09. Eros Sadar

9.5K 618 44
                                    

Karena aku orang baik, walaupun belum tembus votenya, aku update!!

Tolong banget, untuk kali ini vote dan coment yang banyak!

Votmen kalian itu berarti banget buat aku. Aku jadi lebih semangat buat update kalau kalian kasih aku votmen.




***



Saat ini Jingga dan kedua orang tuanya sedang duduk di sofa yang ada di dalam ruangan Eros. Sedangkan kedua orang tua Eros? Mereka duduk di kursi samping ranjang Eros.

"Kamu kapan bangunnya, sayang? Kamu gak sayang ya sama mama?" Tanya Dara sembari menangis. Tak lupa pula kedua tangannya menggenggam tangan Eros.

Kenan yang duduk di samping Dara pun mengelus lembut bahu istrinya, bermaksud untuk menyemangati Dara sekaligus menyakinkan bahwa putranya itu pasti akan segera sadar.

"Kenapa Eros belum sadar juga mas? Ini udah hampir setengah jam loh." Tanya Dara kepada sang suami.

"Sabar, sayang! Aku yakin sebentar lagi Eros pasti akan sadar." Jawab Kenan sembari tersenyum tipis.

"Sana kamu temuin Eros, sayang! Siapa tau kalau kamu di samping dia, dia akan segera sadar." Bisik Rachel kepada Jingga.

"Gak mau ah, ma. Lagian aku kan bukan siapa-siapanya." Jawab Jingga sembari berbisik juga.

"Sayang, walaupun kamu bukan siapa-siapa Eros. Setidaknya kasih rasa empati kamu sedikit aja untuk dia. Jujur ni ya, ngeliat sikap kamu yang seperti ini, papa jadi ragu, apa benar ini putri papa yang selama ini baik hati dan yang selalu mempunyai rasa empati yang tinggi? Ayolah, nak! Papa yakin, dihati kamu yang paling dalam, pasti kamu masih memiliki rasa empati untuk Eros, walaupun itu sedikit." Sela Evan selaku papa dari Jingga.

"Benar tu apa yang papa kamu bilang. Lagian emang kamu gak kasihan sama kedua orang tuanya? Terutama sama mamanya?" Ujar Rachel.

Mendengar ucapan Rachel, kini Jingga pun memutar pandangannya ke arah Dara yang sedari tadi tidak berhenti menangis. Benar, ada perasaan kasihan saat Jingga melihat Dara seperti itu.

Kemudian Jingga pun menganggukkan kepalanya. "Oke. Jingga bakal kesana." Katanya pasrah.

Mendengar jawaban yang keluar dari mulut putrinya, kedua orang tua Jingga pun tersenyum lega. "Bagus." Ujar keduanya.

"Yaudah, Jingga kesana dulu ya pa, ma." Ucap Jingga yang di jawab anggukan oleh orang tuanya.

Setelah itu, Jingga pun beranjak dari duduknya. Kemudian melangkahkan kakinya ke arah ranjang Eros.

"Eh, Jingga? Ada apa?" Tanya Dara ketika menyadari kehadiran Jingga.

Sedangkan Jingga yang mendengar pertanyaan Dara pun kini menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Anu, om, tante. Em--boleh gak Jingga ngomong sama Eros di sini?" Tanya Jingga tak jelas.

'Gue sebenarnya ngomong apasih, anjir? Kok gajelas gini.' Batinnya sembari mengernyitkan dahinya.

"Ohiyaiya. Tante paham kok, yaudah kamu duduk sini aja." Jawab Dara sembari beranjak dari duduknya.

"Terus tante gimana?" Tanya Jingga.

"Tante sama om biar duduk sama orang tua kamu aja, itung-itung buat ngasih kamu ruang untuk ngobrol sama Eros, walaupun Eros belum sadar." Jawab Dara sembari mengode Kenan agar bangun dari duduknya.

Kenan yang paham pun langsung ikut beranjak juga dari duduknya dan berdiri di samping sang istri.

"Eh, tante sama om disini aja! Biar Jingga berdiri."  Ujar Jingga cepat.

"Gak papa, Jingga. Om sama tante biar duduk sama orang tua kamu saja." Tutur Kenan dengan santai, walaupun begitu aura dinginnya tidak hilang sama sekali. Yang membuat Jingga langsung menelan ludahnya karena takut.

"Oh oke, kalau begitu om, tante." Balas Jingga gugup.

"Semoga dengan kehadiran kamu, Eros segera sadar ya." Ucap Dara.

"Ya. Semoga, tante." Gumam Jingga.

"Kalau begitu, tante sama om duduk di sana ya!" Kata Dara sembari melangkahkan kakinya ke arah sofa. Dan di ikutin oleh Kenan di belakangnya.

Setelah kepergian orang tua Eros, Jingga pun mendudukkan dirinya di kursi yang tadi menjadi tempat duduk Dara.

'Gimana cara ngomongnya?' Batinnya bingung.

"Eros?" Panggil Jingga sembari menggenggam tangan Eros. Seperti yang tadi di lakukan oleh Dara.

"Sadar dong! Lo gak cape apa tidur mulu?" Tanyanya sembari menatap wajah Eros.

'Dia ganteng juga kalau tidur gini.' Batinnya sembari tersenyum tipis.

Tapi setelah sadar akan pemikiraannya tadi, Jingga pun menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Gak-gak! Ingat Jingga! Cowo ini yang udah gangguin hidup lo." Gumamnya.

Jingga pun menghembuskan nafas pelan.

"Kapan lo sadarnya? Lo gak kasihan apa sama orang tua lo? Terutama sama nyokap lo? Lihat! Nyokap lo nangisin lo mulu dari tadi." Ujar Jingga seolah-olah sedang berbicara dengan Eros.

"Gimana caranya lo sadar? Gak mungkin kan gue harus cium lo dulu supaya lo sadar?" Tanyanya tak jelas. "Iya? Mau gue cium?" Sambungnya.

"Yaudah gue cium ni." Entah dapat pemikiran dari mana, tiba-tiba saja ucapan itu keluar dari mulut Jingga. Tapi satu hal yang pasti, Jingga hanya ingin Eros cepat sadar agar dia tidak terus-menerus merasa bersalah, dan juga agar Dara, ibu dari Eros itu tidak terus-menerus menangis.

'kalau ini memang solusinya, gapapa deh. Lagian dia kan lagi gak sadar. Siapa tau pas gue cium dia beneran sadar.' Batinnya.

Sebelum mencium Eros, Jingga lebih dulu memastikan kalau kedua orang tuanya, dan kedua orang tua Eros tidak melihat apa yang dia lakukan nanti.

Jingga pun membungkukkan badannya sedikit ke arah Eros. Setelah itu--

Cup

Ya, Jingga mencium Eros. Tetapi hanya pipinya saja.

Sesudah mencium Eros, Jingga pun menegang, dan pipinya pun memerah.

"Lo gila, Jingga." Bisiknya kepada diri sendiri sembari memukul kepalanya.

Seperti keajaiban, Jingga yang sedang mendumel pun tiba-tiba saja menyadari bahwa tangannya yang sedang menggenggam tangan Eros pun merasakan bahwa jari-jari tangan Eros bergerak.

Crazy ErosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang