sisa-sisa doang. Makanya sudah dididik very hard tetap saja stupid yang mendominasi.

Bila keduanya terlibat adu bacot begitu, Aiden, Biru, dan Denil cukup menjadi penonton dan penyimak, sesekali jadi tukang kompor. Nggak pernah berusaha melerai, sebab bisa ikut hipertensi.

Kayak yang terjadi sekarang ini.

Dikarenakan menurut Aiden—yang mengaku setiap malam selalu meluangkan waktu untuk belajar meski hanya dua menit—materi sosiologi nanti ada tugas hafalan super panjang yang bisa bikin mendadak sawan, maka empat cowok itu sepakat untuk membolos. Tentu saja mereka nggak lupa mengajak serempet memaksa Monita buat ikut serta, dengan alasan biar cewek itu nggak sendirian lalu dikucilkan di kelas.

Mulanya, Monita menolak tegas permintaan mereka, sebab mengingat buku pelanggaran dia sudah terisi agak penuh, plus hari ini dia nggak ada mood untuk menimbun dosa (bahkan dari kemarin malam, ia telah bertekad untuk sedikit bertobat dan ingin menjadi murid baik yang khusyuk mendengar penjelasan dari guru, serta mengerjakan tugas-tugas walau berbekal hasil contekan) tapi apalah daya, bukan anak-anak setan namanya kalau nggak jago menebarkan hasutan sesat.

"Kuylah, Mon. Tau sendiri di kelas kaga ada yang mau temenan sama lo kecuali kita."

"Bener. Si Sinta juga bakal kasi contekan kalo ada Calvin doang. Kalo kaga ada, pelitnya setengah mampus."

"Ntuh hafalan sosiologi panjang banget loh, Beb. Lo disuruh hafal nama pahlawan aja kaga bisa, apalagi yang begituan."

"Mending juga nongki asoy di warung depan. Jam segini gorengannya masih anget."

"Gue traktir deh, sekalian tuh sama bakso bakar kesukaan lo."

Jika godaannya sudah begitu, Monita bisa apa? Tanpa empat teman kampretnya ini, dia seperti ambulans tanpa uwiuwiw. Jadi, dengan sangat 'enggak' terpaksa, ia langsung kembali ke jalur kiri alias membolos dulu lah, sayyy, tobatnya bisa kapan-kapan kalau ingat.

Defenders ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang