Evan, dan Rachel selalu kedua orang tua Jingga kini sedang merasa cemas, karena sang anak tidak ada mengabari mereka satu harian ini. Karena biasanya, Jingga tak pernah absen untuk mengabari mereka.
"Gimana, pa? Udah di balas sama Jingga?" Tanya Rachel kepada suaminya.
"Belum. Gak biasanya Jingga kayak begini, papa jadi khawatir. Takut terjadi apa-apa sama Jingga," Jawab Evan.
"Pesan mama juga belum di balas. Kita telpon juga gak di angkat, mama juga khawatir sama dia," ujar Rachel. "Tapi kalau pun Jingga kenapa-napa, pasti keluarga Eros udah ngabarin kita. Mungkin aja Jingga lagi sibuk, pa. Satu harian ini, kita tunggu aja sampai nanti," lanjutnya.
Evan menghela nafas pelan sebelum menjawab, "Yaudah, kita tunggu aja," jawabnya yang tidak bisa di pungkiri jika rasa khawatir itu masih ada di dalam dirinya.
***
Sedangkan di lain sisi, Jingga sedari tadi tidak memberhentikan tangisannya.
"Kenapa gue jadi lemah gini, Tuhan?" Tanyanya bermonolog.
"Gak! Gue gak boleh terus-terusan kayak gini! Gue harus bangkit, gue gak boleh sedih. Gue harus berusaha buat keluar dari sangkar yang di buat Eros," tekadnya.
"Ohiya, handphone! Handphone gue dimana ya?" Tanyanya panik.
Kemudian, Jingga pun segera bangkit dari kasur, untuk mencari keberadaan handphonenya.
"Akhirnya ketemu," gumamnya.
setelah itu, perempuan itu pun degan cepat membuka handphonenya. Kemudian banyak pesan masuk untuk dirinya, isi pesan itu rata-rata sama, mereka menanyakan kemana dia sekarang. Jingga pun membalas pesan mereka satu persatu, hingga sampai di room chat orang tuanya, Jingga pun menelepon mereka.
"Halo, pa," sapa Jingga.
"Syukurlah, kamu ngabarin kami sayang. Kamu tau gak? Papa sama mama disini khawatir banget sama kamu, karena kamu gada kabar seharian. Sebenarnya kamu kemana?" Tanya sang papa di seberang sana.
Mendengar pertanyaaan dari sang papa, Jingga pun membelalakkan matanya terkejut.
"Loh, Eros belum bilang sama kalian?"
"Ya belumlah, sayang. Kalau udah pasti kami gak mungkin khawatir sama kamu kayak gini. Emangnya ada apa si?"
'Sialan, Eros bohongi gue! Lo benar-benar licik, Eros! Gue benci bngt sama lo,' batin Jingga sembari mengepalkan tangannya.
"Jingga?" Panggil sang mama.
"Ah–iya ma,"
"Kamu melamun disana?"
"Gak kok, ma. Tadi gada jaringan aja, jadinya putus-putus," bohong Jingga.
"Ohgitu. Yaudah jelasin dong, maksud omongan kamu tadi apa?"
"Aku udah pindah, ma. Jadi gak sempat buat megang handphone tadi,"
"Pindah? Maksud kamu pindah rumah? Gak tinggal sama orang tuanya Eros lagi?"
"Enggak, ma,"
"Kok gak ngabarin? Jingga, kami ini masih orang tua kamu," kini sang papa lah yang bertanya.
Mendengar itu, Jingga pun meringis kecil.
"Maaf, pa. Jingga pikir Eros udah bilang ke papa, tadinya kami mau ke rumah, tapi waktunya gak sempat. Dan Eros bilang, mau ngabarin lewat telpon aja, tapi ternyata Eros belum ngabarin kalian. Mungkin dia lupa," tutur Jingga yang tentunya berbohong lagi.
"Lain kali jangan gitu, sayang. Kalau mau kemana-mana izin sama kami. Kami itu berhak tau tentang kalian, kalau bisa ngomong sama kaminya juga jangan melalui telpon, secara langsung,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Eros
Teen Fiction[ FOLLOW DULU YUK SEBELUM BACA!] "kamu pikir semudah itu pergi dari ku? Setelah kamu buat aku jatuh cinta sedalam-dalamnya sama kamu? kamu yang udah buat aku kayak gini, dan kamu juga yang harus bertanggung jawab!!" Publish: 17 Maret 2022 Finish: