Crazy Eros

31. Sah

Halooooooo

Maaf ya baru bisa update lagi sekarang.

Ada yang kangen gak sama cerita ini?

Jangan lupa vote dan komennya yaaa!

Happy Reading💗

***

Hari ini adalah hari pernikahan Jingga. Hari dimana statusnya akan berubah menjadi seorang istri. Di hari ini juga dirinya akan terikat hubungan yang sakral bersama orang yang bahkan tidak dia cintai, Eros Stevano Miguel, laki-laki yang sudah menghancurkan hidup dan juga segala mimpi yang sudah ia susun baik-baik.

Di sampingnya, sang tata rias memoleskan wajah Jingga dengan sentuhan lembut. Jingga juga tadi meminta kepada si tata rias untuk tidak memoleskan make up nya terlalu tebal.

Kemudian sang tata rias memberi sentuhan terakhir yaitu berupa lipstick ke bibir Jingga. "Selesai," ujarnya dengan riang setelah menyelesaikan mewarnai bibir Jingga. "Mbaknya cantik banget," puji si tata rias.

Jingga tidak menjawab, dia hanya menatap pantulan dirinya di cermin dengan sekilas, setelah itu dia pun menundukkan kepalanya.

"Mbak, jangan nangis lagi ya, nanti make up nya luntur lagi," pesan sang tata rias.

Karena sudah berkali-kali make up hasilannya itu luntur, akibat Jingga yang terus-menerus menangis.

Setelah mengatakan itu, sang tata rias pun pergi, dan hanya menyisahkan Jingga seorang diri di kamarnya.

Jingga pun melihat pantulan dirinya di cermin. Satu kata yang bisa mendeskripsikan dirinya, cantik. Harusnya di momen ini, dirinya tersenyum bahagia, karena ini adalah momen sekali seumur hidup yang berkesan, tapi nyatanya, ini adalah momen terburuk sekaligus menyakitkan bagi Jingga. Dia yang tadinya berharap bisa menikah dengan orang yang ia cintai, ternyata malah menikah dengan orang yang bahkan sudah ia masukkan ke dalam list orang yang dia benci.

Setetes air mata perlahan keluar dari matanya, ya, dia menangis lagi. Bahkan Jingga melupakan pesan dari sang tata rias untuk menyuruhnya agar tidak menangis lagi. Kemudian Jingga mencubit tangannya sendiri dengan berulang-ulang kali, dia masih berharap kalau ini adalah mimpi, tapi ternyata cubitannya terasa sakit, dari situ Jingga sadar, bahwa inilah kenyataan. Kenyataan bahwa dia akan segera menjadi seorang istri.

Tak lama, seseorang membuka pintu kamar Jingga. Sontak Jingga pun segera melihat ke arah pintu, ternyata sang mama lah yang masuk. Kemudian Rachel pun melangkahkan kakinya menuju Jingga dan mendudukkan dirinya di sisi ranjang.

"Anak mama cantik banget," puji Rachel sembari tersenyum senang.

"Mama gak nyangka, waktu secepat itu berlalu. Kayaknya baru kemarin deh kamu masih kecil, suka ngompol di celana. Eh sebentar lagi malah akan jadi istri orang." Sambungnya sembari terkekeh.

Jingga yang mendengar itu semakin bersedih. Ia kembali mengingat momen-momen sewaktu dia kecil. Selain tidak ingin menikah bersama Eros, Jingga juga belum siap meninggalkan kedua orang tuanya, Jingga masih ingin di manja mereka. Karena ketika acara pernikahan ini selesai, Jingga akan pergi meninggalkan rumah ini, dia akan tinggal bersama Eros, di rumah keluarga milik laki-laki itu.

"Mama, Jingga gak mau nikah sekarang," katanya berharap.

Rachel yang mendengar itu menghembuskan nafas pelan. Kemudian wanita paruh baya itu menggenggam kedua tangan sang anak. "Mama paham apa yang kamu rasakan, Jingga. Mama sebenarnya juga gak mau nyuruh kamu cepat-cepat nikah begini, apalagi di saat kamu masih sekolah. Tapi mama juga gak bisa nolak permintaan mamanya Eros, mama cuman mau ngebalas perbuatan baik mereka, kamu gak lupa kan siapa yang selama ini udah bantu kita kalau bukan keluarganya Eros? Kamu lihat perusahaan papa kamu, yang tadinya jatuh, sekarang bangun lagi, Jingga. Makanya cuman ini satu-satunya cara balas perbuatan baik mereka ke kita, disini bukan maksud mama buat mengorbankan kamu, enggak, sayang! Bahkan mama juga ngerasa bersalah sama kamu karena udah maksa kamu seperti ini. Tapi percayalah, Jingga! Mama melakukan ini juga demi kamu, demi kebaikan kamu juga, karena mama yakin kamu pasti bisa bahagia menikah sama Eros," jelas Rachel dengan panjang lebar.