52

1.4K 59 6
                                    

"Gue benar-benar gak nyangka, kalau keluarga Eros itu benar-benar licik," ujar Aca dengan kesal.

Yap, Abel sudah menjelaskan semuanya kepada Raka dan Aca. Membuat keduanya terkejut karena mendengar penjelasan dari Abel.

"Sama, gue juga. Padahal kelihatan baik ya?" Sahut Abel.

Aca mengangguk, menyetujui.

"Kalau menurut gue si emang udah kelihatan dari awal mereka liciknya," kali ini Raka menimpali.

"Ha? Lo tau dari mana?" Tanya Abel dan Aca bersamaan.

"Dari Jingga lah. Dia emang gak bilang si kalau mereka licik, tapi setiap dengar cerita dia tentang keluarga Eros, gue langsung bisa nyimpulin kalau mereka itu licik," jawab Raka. "Lo pada ingat gak? Sebelumnya Jingga dan Eros itu punya rumor balikan lagi kan?" Tanya Raka.

Aca dan Abel mengangguk.

"Itu semua karena Jingga lagi pura-pura jadi pacar Eros. Karena pada saat itu Eros lagi lupa ingatan seperti yang di ceritakan oleh mamanya Eros ke Abel," tutur Raka.

"Sumpah, benar-benar gila ya mereka," kesal Aca.

"Ca, kita bego banget ya? Kita gak peka banget sama kondisi Jingga waktu itu, padahal udah jelas banget Jingga waktu itu beda kayak Jingga yang sebelum-sebelumnya," imbuh Abel.

"Hooh, benar. Kenapa ya kita bisa gak nyadarin itu?" Sahut Aca menimpali.

Raka menghela nafas pelan, sebelum kemudian berkata. "Udah, jangan nyalahin diri kalian terus! Mau gimana pun semuanya udah terjadi, sekarang yang harus kita pikirin adalah dimana Eros nyembunyiin Jingga?" Seru Raka.

"Emangnya belum terlambat?" Tanya Abel.

Aca menggeleng. "Belum, semuanya belum terlambat. Walaupun Jingga udah menikah dengan Eros, tapi kita masih bisa nyelamatin Jingga," jawab Aca.

"Tapi gimana caranya, supaya kita tau dimana alamat rumah mereka yang baru?" Tanya Abel lagi.

Terdiam, tidak ada yang menjawab pertanyaan Abel. Karena mereka memang bingung bagaimana caranya agar mereka mengetahui dimana alamat rumah Jingga dan Eros yang baru.

Hingga terdengar bunyi dering telepon, membuyarkan kediaman mereka.

"Handphone siapa yang bunyi?" Tanya Raka.

"Gue," jawab Aca sembari merogoh saku celananya. "Gue angkat telepon bentar," pamitnya kepada Raka dan Abel. Sebelum kemudian melenggang pergi keluar dari cafe.

Sesudah sampai di luar cafe, lantas Aca pun dengan segera mengangkat teleponnya.

"Halo," ujar Aca.

"Halo, Ca. Akhirnya lo angkat juga," sahut seseorang di sebrang sana.

"Kenapa, Lang? Tumben lo nelpon gue,"

"Lo sibuk gak? Sorry banget ni gue waktu lo,"

"Gapapa, sans aja. Emangnya ada apa?"

"Gue mau tanya tentang seseorang sama lo, Ca,"

"Seseorang? Siapa si? Buat gue penasaran aja,"

"Eros, lo kenal?"

Mendengar pertanyaan dari orang tersebut tubuh Aca menegang.

'Eros? Apa yang di maksud dia Eros yang sama kayak yang gue kenal' batinnya bertanya-tanya.

"Halo, Ca? Lo masih disana kan?" Tanya sang penelepon saat Aca tidak menyahut di sebrang sana.

"Ha? Iya, gue masih di sini kok. Lo tadi nanya siapa? Eros ya?"

Crazy ErosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang