37

2.9K 166 20
                                    

Jangan lupa vote komennya ya!





***




"Sinting kamu ya! Kamu gak bisa dong ngambil keputusan sepihak gini! Harusnya kamu ngomong sama aku," Bentak Jingga dengan emosi yang menggebu-gebu.

Bukannya marah, Eros justru terkekeh.

"Kenapa harus? Aku kan suami kamu, jadi aku yang wajib nentuin ini semua tanpa harus minta persetujuan dari kamu," ujar Eros dengan santainya.

"Ya justru itu! Karena aku istri kamu, dan kamu suami aku, kita harus diskusiin ini dulu. Aku tau kamu suami aku, tapi gak semua hal itu bisa kamu tentuin sendiri tanpa persetujuan aku," marah Jingga sembari menggelengkan kepalanya tidak percaya dengan jawaban dari Eros.

"Jingga, tugas seorang istri itu cuma melayani dan nurut sama suaminya. Kalau untuk soal ngurus-ngurusin ini itu, biar aku aja. Kurang baik apa coba aku?" Tanya Eros.

"Dasar gak nyambung!" Sentak Jingga marah. "Pokoknya aku gak mau pindah! Aku mau disini aja! Karena kalau kita pindah pasti kita bakal jauh dari keluarga kita kan? Terus sekolah kita nanti gimana? Kamu pikirin dong!" Tutur Jingga.

"Untuk apa kita sekolah? Jingga, kita ini udah menikah, emangnya pantas masih sekolah? Emangnya kamu gak malu kalau suatu waktu pernikahan kita terbongkar sama murid-murid lain? Lagi pula untuk apa coba kita ngelanjutin sekolah kita? Aku udah bisa nafkahin kamu, karena aku udah bekerja di perusahaan papa aku, toh juga kamu nanti ujung-ujungnya cuma jadi ibu rumah tangga," balas Eros sembari tersenyum manis.

Jingga yang melihat senyuman itu semakin merasa jijik. "Dasar gila! Itu kan kemauan kamu, aku gak mau! Aku masih mau sekolah, mau ngelanjutin impian aku! Lagi pula kalau gada yang ngebongkar tentang pernikahan kita, kita tetap aman. Bilang aja emang dasarnya kamu yang gak mau sekolah lagi!" ucap Jingga sembari menatap tajam Eros.

"Emang," sahut Eros.

Jingga yang mendengar jawaban dari Eros seketika mengepalkan tangannya.

"Aku benar-benar gak nyangka , kok bisa-bisanya aku itu nikah sama iblis kayak kamu," setelah mengatakan itu, Jingga pun dengan segera melenggang pergi dari kamarnya. Perempuan itu ingin menemui Dara, dan dia berharap bahwa Dara bisa mencegah kegilaan Eros.



***



Setelah keluar dari kamarnya, Jingga pun memutuskan untuk mencari Dara.

"MAMA,"

"MAMA,"

"MAMA,"

Sudah 3 kali Jingga mencari Dara sembari berteriak, tetapi wanita paruh baya itu tidak ada menampakkan dirinya.

"Mama kemana si? Udah gue cari-cari gak ketemu juga," monolognya bingung. "Ah, atau mama di kamarnya ya? Gue kan belum cari kesana. Yaudalah gue cari aja ke kamarnya,"

Setelah sampai di depan pintu kamar Dara, Jingga pun dengan segera mengetuk pintu kamar tersebut.

Tok tok tok

"Mama, ini Jingga," ujar Jingga.

Tak lama, pintu kamar pun terbuka. Dan sekarang di hadapannya Dara berdiri sembari memasang raut terkejut.

"Eh—ada apa, sayang?" Tanya Dara dengan gugup, seolah takut bertemu dengan Jingga.

"Mama tau kan soal aku sama Eros yang bakal pindah?" Tanya Jingga dengan cepat.

Dara menghembuskan nafas pelan, sebelum kemudian wanita paruh baya itu mengangguk.

"Kenapa, ma? Kenapa mama gak larang Eros buat untuk gak pindah? Mama lupa sama janji mama dulu? Yang katanya bakal tetap buat aku sekolah walaupun aku udah nikah sama Eros! Ma, kalau aku pindah dari rumah ini dna ngikut Eros, terus kami pindahnya di luar kota, terus sekolah aku gimana? Keluarga aku juga gimana? Aku bakal jauh dong sama mereka?Mama kenapa jadi kayak gini si, seolah-olah mama ngelupain ucapan mama itu," Sentak Jingga dengan nafas memburu. Jingga sudah tidak perduli lagi bahwa yang sedang berada di hadapannya ini adalah mertuanya.

Crazy ErosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang