01. Menjauh

21.8K 1.1K 26
                                    

Hai🦋

Akhirnya bisa update lagi.

Jangan lupa votmennya ya! Supaya aku lebih semangat lagi buat lanjut.



***




Sudah seminggu semenjak kejadian Jingga yang memutuskan Eros tiba-tiba, seminggu itu pula Eros selalu mengirimnya pesan, dan menelponnya berkali-kali, tapi selalu dia abaikan, dan terakhir kemarin cowo itu mengirimnya pesan dengan kata-kata yang sama seperti sebelumnya, yaitu tidak ingin putus dengan Jingga.

Dan itu membuat Jingga merasa kesal, hingga memblokir nomor cowo itu.

Ngomong-ngomong soal dia yang sudah mengatakan putus kepada Eros, dia sama sekali belum mengatakan kepada teman-temannya bahwa dia sudah berhasil menyelesaikan dare yang teman-temannya berikan untuknya, dikarenakan mereka sedang libur sekolah beberapa minggu lalu. Karena kelas 12 yang sedang melaksanakan ujian.

Jingga sengaja tidak ingin memberitahukan kepada teman-temannya melalui telepon atau pesan, karena Jingga ingin memberitahu mereka secara langsung.

"Pa, aku naik mobil aja ya pergi sekolahnya." Ujar Jingga yang sudah menyelesaikan sarapannya terlebih dahulu.

"Oke, hati-hati di jalan ya sayang! Jangan ngebut-ngebut!" Ucap papanya yang bernama Evan.

"Siap pak bos." Katanya sembari tangan yang membentuk seperti hormat.

Melihat kelakuan putrinya, Evan pun terkekeh gemas.

"Udah di minum susunya kan, sayang?" Tanya wanita paruh baya yang baru saja datang seraya membawa segelas jus buah naga di tangannya. Dia Rachel, mamanya Jingga.

"Udah kok, ma." Celetuk Jingga. Kemudian gadis itu mengambil tasnya yang berada di kursi sebelahnya.

Setelah itu Jingga pun menyalami kedua orang tuanya.

"Jingga pergi dulu ya pa, ma." Pamitnya sembari mencium pipi kedua orang tuanya secara bergantian.

"Iya sayang, ingat! Hati-hati!" Seru kedua orangtuanya dan di jawab anggukan oleh Jingga.

Orang tuanya Jingga memang sangat menyayangi Jingga, karena Jingga adalah anak semata wayangnya mereka. Mereka tidak ingin kehilangan Jingga, oleh sebab itu mereka selalu melindungi dan memanjakan Jingga.



***

Di kelas.



"Gimana? Lo udah mutusin Eros belum?" Tanya salah satu teman Jingga yang bernama Aca.

"Lo pada tenang aja, gue udah mutusin dia kok." Jawab Jingga santai sembari memainkan kuku-kukunya yang tadi malam dia pakaikan kutek.

"Bagus. Lo keren banget deh pokoknya!" Ujar teman satunya yang bernama Abel.

"Keren apanya?" Tanya Jingga bingung.

"Ya keren lah, secara lo bisa naklukin si cowo kutu buku di kelas kita. Lo pada kan tau, si Eros itu dinginnya minta ampun, tapi anehnya Jingga bisa segampang itu pacaran sama Eros!" Jelas Abel.

"Iya juga ya, kok bisa Eros segampang itu nerima ajakan lo buat pacaran?" Tanya Aca sembari meletakkan jari telunjuknya di dagu, seolah-olah sedang berpikir.

Mendengar itu membuat Jingga mengedihkan bahunya, merasa bodoh amat dengan semua itu. "Mana gue tau, bukan urusan gue juga! Intinya dare gue udah selesai kan." Jawabnya seraya tersenyum miring.

"Yoi." Seru kedua temannya berbarengan.

"Eh bentar deh!" Celetuk Aca tiba-tiba.

Jingga pun menaikkan satu alisnya, seolah mengatakan kenapa?

"Waktu lo mutusin dia, terus respon dia apa?" Tanya Aca.

"Nah iya, gue juga kepo ni apa respon dari cowo kutu buku itu." Sahut Abel.

Mendengar pertanyaan dari kedua temannya membuat Jingga kembali mengingat kejadian seminggu yang lalu, waktu dia meminta putus dengan Eros di restoran tempat mereka mengadakan makan malam berdua. Jingga masih ingat bagaimana marahnya Eros waktu itu saat dia dengan tiba-tiba mengatakan putus kepada eros.

Jingga bingung, apakah dia harus mengatakan yang sebenarnya kepada teman-temannya? Tentang Eros yang sangat marah dan menolak permintaan putus darinya.

"Jing." Panggil Abel membuyarkan lamunan Jingga.

Jingga pun langsung gelagapan. "Ha? Eh bentar--lo tadi manggil gue apa?" Tanya Jingga seraya menatap tajam Abel.

Abel yang di tatap seperti itu hanya menyengir. "Jing." Ujarnya polos.

"Ya ampun Abel. Gue udah bilang berapa kali si sama lo, jangan panggil gue Jing, ntar di kira orang nama gue anj*ng lagi." Ucap jingga kesal.

"Ya lagian, suruh siapa nama lo Jingga? Kan hampir sama namanya kayak anj*ng." Tutur Abel tanpa dosa.

"Lo tanya aja sama orang tua gue. Kan mereka yang ngasih nama." Teriak Jingga seraya memutar bola matanya malas.

"Yaelah, sensi banget neng." Ucap Abel sembari menyengir.

"Udah-udah! Jangan berantem napa!" Lerai Aca yang sedari tadi diam. Jika tidak di lerai, mungkin tidak ada habisnya perdebatan ini.

"Lanjut gih! Apa respon Eros?" Tanya Aca setelah sudah berhasil memberhentikan perdebatan Abel dan juga Jingga.

"Sebenarnya--waktu gue minta putus sama dia, dia gak setuju dan dia kayak marah gitu." Jawab Jingga yang akhirnya mengatakan yang sebenarnya. "Dan, dia hampir setiap hari nelponin sama ngirim pesan ke gue." Sambungnya.

"Sampai sekarang?" Tanya Aca.

"Sekarang si enggak ya, karena gue udah blokir nomor dia kemarin, karena gue kesal banget sama dia ganggu gue terus." Jelas Jingga lagi.

"Tapi dia gak ada datang ke rumah loh kan?" Tanya Aca dan di jawab gelengan oleh Jingga.

"Wah, gila banget tu orang! Padahal kayaknya dia bodoh amatan gitu orangnya sama sekitar, tapi kenapa dia gak mau kalau kalian putus?" Sahut Abel.

"Gue juga gak tau." Balas Jingga sembari mengedihkan bahunya.

"Atau jangan-jangan dia suka sama lo?" Sambung Abel lagi.

"Menurut gue masuk akal si, karena kalau dia gak suka sama Jingga, kenapa dia mau nerima Jingga." Celetuk Aca.

"Tapi pertanyaannya gue cuma satu, sejak kapan? Sedangkan dia aja dulu cuek banget sama gue. Bahkan kenalan aja kita gak pernah." Ujar Jingga.

"Nah itu dia, gue juga heran." Ucap Aca.

"Udah-udah jangan di lanjutin! Ada orangnya." Kata Abel.

Dan benar saja apa yang di katakan oleh Abel, Eros baru saja masuk ke dalam kelas dengan tas di kedua pundaknya. Dan detik itu juga mereka berdua saling menatap dengan tatapan yang berbeda, tetapi tatapan itu tak bertahan lama, karena Jingga memutuskan kontak matanya terlebih dahulu.









Segini aja ya!

Kalau memang rame, aku tulis lebih banyak nanti.

Jangan lupa votmennya, okey!

See u nextt part ❣️

Crazy ErosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang